NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Pagi hari di kediaman baru pasangan Zayden dimulai dengan teriakan membahana. Bukan teriakan romantis karena melihat sarapan di tempat tidur melainkan teriakan frustrasi Keira yang kehilangan sebelah sepatunya.

"ARKAN! Sepatu kerja gue mana! Yang sebelah kiri ilang!" teriak Keira sambil melompat-lompat dengan satu kaki di ruang tamu. Dia sudah terlambat sepuluh menit. Ada rapat penting pagi ini dengan klien besar dan penampilan adalah segalanya.

Arkan muncul dari dapur dengan santai sambil mengunyah roti bakar selai kacang. Dia sudah rapi dengan setelan jas abu-abu mahal yang membuatnya terlihat seperti model majalah bisnis.

"Kenapa sih pagi-pagi udah latihan vokal? Berisik tau. Tetangga bisa demo nanti dikira ada KDRT," komentar Arkan tenang.

"Sepatu gue Arkan! Sepatu heels warna hitam! Pasti lo umpetin kan? Ngaku lo!" tuduh Keira sambil menunjuk wajah suaminya dengan garang.

Arkan menelan rotinya lalu pura-pura berpikir keras. "Oh sepatu yang haknya lancip banget itu? Yang bisa buat nusuk maling? Tadi gue liat ada di atas kulkas."

Mata Keira membola. "Di atas kulkas? Ngapain sepatu gue piknik di atas kulkas?"

"Ya mana gue tau. Mungkin dia kedinginan jadi nyari anget-anget di deket mesin kulkas. Atau mungkin ada tikus iseng yang mindahin," jawab Arkan asal.

Keira mendengus kasar lalu berlari ke dapur. Benar saja. Sepatu mahalnya bertengger manis di atas kulkas dua pintu yang tinggi itu. Keira harus berjinjit susah payah untuk mengambilnya.

"Awas jatoh pendek. Perlu gue ambilin tangga?" tawar Arkan yang sudah berdiri di pintu dapur sambil menyeringai.

"Diem lo Tiang Listrik! Gue bisa sendiri!" Keira melompat sedikit dan berhasil menyambar sepatunya.

Dia bergegas memakainya lalu menyambar tas kerjanya. "Gue berangkat! Awas lo ya nanti malem gue bales. Gue umpetin stik PS lo!"

Keira berlari menuju pintu depan. Namun langkahnya terhenti saat tangannya ditarik oleh Arkan. Tubuh Keira berputar balik menghadap Arkan.

"Apa lagi sih? Gue telat nih!"

Arkan menunjuk pipi kanannya dengan telunjuk. "Salim dulu dong sama suami. Pamit yang bener. Masa main nyelonong aja kayak supir angkot ngejar setoran."

"Ogah! Tangan lo bau selai kacang!" tolak Keira mentah-mentah.

"Ya udah kalau nggak mau cium pipi gue nggak kasih kunci mobil lo. Tadi gue amanein kuncinya di saku celana gue yang dalem banget," ancam Arkan sambil menepuk saku celananya.

Keira menggeram marah. Dia melihat jam tangannya. Waktu terus berjalan. Dia tidak punya pilihan lain. Dengan wajah terpaksa yang sangat jelek dia mendekatkan wajahnya ke pipi Arkan.

Ciuman kilat yang lebih mirip benturan hidung.

"Udah kan? Mana kuncinya!" tagih Keira sambil menadahkan tangan.

Arkan tersenyum puas. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan kunci mobil Keira. "Nah gitu dong. Istri sholehah. Hati-hati di jalan ya Sayang. Jangan ngebut nanti cantiknya luntur."

Keira menyambar kunci itu dan langsung kabur tanpa menoleh lagi. Jantungnya berdebar aneh setelah mencium pipi Arkan tadi. Padahal niatnya cuma formalitas tapi wangi aftershave Arkan yang maskulin sempat tercium jelas dan membuatnya sedikit oleng.

