NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

​Pintu kamar itu terbuka pelan, menciptakan celah kecil dalam kegelapan. Rina memegang kunci itu erat-erat, seluruh tubuhnya gemetar karena rasa takut yang mencekik. Bau anyir dan dupa yang tajam langsung menyeruak keluar, memaksa Rina menutup hidungnya.

​Rina menyalakan senter dari ponselnya dan mengarahkan cahayanya ke dalam ruangan.

​Ruangan itu kecil, gelap, dan tanpa jendela. Dindingnya dicat hitam pekat, dan lantainya ditutupi karpet lusuh berwarna merah gelap yang kotor. Udara di dalamnya terasa pengap, berat, dan dipenuhi energi negatif yang menyesakkan dada.

​Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja kecil yang terbuat dari batu, dan di atasnya dipenuhi sesajen. Ada bunga-bunga kering yang sudah layu, abu dupa, dan piring berisi beberapa makanan mentah.

​Pandangan Rina beralih ke dinding di belakang meja batu itu.

​Di sana, ia melihat sebuah Lukisan Besar yang ditutup dengan kain beludru berwarna hitam. Tepat di bawah lukisan itu, terdapat sebuah Kotak Kayu Berukir yang tampak sangat tua dan dihiasi oleh simbol-simbol yang asing.

​Namun, yang paling mengerikan dan membuat Rina seketika mual adalah apa yang terletak di atas Kotak Kayu Berukir. Di atasnya, diletakkan sebuah Foto Keluarga, foto Aryan bersama almarhum ayahnya (Pak Hari) dan Bu Ratih. Di foto itu terdapat bercak merah seperti darah, tepat di bagian wajah Pak Hari.

​Rina tercekat. Semua kecurigaan tentang pesugihan terbukti, dan foto yang terdapat bercak merah itu adalah bukti kuat adanya tumbal. Air mata Rina mengalir deras, menyadari bahwa suaminya telah bersekutu dengan iblis.

​Saat Rina terfokus pada foto itu, sebuah suara serak yang berat tiba-tiba berbisik, menggema dari sudut ruangan.

​“Nyawa adalah bayaran! Dan kamu, akan menjadi milik Tuanku selanjutnya!”

​Rina menoleh. Ia melihat Boneka Kayu seukuran anak kecil, tanpa mata, yang berdiri di sudut ruangan. Boneka itu tidak bergerak, tetapi aura dingin yang kuat memancar darinya.

​Rina tahu, ia harus segera keluar. Ia tidak boleh berada di sini lebih lama lagi, apalagi sampai menyentuh benda apa pun. Jika Aryan tahu, ia pasti akan dihabisinya.

​Rina dengan cepat menarik diri. Ia membalikkan badan dan bergegas menuju pintu. Ia menarik kunci itu keluar, menutup pintu, dan menguncinya kembali secepat mungkin. Bunyi klik kunci itu terasa memekakkan telinga dalam keheningan malam.

​Rina berlari kembali ke kamar tidurnya. Ia meletakkan kunci itu kembali ke laci nakas Aryan, menutupnya rapat-rapat, dan melompat kembali ke tempat tidur, berpura-pura tidur.

​Detik berikutnya, Rina mendengar suara panik.

​“Aaargh! Siapa yang masuk kamar ritualku!”

​Aryan terbangun, wajahnya pucat. Ia merasakan benturan energi negatif yang sangat kuat dari kamar terlarangnya. Ia langsung melompat dari tempat tidur, berlari keluar kamar tanpa menyadari Rina sudah terbangun.

​Rina memejamkan mata erat-erat. Ia telah melihat kengerian itu, ia telah mengetahui rahasia Aryan, tetapi sekarang ia terperangkap dalam ketakutan. Ia harus mencari cara untuk melarikan diri, atau mencari bantuan sebelum Aryan menyadari bahwa dirinyalah yang telah masuk ke kamar itu.

​---

​Aryan berlari kencang menyusuri lorong menuju kamar ritualnya. Jantungnya berdebar kencang. Ia merasakan energi pelindungnya terganggu dan hawa ruangan di sekitar kamar ritual terasa panas, bukan dingin. Hal ini menandakan ada penyusup yang telah mengusik tempat ritualnya.

​Setibanya di depan pintu kamar ritual, Aryan menarik napas kasar. Ia meraba kunci di saku celana tidurnya. Kunci itu masih ada.

​Dengan tangan gemetar, ia membuka kunci pintu. Aroma dupa dan anyir di dalam ruangan itu terasa lebih kuat dari biasanya. Ia segera menyalakan lampu kecil di sudut ruangan.

​Mata Aryan menyapu seluruh ruangan. Lukisan besar masih tertutup beludru hitam. Kotak Kayu Berukir dan foto keluarga yang penuh bercak merah darah masih berada di tempatnya. Sesajen masih utuh, dan Boneka Kayu di sudut ruangan tampak diam. Tidak ada yang terlihat berantakan.

