Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OJOL TAMPAN
Berkas penting itu disimpan Aluna beserta bukti hitam di atas putihnya dalam lemari Aluna. Ia berangkat ke terminal diantar sang papa. Tadinya ditawari Sabda langsung di antar ke kos, namun Aluna menolak. Kasihan sang papa harus bolak-balik, toh Aluna sudah biasa pulang pergi naik bus.
Selama di perjalanan, Aluna tersenyum tipis, mengingat masa kecilnya yang begitu bahagia bersama mama dan papanya, ditambah kehadiran sang adik, serasa sempurna sekali. Papa dan mamanya benar-benar hadir dalam setiap tumbuh kembang Aluna dan Bintang. Bahkan sampai sedewasa ini, Aluna tidak pernah menjumpai papa dan mamanya bertengkar hebat, ya meski pernah beberapa kali mamanya ngambek dan mogok masak tapi Aluna sadar bahwa setiap rumah tangga pasti ada masa pertengkarannya, dan orang tua Aluna sangat rapi menyembunyikan permasalahan mereka.
Kehidupan mereka sedikit terguncang saat Oma Batam, dan Mbah Uti meninggal secara berurutan di tahun yang sama. Saat Oma Batam meninggal, papa menangis terus, sampai sakit, dan mama begitu sabar dan selalu mendampingi papa. Menguatkan papa agar segera ikhlas, karena pada dasarnya manusia akan kembali pada sang Pencipta. Mungkin Sabda sedikit menyesal saat Oma mulai sakit-sakitan, Sabda baru mengunjungi seminggu sebelum beliau meninggal, ada rasa bersalah karena tak ikut merawat.
Sedangkan Mbah Uti sakit lambung, Arimbi tidur di rumah sakit hampir 2 minggu. Memang saat Mbah Uti dinyatakan meninggal, mama terlihat menerima, tegar, karena Arimbi merawat jadi ikhlas saja Mbah Uti meninggal, agar tidak merasakan sakit lagi. Namun setelah hari ke-7, rumah sudah sepi, barulah Arimbi gampang menangis, tiba-tiba saja menangis, dan teringat Mbah Uti. Di sini lah Sabda yang menguatkan Arimbi, hampir setiap saat Sabda memeluk Arimbi sampai Aluna dan Bintang malu sendiri dengan kebucinan orang tuanya.
Ah, Aluna jadi mewek bila teringat moment itu. Kedua orang tuanya yang tangguh, ternyata tak berdaya ketika seorang ibu meninggalkan mereka. Benar kata orang ya duniamu akan baik-baik saja bila kamu masih punya ibu. Aluna sadar, setelah kehilangan para ibu, baik mama dan papanya berubah lebih pendiam, dan terlihat saling menguatkan satu sama lain. Untungnya sudah berdamai dengan keadaan, keduanya pun sudah kembali ke setelan awal, mama Mbi dengan kecerewetannya namun perhatian dengan kedua anaknya. Sedangkan papa dengan mode silent tapi tetap bersama anak istrinya.
Bisa gak ya aku punya suami kayak papa. Apalagi zaman sekarang, gak punya mantan kerja cerdas, limited edition kayaknya. Beneran deh kalau bertemu spek laki-laki seperti itu langsung aku lamar. Aluna bermonolog, konyol juga. Toh sampai sekarang belum ada laki-laki yang bisa membuat dirinya salah tingkah.
Suasana kota sore ini sangat mendung, awan terlihat ingin memuntahkan air hujan. Aluna sudah turun dari bis, dan sedang menunggu ojol yang sudah ia pesan sebelum bus berhenti tadi. Sesekali ia mendongak, berharap agar tak hujan dulu. "Mbak Aluna ya?" sapa seseorang berjaket ojol, sepersekian detik Aluna terpana dengan indahnya mata ojol ini. Meski bermasker, Aluna yakin nih ojol tampan sekali. "Mbak!" tegur Mas Ojol sekali lagi, baru deh Aluna ngeh, dan malu sendiri.
Baru juga berdoa, sudah dikabulkan langsung. Ya Allah, nikmat mana yang kau dustakan wahai manusia. Allah sebaik itu memberikan signal terkabulnya doa, ya meski belum tentu juga Mas Ojolnya mau dengan dirinya.
Aluna menahan tawa mengingat betapa konyolnya dia saat tertegun menatap mata elang itu. "Mbak kayaknya di sana hujan, gimana? Saya gak punya mantel buat Mbaknya!" ucap Mas Ojol sedikit teriak.
"Hah? Apa Mas?" sabar ya Mas Ojol, perempuan kalau diajak ngomong di atas motor, saingan sama Haji Bolot.
"Hujan, Mbak. Gimana?"