Dasar Arkan sialan. Pagi-pagi sudah bikin senam jantung.

Siang harinya di kantor firma desain interior tempat Keira bekerja suasana sedang sibuk-sibuknya. Keira baru saja selesai presentasi dengan klien yang cukup rewel. Kepalanya pening. Perutnya lapar tapi dia malas keluar cari makan.

"Ra ada paket buat lo!" seru Siska heboh dari meja resepsionis.

Keira mendongak dari balik layar komputernya. "Paket apaan? Gue nggak belanja online."

"Bukan paket barang. Tapi paket ganteng!" jawab Siska sambil terkikik genit.

Belum sempat Keira mencerna ucapan Siska pintu kaca kantor terbuka lebar. Sosok tinggi tegap masuk dengan gaya berjalan penuh percaya diri. Arkan Zayden. Dia datang lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung dan dua kantong plastik besar di tangan kanan kirinya.

Seketika suasana kantor hening. Semua mata karyawan wanita tertuju padanya dengan tatapan memuja.

"Selamat siang semuanya! Maaf mengganggu jam kerjanya sebentar. Saya Arkan suaminya Keira yang paling ganteng datang membawa upeti," sapa Arkan lantang dengan senyum mautnya.

Keira menepuk jidatnya keras-keras. Mati aku. Mau ditaruh di mana muka ini.

Arkan berjalan lurus menuju meja Keira seolah sedang berjalan di karpet merah. Dia meletakkan kantong-kantong plastik itu di meja Keira.

"Halo Istriku yang rajin bekerja banting tulang. Udah makan belum? Pasti belum kan? Tuh muka lo pucet kayak mayat hidup," kata Arkan sambil melepas kacamata hitamnya.

Keira berdiri dan menarik lengan Arkan untuk menjauh sedikit dari kerumunan teman-temannya yang mulai kepo.

"Lo ngapain ke sini Arkan? Bikin malu aja tau nggak! Ini kantor bukan pasar!" bisik Keira tajam.

"Loh kok malu? Harusnya lo bangga didatengin suami CEO yang super sibuk ini. Gue bawain makan siang buat satu divisi loh. Pizza sepuluh loyang buat temen-temen lo. Dan bekal spesial buat lo," jelas Arkan dengan nada bangga.

Mendengar kata pizza teman-teman kantor Keira langsung bersorak girang. Siska memimpin pasukan untuk menyerbu kantong plastik yang dibawa Arkan.

"Makasih ya Pak Arkan! Aduh suami idaman banget sih Mbak Keira ini. Udah ganteng, kaya, baik lagi," puji Siska sambil mengambil sepotong pizza.

"Sama-sama Mbak Cantik. Doain ya biar Keira nggak galak-galak sama saya di rumah," sahut Arkan caper.

Keira mencubit pinggang Arkan. "Aduh! Sakit Yang! KDRT lagi kan!"

"Ikut gue ke ruang meeting. Sekarang," perintah Keira. Dia tidak mau Arkan semakin menjadi-jadi tebar pesonanya di depan Siska dan yang lain.

Mereka masuk ke ruang rapat kecil yang sedang kosong. Keira menutup pintu dan melipat tangan di dada.

"Jujur aja. Lo ke sini mau ngapain? Lo pasti ada maunya kan? Mau pinjem duit? Atau mau minta gue setrikain baju lo?" selidik Keira.

Arkan duduk di kursi putar dan memutar-mutarnya seperti anak kecil. "Suudzon mulu lo. Gue ke sini murni karena cinta. Dan karena Mama nelpon gue tadi nyuruh pastiin mantu kesayangannya makan siang."

Keira menghela napas. Tentu saja. Perintah Mama.

"Ya udah mana bekalnya. Gue makan. Terus abis itu lo pulang ya. Gue sibuk," kata Keira.

