Belenggu Hasrat Bos Posesif

Episode 12

***

Kembali ke masa kini,

Anna tanpa sadar terlelap beberapa menit di dalam bathtub, seluruh tubuhnya terasa sakit dan ngilu, lututnya juga terasa sangat perih.

Tapi rasa sakit itu bukanlah apa-apa baginya, dia harus bertahan sebentar lagi.

Dengan tubuh yang sangat lelah dan sakit, Anna bangkit, dia melihat para pelayan nampaknya sudah menyediakan pakaian untuknya di lemari pakaian.

Anna memilih baju longgar dan nyaman dan mengenakan nya, kemudian dia mulai membereskan kamar yang berantakan itu, bersikap seolah dia masih jadi pelayan di kediaman ini.

Dengan perlahan dia mengganti sprei, membersihkan ruangan yang kena lumpur karena nya, dan akhirnya bisa membalut lututnya sendiri.

Setelah itu, dia mengambil selimut yang ada di lemari dan membawanya ke sofa yang ada di dalam kamar.

"Aku tidak tahu apakah dia akan kembali atau tidak, tapi aku tidak berani berbaring di sana, aku merasa itu bukan tempat ku."

"Aku juga tidak ingin membuatnya marah karena lancang berbaring di ranjang semewah itu." Anna berbisik pelan, kemudian dia menatap jendela yang terbuka untuk beberapa saat dan akhirnya terlelap di sofa karena rasa lelah nya yang begitu hebat.

***

Sedangkan di saat yang sama,

Di rumah ini, Arthur memang telah menyiapkan segala yang dibutuhkan kedua pasutri itu, bahkan ada ruang baca dan ruang kerja, kecuali kamar, Arthur sengaja hanya menyediakan satu kamar yang siap dipakai.

Kamar lainnya disengaja terbengkalai dan penghangat ruangan disana sengaja di rusak agar Alexander dan Anna tidur di satu kamar.

Arthur merasa itu adalah tindakan yang tepat agar keduanya semakin dekat satu sama lain.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku, tapi aku harus mencari cara agar bisa segera menceraikan nya."

"Jangan sampai Selena tahu ini!"

Geram Alexander baru saja membuat perjanjian kontrak dengan Anna, mesin printer sedang bergerak dan kontrak yang baru saja dia buat baru keluar dari mesin.

Kontrak itu berisi beberapa hal yang harus dilakukan oleh Anna, seperti Anna tidak boleh mengakui kepada siapapun jika dia adalah istrinya.

Anna harus bersikap baik-baik saja jika di hadapan kakeknya, dan Anna harus bersedia diceraikan saat waktunya tiba.

Dan masih banyak lagi, Alexander yakin pernikahan ini memang hanyalah sementara dan dia setuju hanya agar Kakeknya tidak menghentikan pengobatan nya.

***

Alexander hendak memberikan perjanjian ini pada Anna, dan Anna harus segera menandatangani nya.

Alexander kembali ke kamar pengantin mereka, dia melihat ruangan tadi kotor dan kacau sekarang terlihat sangat bersih seperti sedia kala.

Dia terdiam ketika melihat Anna terlelap di atas sofa bukannya di ranjang, dia masuk ke ruangan dan meletakkan berkas itu di atas meja nakas.

Dia duduk di atas ranjang dan menatap tajam ke arah Anna.

"GLEK!"

Tanpa sadar dia menelan salivanya berat ketika melihat garis leher istrinya itu, "Apa yang terjadi denganku, kenapa rasanya aku ingin melakukan nya lagi!"

"Sepertinya ada salah, sebaiknya aku tidur saja!"

"Hari ini adalah hati paling menyebalkan dalam hidupku!" Geramnya tak peduli dengan Anna, dia berbaring di atas ranjang dan membuat dirinya terlelap karena dia juga sudah lumayan mengantuk.

