Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 - Mengundur Bukan Berarti Batal
***
Niat sudah sekuat baja, jika alam tidak berpihak tetap saja akan gagal. Seperti malam ini yg seharusnya berjalan sesuai rencana harus terhenti kala...
Dug! Dug! "Keluar kalian! Keluarga sialan! keluar sekarang!"
Semua terkesiap mendengar suara gedoran pintu dan juga makian dari seseorang di luar sana. Mira langsung mengeratkan pegangan dilengan suaminya.
"Siapa diluar sana? tidak sopan sekali." Tanya James bersiap keluar untuk membuka pintu. Namun langkahnya di tahan oleh Kimi.
'Lintah darat!' Gumam Kimi. Wajahnya sudah memerah menahan segenggam emosi yg terkepal di kedua buku-buku jemari lentiknya.
Semua itu tidak luput dari pandangan William yg semakin kagum dengan sang calon istri. 'Sial! Malah terlihat seksi kalau lagi marah. Ck!'
"Kimi, biar Papa saja nak, nanti kamu di serang mereka. Maafkan saya ya James dan juga Vivi atas ketidaknyamanannya. Saya-"
Gerudak!
Belum habis ucapan Jimi. Pintu sudah didobrak paksa dari arah luar. Alhasil Kimi yg kalau tidak sigap William menarik pinggang wanita itu, sudah pasti ia akan terjengkang sekian meter kebelakang.
"Kim!" Engah William khawatir, meski Kimi sudah berada didalam dekapanyan.
"Kimi.....!"
Jeritan Jimi dan juga Mira bersamaan terdengar. Masih dalam posisi memeluk dari belakang. William menarik calon istrinya untuk menghadap dirinya.
"Kamu tidak apa-apa Kim?" Raut wajah khawatir tercetak jelas disana. Kimi yg terkejut sempat terpesona akan aura tampan yg menebar di penglihatan Kimi.
"Hei? Aku memang tampan, tapi jawab dulu kalau sedang bertanya."
Cih! Kimi seketika berdecih sebal sambil melepaskan diri.
"A-aku tidak apa-apa."
Meletakkan calon istri tepat di belakang tubuh gagahnya. William maju menghadapi pria-pria yg berjumlah... 4 orang.
"Berani kalian membuat wanita saya hampir terkena pintu ini!" Ucap William lantang sembari menggebrak pintu yg dimaksud.
"Hahahah wanita kamu! Yg mana? Kimi maksud kamu! Hahaha Kimi calon istri saya!" Kata salah seorang yg terlihat lebih nyentrik di antara ketiga lainnya. Bisa dikatakan mungkin dia adalah boss di antara mereka semua. Dan apa William tidak salah mendengar, pria itu berkata Kimi adalah calon istri dia. Ck! Dia salah sasaran telah berani mengatakan hal itu kepada William sang anak dari mafia bawah tanah.
Malam itu, kebetulan sekali mereka berpergian tidak dikawal sama sekali dengan para bodyguard, hal itu pun atas permintaan William langsung. Namun meski begitu, William tidak berubah menjadi ketakutan, ia malah semakin dekat mengintimidasi lawannya. William melihat gerak gerik para pembawa masalah berubah takut, tidak ingin membuang waktu semakin larut, dirinya pun....
Bug! Bug! Gedebug!
Semua wanita histeris melihat William menghajar pria yg mengklaim Kimi sebagai calon istrinya.
"Sialan kamu berani menghajar bos sayay! Boby! Serang.....!" Lelaki yg di panggil Boby maju paling depan untuk menyerang William. Namun dengan mudahnya serangan itu di tangkis oleh William. William memutar lengan Boby dan membawa tubuh gempal itu keluar dari rumah.
Sontak semua preman itu mengikuti arah perginya William. Kedua preman lainnya sempat bergidik ngeri saat melihat kondisi lengan teman nya yg sudah patah. Begitu mudah William mematahkan lengan seseorang.
"Apa? Takut kalian hah?" Tantang William mendekati kedua preman yg tersisa.
"Ay-ayo! lawan dia!"
"A-aku tidak mau tangan aku pa-patah!" Yg di perintah tergagap saat berucap. Padahal William hanya terus menatap dengan tatapan intimidasi. Tetapi kedua lawannya sudah menciut. Ia menyeringai buas. Akan tetapi...
"Arrkkhh!"
"Papa!!!! "
"Pergi semua Pergi!"
"Boby Bos!"
"Arrhh bawa dia bawa! Atau sudah tinggalin saja! Memang tidak berguna anak itu! Bodoh sekali bisa kalah dengan mudah."
"Tolongin aku tolong!"
"Ck! Bawa bawa!"
