Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5# Tak ingin ingat lagi
Jae dan kawan-kawan akhirnya tiba di Widya Mukti, setelah menempuh perjalanan jauh. Disambut oleh sekertaris desa Cikalong dan pak Kadus Widya Mukti langsung.
Dua pasang mata lelaki berpeci itu menatap satu persatu anggota KKN 30, "wilujeng sumping di Widya Mukti, Cikalong...."
Jae membungkuk sopan, begitupun yang lain, meskipun cukup dibuat tak paham dengan bahasanya. Hanya Sesil yang menyambut ucapannya dengan berterimakasih "hatur nuhun pak Kadus, pak sekdes..."
"Wah teteh-teteh semua ini mah, ya?" candanya. Jae mengangguk, "betul bapak. Kita perempuan semua."
Awalnya berbasa basi, disambut di rumah pak Kadus yang kebetulan dekat dengan masjid dusun, dimana dalamnya tak pernah sepi, bahkan ketika di waktu selepas dzuhur begini, para ibu-ibu majelis taklim mulai berbondong-bondong mengisi ruang masjid.
Hingga akhirnya, pak kadus mengajak mereka berkeliling sementara pak sekdes pamit undur diri setelah sempat membawa mereka ke kantor desa dan bertemu dengan pak kades.
Bahkan jejak bekas KKN 21 dulu, masih ada dan sempat ditunjukan pada anak-anak KKN 30.
"Asli, keren sih sebenernya. Masih dikenang sampai sekarang, kaya museum..." bisik Andara terkikik pada Maharani yang mengangguk.
Dan Salsa mencatat beberapa poin penting yang menjadi pembicaraan Jae serta pak Kadus sambil berkeliling.
"Teteh-teteh mau liat Co-op 21 dan greenhouse nya a Alby bersama wana tani disini?" tanya pak Kadus, diangguki mereka, "boleh pak kalau tidak keberatan."
"Oh, ya pak pendidikan rata-rata warga disini apa ya pak?" tanya Jae.
"SMA, teh. Tapi ada juga yang cuma sampai SMP...."
"Oh, sayang ya pak....kalau sudah ada co op dan pemberdayaan begini tapi sumber daya manusianya kurang optimal dalam hal jenjang pendidikan."
Pak Kadus tersenyum, "ya itulah teh. Karena disini sudah ada berbagai lapangan pekerjaan, pelatihan dan pemberdayaan jadi seolah---seperti angin segar yang memberikan jalan...dan membuat mindset warga untuk apa sekolah, toh bisa cari uang..." jelas pak Kadus diangguki Jae dan Salsa mencatatnya di iPad.
"Iya ya pak, padahal kan sekolah bukan cuma dapat selembar ijazah saja..."
Dan tiba mereka melihat bangunan rumah yang di depannya bertuliskan papan informasi, Co-op 21. Dengan pohon alpukat yang gagah berdiri di depan halaman.
Jae berhenti dan menatapnya lama selagi pak Kadus menerangkan Co-op 21. Seorang lelaki keluar dan menyapa pak kadus, "Pak!"
"Eh, Ndi!"
"Wah sama siapa, pak?" ia sudah menghampiri dan bersiap menjabat tangan Jae.
"Ini, teteh-teteh yang mau KKN dari UNJANA."
"Oh, saya Sandi, teh....mangga mampir atuh, teh...ini juga yang punya nya orang Jakarta, mantan anak KKN disini."
"Makasih, a...tapi masih harus keliling lagi ini tuh..." ujar Jae diangguki Sesil.
"Dan itu, rumah yang mungkin nantinya disiapkan buat posko teteh-teteh selama disini." Tunjuk pak Kadus ke arah rumah tepat di samping co op 21, hanya berjarak beberapa meter terhalang oleh halaman rumah orang.
"Oh, itu rumah siapa pak?" tanya Bianca.
"Itu rumah kontrakan teh, yang punya nya kebetulan sedang di kotamadya. Jadi suaminya dinasnya disana....yang disini ditinggal buat dikontrakan, bulan lalu baru ada yang ngisi, tapi udah pergi lagi..."
Jae dan kawan-kawannya mengangguk-angguk paham.
Mahad menelfon Sandi, menginformasikan kedatangannya nanti dan seperti biasa, ia meminta kulkas dilengkapi.
"A, udah tau belum kalo Widya Mukti mau kedatangan lagi mahasiswa KKN dari UNJANA?"
Mahad yang masih berada di rumah Lula mengangguk, "tau."
"Mahasiswanya ternyata cewek semua, cantik-cantik, a..." ujar Sandi mengehkeh membuat Mahad ikut terkekeh, "oh ya?" lantas ia dengan sengaja meloud speaker ponselnya saat Sandi bicara.
"Eh a, sumpah....6 orang yang datang survey...apalagi yang satu mah pake motor ninja, motor gede...wah cantik! Kebetulan yang dijadiin posko kontrakannya teh Ade."
"Gaet, San! Gaet, bisa ngga dapetin anak kota!" teriak Jovi kini membuat Sandi tertawa, "wah di speakerin !"
Mereka tertawa, "Sandi apa kabar?!" Pekik Vio.
"Alhamdulillah teh Vio, nanti mau pada kesini semua ngga? Sebentar lagi ada 17an ada voli, Anjeli mau nikah juga teh..."
Arlan yang bermalas-malasan ikut cengengesan, "Gue kira Anjeli sama elu, San!"