​Aryan menghela napas lega, namun tetap merasa aneh. Ia mendekati Boneka Kayu dan bergumam, “Apa yang terjadi? Siapa yang berani masuk?”

​Aryan memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, musuh-musuhnya terlalu banyak, terutama setelah ia mengenal Broto. Ia mungkin terlalu takut.

​‘Mungkin seseorang atau dukun suruhan Broto mencoba menyerang. Syukurlah, pertahananku memang kuat,’ pikir Aryan.

​Setelah mengunci kembali kamar itu dengan sangat hati-hati, Aryan kembali ke kamar tidurnya.

​Rina masih terbaring di tempat tidur, memejamkan mata erat-erat, berpura-pura tidur. Ia mendengar langkah kaki Aryan yang kembali ke kamarnya, dan ia merasakan tempat tidur bergerak ketika suaminya berbaring.

​Aryan mendesah pelan. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan kepanikannya. Ia membalikkan badan, memeluk Rina dari belakang.

​“Tidur, Sayang. Tidak ada apa-apa,” bisik Aryan di telinga Rina.

​Rina hanya menggumam pelan, menahan rasa mual dan takut yang luar biasa saat dipeluk oleh suaminya yang berlumuran dosa.

​Merasa bahwa Rina tidak terusik, Aryan akhirnya memejamkan mata. Ia terlalu lelah dan terlalu percaya pada kekuatan pertahanan gaibnya. Tak lama kemudian, dengkuran halus Aryan terdengar. Ia kembali tertidur pulas, menganggap gangguan yang baru saja terjadi, hanyalah serangan gaib dari jarak jauh yang tidak berbahaya.

​Di kamar lain, Bu Ratih, yang mendengar langkah kaki panik Aryan dan keributan singkat di tengah malam, kini merasa sangat yakin. Ia mendengar desahan Aryan saat kembali ke kamar, dan ia tahu, suaminya, Pak Hari, kini telah menjadi tumbal anaknya sendiri.

​Bu Ratih tidak bisa lagi menunggu. Ia harus bertindak.

​Pagi itu, sebelum Aryan bangun, Bu Ratih diam-diam keluar rumah. Ia sengaja tidak memesan taksi seperti biasanya. Ia berjalan cepat menuju batas kompleks perumahan. Ia tahu, ia harus menemukan pemuda sholeh yang bernama Azmi, yang pernah ia temui saat itu.

​Bu Ratih menunggu di pos keamanan komplek yang sedang sepi, berusaha terlihat biasa saja. Tidak lama kemudian, Azmi muncul, berjalan kaki di sepanjang trotoar seperti kebiasaannya.

​Azmi, yang juga sedang mencari cara untuk menghubungi Bu Ratih, segera menghampirinya.

​“Assalamualaikum, Bu Ratih. Selamat pagi,” sapa Azmi sopan.

​Wajah Bu Ratih terlihat lega, seolah melihat penyelamat. Ia segera menarik Azmi menjauh sedikit dari jalanan.

​“Waalaikumussalam, Nak Azmi. Syukurlah Ibu bertemu kamu. Ibu harus bicara serius, Nak. Semuanya benar. Anak Ibu, Aryan, dia... dia sudah sesat, Nak,” bisik Bu Ratih, air matanya mulai menggenang.

​“Ada apa, Bu? Apa yang terjadi?” tanya Azmi, suaranya tenang, siap mendengarkan cerita dari Bu Ratih yang ia nantikan.

​Bu Ratih menceritakan kecurigaannya, tentang kamar ritual yang selalu dikunci, suara aneh, dan yang paling penting, perasaannya bahwa suaminya, almarhum Pak Hari, telah menjadi tumbal bagi kekayaan Aryan.

​“Tadi malam ada keributan, Nak. Aryan sangat panik tadi malam. Saya tidak tahu apa yang terjadi di kamar itu, sepertinya Aryan panik sekali,” kata Bu Ratih sambil terisak. “Nak Azmi, tolong Ibu. Tolong hentikan anak saya sebelum dia menumbalkan Rina, atau Ibu sendiri. Tolong Nak, Ibu yakin kamu bisa melihat apa yang tidak bisa Ibu lihat.”

​Azmi mengangguk, sorot matanya kini penuh tekad. “Tenang, Bu. Allah telah memberikan petunjuk. Saya sudah tahu semua rahasia Aryan. Sekarang, kita harus bekerja sama untuk menghentikan ini, kasihan anak Ibu, ia sudah jadi budak Iblis, ia sudah diiming-imingi kekayaan, tapi sebenarnya ia sedang diperbudak oleh Iblis.”

1
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!