Atensi semua orang beralih pada sosok yg sudah tersungkur menahan sakit di bagian perutnya.
"Papa! Papa! Ya Tuhan darah!!!!" Jerit Mira bersimpuh disamping suaminya. Kimi pun ikut bersimpuh didekat sang ayah.
"Kenapa Papa tidak membiarkan saja Kimi yg tertusuk... Kimi tidak mau melihat Papa seperti ini." Erang Kimi menyesali perbuatan sang ayah yg melindungi dirinya dari sebilah pisau yg sempat akan melukai tubuhnya.
Vivi sejak tadi hanya bisa menutup mulutnya karena shock. Kali pertama ia melihat secara langsung kejadian semacam ini. James sibuk menenangkan istrinya. Ia juga sesekali terlihat sibuk dengan ponsel miliknya.
Dan William? Dimana William.
***
"Ikuti lokasi yg aku kirim! aku lagi mengincar seseorang!"
Tut!
William bagai setan yg menggila. Ia berlari sekencang mungkin mengejar ke empat preman yg kabur menggunakan dua motor trail. Bodoh memang ia tidak sempat mengambil kendaraan saat tadi hendak mengejar. Sudah kepalang tanggung, dirinya memilih menggunakan kedua kakinya untuk berlari cepat mengejar bajin gan yg sudah berani menggagalkan rencana lamaran dirinya malam ini.
***
Mendapat mandat dari sepupunya harus segera tiba secepat mungkin. Tanpa bertanya ini itu, Darren Alex dan juga Marsel bergegas menuju lokasi.
"Kira-kira siapa yg diincar William. dari nadanya dia terdengar sangat marah." Marsel bergidik sambil fokus pada lokasi yg terus berubah-ubah.
"Kita lihat saja nanti!"
Brumm....
Alex menambah kecepatan laju kendaraan sport milik Darren agar cepat sampai di lokasi.
***
Kalah cepat dengan dua motor trail milik preman di depannya. William tetap tidak mengurangi kecepatannya kakinya dalam mengejar mereka.
"Hahaha masih saja dia mengejar kita! Kamu kalah bang sat!"
Jarak di antara mereka terbentang sekitar 10 meteran. Maka dari itu William masih mendengar perkataan preman itu, walau tersamarkan dengan suara motor trail itu sendiri.
Mereka merasa di atas angin karena berpikir William tidak akan mungkin bisa mencapai mereka. Tibalah saat...
Gerudak! Ckiiiiittt brug!
Sport car keluaran terbaru milik Darren telah membuat mereka melaju lebih cepat sampai terpental 10 meter... Kesamping. Ya, mereka terpental kesamping karena mobil yg di kendarai oleh Alex menubruk tepat saat berada persimpangan. Bukan tanpa alasan Alex melakukan itu. Ia melakukan itu karena beberapa detik yg lalu...
"Willy di sekitar sini!" Seru Marsel memberi informasi.
Alex maupun Darren langsung mengedarkan pandangan.
"Itu dia!" Batin Alex menemukan keberadaan William yg tidak jauh dibelakang dua motor trail yg sebentar lagi akan melintas didepannya. Tanpa berpikir panjang Alex menancap dalam gas dan terjadilah kecelakaan.
***
Kini William sudah berkumpul bersama ketiga temannya. Ia masih terengah-engah akibat berlari lumayan jauh dan juga cepat.
"Ini lawan kamu?" Tanya Darren meneliti korban yg sudah tidak sadarkan diri. Saat ini polisi dan mobil ambulance pun sudah tersedia, bersiap membawa mereka ke kantor polisi.
"Preman jalanan?" Lanjut Marsel bertanya heran.
"Kamu tidak jadi lamaran?" Pertanyaan Alex yg di luar kejadian di depan mata. Sukses menarik perhatian William.
"Gagal gara-gara mereka!" Geram William kembali ingin memberikan bogem mentah pada salah satu dari mereka. Darren sigap menghalangi. Mengingat tidak ada satu pun dari mereka yg masih sadar. Jadi buat apa di hajar lagi. Begitu pikirnya.
"Ck! Itu karma karena kamu membuat acara tidak melibatkan kami."
William hanya menatap tajam sepupunya. Ia misuh-misuh dan memilih masuk ke dalam mobil. Melihat William masuk ke dalam mobil, ketiga temannya pun mengikuti langkah William.
Marsel duduk disebelah William. Ia menelisik William bagai seorang polisi di meja penyelidikan.
"Apa!"
"Mereka siapa bang sat!"
"Mereka yg menggagalkan acara lamaranku! Preman jalanan, aarhh aku tidak tahu mereka siapa! Yg jelas aku mau mereka ma ti membusuk di penjara! Mereka juga.... Astaga! Lex! Rumah sakit!" Titah William panik karena baru saja teringat akan sesuatu.