Sandi tertawa, "bukan atuh, a. Malah mah saya kira a Arlan yang incer Anjeli..."
Dan mereka kembali tertawa memancing sisa anak KKN 21 bergabung termasuk sang pemilik hajat.
Senja begitu puas tertawa, "justru ini tuh lagi pada nangis berjamaah loh, Sandi...soalnya denger kabar syok Anjeli mau nikah..." tawa Senja. Sandi pun tertawa.
Sepulangnya dari survey, mereka mulai merancang tema, program kerja, untuk diajukan segera di rumah Salsa.
Setidaknya kesibukan ini membuat Jae bisa sedikit lupa dengan rasa sakit kemarin, meski untuk kejadian menyenangkan itu, sungguh Jae masih seringkali khawatir akan terjadi sesuatu.
Diantara riuh candaan Maharani yang menggoda Bianca bersama Andara, Jae menunduk menatap perut ratanya. Gue ngga buang di dalam, seharusnya.... tapi----
Jae sempat merogoh tas dan mendapatkan dompetnya. Sedikit menarik lembaran yang terselip diantara kartu ATM dan kartu tanda mahasiswa miliknya, hanya sampai menunjukan nama sang pemilik kartu nama itu.
Teuku Zioma Arlan
Jae memandangnya lama, lalu menenggelamkannya lagi setelah Salsa menegurnya, "Gini Jae?"
"Aduh, stop deh ih! Lo berdua kaya bocah!" pekik Maharani pada Andara dan Bianca yang saling timpuk bantal sofa, untuk kemudian Bianca beranjak menerima telfon dari Fahrizal.
Jae menatap lembar kerja di laptop.
Meningkatkan minat belajar dan mengenyam pendidikan di desa indah Widya Mukti
Dan bla---bla, program kerja yang mencakup pelatihan, refleksi, pemberdayaan tenaga pengajar serta dilakukannya edukasi sains terjadwal untuk anak-anak usia SD, SMP dan SMA serta ruang bicara telah dirancang dan diketik rapi sesuai apa yang sudah mereka setujui.
Jae mengangguk.
Dalam perjalanan pulangnya, ia hanya bisa menatap jalanan dengan perasaan hanyut pada pikiran yang kembali ribut. Tentang kekhawatirannya akan kondisi, yang----ia merasa oke-oke saja, tak ada tanda-tanda jika ia sedang hamil meski ia memang belum kedatangan bulan di bulan ini.
Gue ngga buang di dalam, seharusnya...tapi..
Dan kata-kata Arlan itu yang selalu ia jadikan penenang untuknya sekarang, ia tak bisa membayangkan jika sampai nanti berujung...
"Astagfirullah!" Jae mengerem dadakan motornya ketika melaju, ia dibuat terkejut saat hampir menabrak seekor kucing yang terbirit-birit berlari menghindari ban motor besar Jae.
Ia masih mengontrol degupan jantung yang masih kencang itu, seketika badannya lemas karena terkejut dan Jae memilih melipir ke minimarket terdekat saja sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Arlan, ia baru saja membeli....mie instan, sebelum benar-benar pulang ke apartemen ia memilih mampir sejenak membeli mie instan dan kopi kemasan demi menemaninya di malam hari.
Jae membuka helm dan menaruhnya di atas motor, lalu masuk mendorong pintu kaca yang seketika membuat hawa terasa sejuk untuk Jae.
Ayunan langkahnya langsung menuju showcase demi mengambil air putih dingin dan minuman berglukosa.
Jae membungkuk dan memilih minuman yang ia inginkan, lalu melintasi beberapa pengunjung minimarket ketika hendak menuju ke meja kasir.
Antrian kasir di belakang Jae ada beberapa orang, "ada lagi kak, isi pulsanya sekalian?" Jae menggeleng.
Ia tak sama sekali menoleh ke belakang dimana hidungnya mencium aroma yang membuat Jae mengernyit merasa menghafal sesuatu, membawa ingatan pada kejadian yang tak ingin ia ingat-ingat lagi. Alih-alih menoleh ia segera membayar dan menyudahi acara belanjanya.
Arlan, ia berada di antrian kasir setelah seorang perempuan dengan jaket baseball dan celana jeans panjangnya. Sempat menatap merasa tak asing dengan postur tubuhnya ia meneliti dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Bahkan, aroma parfumnya....perempuan itu melangkah lebih jauh keluar sebelum Arlan sempat melihatnya.
"Mau sekalian rotinya kak, sedang promo dua gratis 1?" ucapan karyawan kasir itu membuyarkan pandangan Arlan dari sosok yang baru saja keluar.
Totalnya.....
Deg!
Arlan melihat wajah perempuan itu yang membuatnya langsung membeku, "sebentar mbak!"
"Hey!" Arlan berusaha mengejar, namun shittt! Jae yang sudah memakai helmnya bersiap pergi menyalakan motornya.
Ia berlari memberikan lembaran uang merahnya di kasir, "kembaliannya ambil aja." Ia bergegas mengambil kresek putih dan mencantelkannya di motor, bersiap untuk mengejar Jae.
"Si alan banget! Kenapa jadi gue yang ngejar gini sih..." umpat Arlan, menatap plat nomor motor Jae. Seolah mendapatkan setitik clue.
.
.
.
.
duh gemes sama Bianca aku tuh
waktu di KKN 21 aku gemes sama senja sekarang ada bianca😍😍😍