Arkan mengeluarkan sebuah kotak bekal dari tas kertas kecil yang dia bawa. Kotak bekal berwarna merah muda cerah.

Keira menatap kotak itu curiga. "Itu kotak bekal siapa? Kok warnanya pink norak gitu?"

"Buka aja dulu," suruh Arkan.

Keira membuka tutup kotak bekal itu. Isinya nasi putih yang dibentuk seperti wajah Hello Kitty lengkap dengan mata dari nori dan pita dari wortel. Lauknya sosis bentuk gurita dan telur dadar bentuk hati. Sangat imut. Sangat kekanak-kanakan. Sangat tidak Arkan sekali.

"Ini ... lo yang bikin?" tanya Keira tak percaya.

Arkan tertawa. "Ya nggak lah gila aja. Gue beli di katering anak-anak di depan komplek tadi. Lucu kan? Biar lo makannya semangat kayak anak TK."

Keira ingin marah tapi entah kenapa dia malah ingin tertawa. Bentuk Hello Kitty itu agak peyot mungkin karena terguncang di perjalanan.

"Gue bukan anak TK Arkan! Gue wanita karir profesional!" protes Keira tapi tangannya mulai mengambil sendok.

"Udah makan aja. Aaa ... buka mulutnya. Pesawat tempur mau mendarat di bandara perut," Arkan merebut sendok dan menyuapi Keira paksa.

Tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka. Seorang pria muda berkacamata masuk sambil membawa berkas. Itu Rio rekan kerja senior Keira yang selama ini Keira kagumi diam-diam karena pintar dan sopan.

"Maaf Keira saya ganggu ... eh ada tamu," Rio berhenti di ambang pintu kaget melihat adegan suap-suapan itu.

Keira langsung mendorong tangan Arkan menjauh dan berdiri tegak salah tingkah. Wajahnya merah padam.

"Eh Mas Rio. Nggak ganggu kok Mas. Ini kenalin ... suami saya Arkan," ucap Keira canggung.

Arkan menatap Rio dari ujung kaki sampai kepala dengan tatapan menilai. Tatapan elang yang siap menerkam mangsa. Arkan berdiri dan berjalan mendekati Rio. Tingginya sedikit lebih unggul dari Rio.

"Saya Arkan. Suami sah Keira. Bukan pacar. Bukan teman. Tapi suami. Ada perlu apa ya Mas sama istri saya di jam istirahat begini?" tanya Arkan dengan nada posesif yang kental.

Rio tersenyum ramah meski terlihat sedikit terintimidasi. "Saya Rio rekan kerja Keira. Saya cuma mau menyerahkan revisi desain Pak Burhan. Maaf kalau mengganggu waktu berduaan kalian."

Rio meletakkan berkas di meja lalu pamit undur diri dengan sopan. "Silakan dilanjut makan siangnya Pak Arkan Keira. Permisi."

Setelah Rio keluar Arkan langsung mendengus sinis. "Cih. Sok ganteng. Masih gantengan juga gue ke mana-mana. Itu siapa sih Ra? Kok ngeliatin lo kayak mau nerkam gitu?"

"Itu Mas Rio, Arkan! Dia senior gue yang paling pinter di sini. Dia baik tau nggak kayak lo. Dan dia nggak ngeliatin gue kayak nerkam itu perasaan lo aja yang negatif," bela Keira.

"Wah lo belain dia? Jangan bilang dia tipe cowok idaman lo yang lo ceritain itu? Yang sopan dan pinter?" Arkan mulai terpancing emosi. Cemburu buta mulai menguasai akal sehatnya.

"Kalau iya kenapa? Masalah buat lo?" tantang Keira.

Arkan maju selangkah mengurung Keira di antara meja rapat dan tubuhnya. Wajahnya mendekat menatap mata Keira tajam.