***
William bagai terserang godam palu dikepala, saat teringat calon mertuanya terkena korban tusukan oleh boss preman yg sudah ia bereskan tadi.
"Halo Pa?"
"..."
"Oke, Willy kesana sekarang!"
Tut!
"Lex Rumah sakit keluarga aku." Titahnya memberi informasi tujuan.
Alex menambah laju kendaraan tanpa bertanya lebih jelas. Karena ia sendiri pun berprofesi sebagai dokter umum dirumah sakit tersebut, sekaligus penanggung jawab atas berjalannya operasional rumah sakit Anderson. Ia dipercaya langsung dari ayah William, James Anderson.
***
Sampai di rumah sakit, ke empat pria tampan bergegas masuk. Tentu ketampanan mereka tidaklah mudah untuk dilewatkan. Banyak dari keluarga pasien maupun perawat disana terpesona akan ketampanan mereka yg di atas rata-rata. Tiba-tiba sekali tengah malam dihadiri empat pria tampan sekaligus, membuat resepsionis menghalu brutal.
"Mereka ganteng banget!"
"Itu Willy kan! Ya ampun! Wajahnya seperti anime!"
"pria pria tampan yg membuat rahim aku menghangat!"
Bisik bisik para perawat dimeja resepsionis tentu didengar dengan baik oleh keempatnya. Namun William dan kakak sepupu yg sudah mirip dengan kulkas 12 pintu, tentu tidak akan mau menoleh walau sedetik pun. Berbeda halnya dengan Alex dan juga Marsel yg terkenal playboy, mereka langsung memberikan flykiss
"Awww!!! Alex mengedipkan sebelah matanya dengan aku!!!"
"aku ya! Bukan kamu!"
"Marsel! Ya Tuhan, kamu tampan sekali! Menikah yuk sayang!"
William memutar bola matanya malas. Muak, ia muak sekali dengan jeritan para wanita dimana pun ia berada. Namun mau bagaimana lagi, takdir memiliki wajah tanpa cela, ya sudah jalani saja.
Baru memasuki satu lorong menuju ruang operasi, William mendengar isakan lirih. Ia percepat langkah dan menemukan Vivi yg sudah membentangkan tangan ingin memeluk dirinya.
"Mommy." kecup William di pucuk kepala sang ibu. Vivi sedih melihat Mira dan juga Kimi yg terus menangis dilantai rumah sakit dekat kamar operasi. Mira tidak ingin meninggalkan suaminya barang sejenak. Begitu pun Kimi, ia ikut bersimpuh disamping sang ibu untuk menenangkan jiwa Ibunya.
"Akibat tusukan preman itu, Jimi kehilangan banyak darah son." Ucap James yg sejak tadi berada di belakang Vivi.
Kedua teman William yg ikut merasa sedih melihat pemandangan memilukan itu, sedangkan Alex ia sudah bergegas menerobos ruang operasi ketika sudah tiba dilokasi. Ia ingin melihat kinerja para dokter lainnya dalam menyelamatkan calon mertua anak dari pemilik rumah sakit ini.
William mengurai pelukan sang ibu dan beralih mendekati Kimi dan juga Mira.
Berjalan perlahan, Kimi menyadari ada yg mendekat ia pun mendongak.
Mimik wajah Kimi sontak semakin sedih, air mata semakin tumpah. Entah mengapa ia semakin menangis kala melihat pria itu hadir.
"Syuutt... Tenang, yg nusuk Papa kamu sudah aku urus." Ucap William memeluk kepala Kimi. Ia hanya bisa memeluk kepalanya saja, karena seluruh badannya, sudah di kuasai oleh calon Ibu mertua.
"Nak William.." panggil Mira. Ia mendengar apa yg di ucapkan oleh William pada Kimi. Mata nya berkilat penuh emosi.
"Aku tidak terima kalau sampai suamiku kenapa-kenapa! Aku ingin membunuh Lintah darat itu! Aku tidak peduli kalau aku harus masuk penjara setelahnya!" Lanjut Mira penuh emosi.
"Syuutt.. tenang Ma, tadi kan Mama sudah dengar sendiri, aku sudah urus si perut buncit itu. Sekarang mereka lagi di kantor polisi."
Kini William sudah memeluk dua wanita beda generasi. Yg satu calon istri yg satu nya lagi calon mertua.
Dalam hati nya masih membara rasa kesal akibat gagalnya acara lamaran itu. Namun ia menutup mata menghela napas panjang dan..
'Mengundur bukan berarti batal.'Gumam William dalam hati.
***
BERSAMBUNG
HALO GUYS, SEMOGA SUKA YA!