"Oh hujan ya?" Aluna berpikir sejenak, kosnya masih agak jauh kurang lebih 15 menitan. Kalau tabras bisa sih, tapi pasti di daerah perempatan banjir. "Mampir ke minimarket saja, Mas. Lah hujan," Mas Ojol langsung sign kanan dan berteduh di minimarket. Aluna segera menuju ke pelataran minimarket, disusul oleh Mas Ojol tersebut. Aluna kembali dibuat bodoh, sumpah seperti bukan dirinya coba, kelihatan mupengnya sama Mas Ojol, apalagi saat dia membuka jaket ojol dan maskernya. Serasa Aluna mendapat jakpot.
Lun, kondisikan mata. Ya Ampun Lun, kayak gak pernah lihat orang cakep aja. Begitu batin Aluna meronta. Ya gimana ya, melihat cowok tinggi, meski gak atletis badannya, tapi wajahnya sangat rupawan. Seperti Cindo tapi gak terlalu sipit, dan lagi alisnya kayak orang Arab, aduh Aluna dibuat bingung sendiri.
Ia pun masuk minimarket, membeli kopi untuk dirinya dan Mas Ojol, gak enak lah kalau minum sendiri. Aluna tak sepelit itu. Ia pun tambah beli bakpao juga, kudapan yang sangat cocok di hujan. Saat menunggu kopi dan bakpao, Aluna iseng melihat Mas Ojol tersebut, seperti sedang menggulir ponselnya, jangan bilang orderan di cancel, mati dong Aluna nanti, pulang ke kos naik apa.
"Eh enggak ding," ucapnya setelah tahu apa yang dilakukan Mas Ojol itu. Ternyata ia membuka seperti web dan muncul grafik, Aluna kepo dan dilihatnya lebih dekat meski terhalang kaca minimarket. "Hem, kayak papa. Main saham," gumam Aluna kemudian mengambil kopi dan bakpaonya.
Ia minta tolong untuk dibawakan kopi ke depan oleh petugas minimarket. "Makasih, Mbak!" ucap Aluna setelah kopi diletakkan di meja bulat di luar minimarket. "Silahkan, Mas. Kopinya!" ucap Aluna sekaligus menyodorkan bakpao.
"Ouh terimakasih, Mbak!" jawab Mas Ojol sembari mengangguk sopan. Duh, meleleh hati Aluna, kesan pertama ganteng plus sopan. Aluna setengah mati menahan jangan sampai tercetus minta nomor ponsel. Aduh, jangan sampai ia terlihat menggatal di depan pria ini. Mas Ojol pun belum menyentuh kopi dan bakpaonya, sungkan mungkin. Tapi Aluna pura-pura cuek, ia lapar dan juga dingin.
"Mas maaf, tadi saya sempat lihat di balik kaca ini. Kalau boleh tahu, Mas trading saham?" tanya Aluna basa-basi. Enggak terlihat centil kan ya?
Eh, eh, Mas Ojol tersenyum. "Bukan trading sih, Mbak. Cuma investasi saja!" Aluna mengangguk. "Mbaknya kok tahu tentang saham."
"Papa soalnya sering pantengin grafik kayak Mas tadi, makanya saya langsung teringat sama papa saya." Mas Ojolnya mengangguk, sembari meminum kopi.
"Iya, Mbak. Sedang mengaplikasikan ilmu kuliah saja," ucapnya lagi. Aluna diam, serasa mati kutu, terlebih Mas Ojol membenarkan rambutnya yang sedikit gondrong itu.
Tolong, jangan sampai Aluna histeris karena pemandangan di depannya ini.
"Kuliah semester berapa?" tanya Aluna kemudian. Berusaha senormal mungkin dalam membangun pembicaraan dua arah ini.
"Sudah lulus, Mbak. Alhamdulillah!"
Waduh, sudah lulus. Jangan-jangan sudah menikah juga. Ya elah, baru juga kesemsem masa' iya sudah milik orang.
"Oh, Alhamdulillah."
"Mbaknya kuliah?"
"Iya, sudah semester akhir."
Keduanya pun terdiam, gak enak juga kalau terlalu banya omong, hingga sebuah mobil berhenti di depan pintu minimarket, baik Aluna dan Mas Ojol tersebut ikut menatap mobil itu, betapa terkejutnya Aluna, mama Abi keluar dari mobil itu dan menatapnya dengan tatapan sinis.
"Ternyata pacarnya miskin juga," ucap beliau kemudian masuk minimarket. Aluna langsung memejamkan mata dan mengepalkan tangan. Kalau tidak berada di tempat umum, mungkin Aluna akan melemparkan sepatunya ke muka mama Abi. Sialan, merusak mood saja.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...