"Denger ya Keira Anindya. Sekarang lo udah punya suami. Namanya Arkan Zayden. Mau tipe lo kayak malaikat sekalipun faktanya lo nikahnya sama gue. Jadi jangan coba-coba lirik cowok lain. Mata lo cuma boleh liat gue," bisik Arkan penuh penekanan.

Jantung Keira berdetak kencang lagi. Arkan mode serius dan posesif ini benar-benar berbahaya bagi kesehatan jantungnya. Ada desiran aneh yang menyenangkan saat tahu Arkan cemburu.

"Posesif banget sih lo. Takut kehilangan gue ya?" goda Keira mencoba mencairkan suasana.

Arkan menjauhkan wajahnya lalu menyentil dahi Keira pelan. "Pede lo. Gue cuma nggak mau reputasi gue hancur kalau istri gue selingkuh sama cowok modelan kutu buku kayak tadi. Udah abisin tuh Hello Kitty-nya. Gue mau balik ke kantor. Banyak kerjaan."

Arkan membereskan barang-barangnya dengan kasar. Keira bisa melihat telinga Arkan yang memerah. Dia benar-benar cemburu rupanya.

"Makasih ya, Arkan. Buat bekalnya. Walaupun bentuknya aneh tapi rasanya enak kok," ucap Keira tulus sebelum Arkan keluar.

Arkan berhenti di pintu. Dia menoleh sekilas tanpa senyum tapi matanya terlihat lebih lunak.

"Besok gue bawain bekal gambar Ultraman. Biar lo makin kuat ngadepin hidup," kata Arkan lalu menghilang di balik pintu.

Keira terkekeh pelan sambil menatap nasi Hello Kitty yang sudah hancur separuh wajahnya. Dia menyuap nasi itu dengan perasaan hangat di dada. Siapa sangka Arkan si pengacau bisa semanis ini dengan caranya yang ajaib.

Arkan berjalan menuju parkiran mobil dengan langkah lebar. Dia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Pertemuannya dengan Rio tadi benar-benar merusak suasana hatinya. Dia tidak suka cara Rio menatap Keira. Tatapan memuja yang disembunyikan di balik sikap sopan. Arkan tahu tatapan itu karena dia juga laki-laki.

Saat Arkan hendak membuka pintu mobilnya matanya menangkap sosok yang familiar di seberang jalan. Sebuah mobil sedan hitam terparkir di bawah pohon rindang. Kaca jendelanya terbuka sedikit.

Di dalam mobil itu duduk seorang wanita berkacamata hitam yang sedang menatap lurus ke arah gedung kantor Keira.

Arkan mematung. Dia mengenali mobil itu. Dan dia sangat mengenali siluet wanita itu.

Clara.

Wanita itu sedang mengintai kantor Keira.

Darah Arkan berdesir dingin. Clara benar-benar nekat. Dia tidak main-main dengan ancamannya. Arkan mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Dia harus melakukan sesuatu sebelum Clara berbuat gila dan menyakiti Keira.

Arkan mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor asisten pribadinya.

"Halo Bim. Cari tahu di mana Clara tinggal sekarang. Dan perketat keamanan di sekitar Keira. Gue nggak mau ada orang asing yang deketin istri gue. Siapapun itu. Lakukan sekarang," perintah Arkan dingin.

Arkan masuk ke mobilnya dan menatap sekali lagi ke arah kantor Keira di lantai lima.

"Gue bakal lindungin lo Ra. Walaupun lo galak dan nyebelin tapi lo tanggung jawab gue sekarang," gumam Arkan pelan.

Mesin mobil menderu kencang. Arkan melajukan mobilnya membelah kemacetan Jakarta dengan pikiran yang berkecamuk. Perang sesungguhnya bukan lagi melawan ego Keira tapi melawan masa lalu yang datang menuntut balas.

Dan Arkan bersumpah dia akan memenangkan perang ini. Demi Keira. Dan demi perasaan aneh yang mulai tumbuh subur di hatinya yang bernama cinta.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!