***

Sedangkan di sisi lain,

Selena sedang berbincang dengan salah satu petinggi dunia modeling, dia diundang makan malam berdua di restoran hotel termewah di Paris.

Tanpa seijin Alexander, Selena datang kesana karena merasa hal ini bisa membuat kariernya semakin cemerlang.

"Aku sudah memerhatikan mu sejak awal Selena, kau sangat cantik, ramping dan wajahmu sangat indah, kau sangat cocok menjadi model kelas dunia." Mr. Collen, lelaki beristri yang usianya sudah 42 tahun itu menatap Selena dengan tatapan yang penuh arti.

"Te ... Terimakasih Mr. Collen, pujian mu sangat menyanjungku." Selena sedikit gugup, dia sudah tahu hal ini akan berakhir dimana tapi dia telah membulatkan tekadnya, dia akan melakukan apa saja demi mempermulus perjalanan modelingnya.

"Hmmm." Mr. Collen mengulurkan tangannya kemudian mengusap-usap tangan Selena, Mr. Collen mendekat dan membisik sambil tersenyum dengan sangat nakal.

"Aku bisa membuatmu terkenal hanya dalam waktu singkat, tapi ada syaratnya ..." Bisik Mr. Collen membuat Selena semakin gugup.

Dengan nafas berat Selena pura-pura tidak tahu ...

"Apa syaratnya Mr. Collen?"

Tanya Selena membuat Mr. Collen tertawa kecil.

"Hahaha, kau pandai sekali bersandiwara sayang, tentu saja kita akan ke kamar dan menghabiskan malam yang indah bersama."

"Hanya kau dan aku sayang." Bisik Mr. Collen lagi, sebenarnya Selena sudah tahu ini tapi baru saja kesempatan nya untuk berada di sampul majalah terlaris di dunia digantikan oleh model yang lebih muda.

Hal itu membuat Selena putus asa dan memikirkan jalan pintas, dan jalan pintasnya adakah ini.

Dengan perasaan yang aneh, Selena menganggukkan kepalanya, kemudian Mr. Collen tersenyum puas.

Dan keduanya menuju kamar hotel dimana Mr. Collen menginap.

Mr. Collen sedang mandi di kamar mandi sebelum melakukan itu, dan Selena mengenakan bathtub melihat pantulan dirinya di dinding kaca.

"Maafkan aku Alexander, tapi aku benar-benar putus asa."

"Aku berjanji jika hanya kaulah yang akan aku cintai, bukan berarti aku tidak setia tapi aku harus melakukan ini demi mimpiku."

Bisik Selena meyakinkan dirinya sendiri jika semua ini bukanlah perselingkuhan.

"Selena sayang?"

Mr. Collen memanggilnya dari belakang, yang sekarang hanya mengenakan handuk di pinggang.

Dan tentu saja hal yang seharusnya tidak terjadi pun terjadi dengan kesadaran penuh kedua nya.

Selena tidak tahu dia akan menyesali ini seumur hidupnya.

***

Di kediaman Alexander,

Pagi akhirnya menyingsing, malam penuh badai dan hujan deras akhirnya tergantikan oleh cahaya matahari hangat.

Alexander bangun karena matahari menyelinap masuk ke kamarnya, saat ia bangun dia langsung menoleh ke atas sofa dan disana sudah bersih, tidak ada Anna disana.

Alexander tak terlalu peduli, karena pagi dia dan belum sadar sepenuhnya dia mengira disini akan ada pelayan yang menyiapkan sarapan pagi.

Apalagi dia kelaparan karena tadi malam tidak sempat makan.

Dengan setengah mengantuk dia turun ke lantai bawah, dia menuju dapur yang tembus ke taman belakang dan disana ada meja makan yang besar dan luas.

Dari kejauhan, dia melihat seorang wanita cantik dengan rambut diikat berdiri dan sedang memasak.

"Hmmm?"

"Anna?"

Benaknya pelan tidak menyangka jika Anna adalah orang yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

***

Bersambung ...