Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralia melupakannya. Namun, takdir membencinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10: Perayaan
Pernikahan telah di mulai. Saat itu, Andralia diantar ke Altar oleh Kyle sebagai perwakilan Alvart karena tidak kuat untuk berjalan.
Lucian yang telah menunggu di Altar dengan Sesepuh yang akan membantu Ikrar Pernikahan, melihat ke arah Andralia. Hati Lucian berdebar saat melihat calon Istrinya berjalan dengan anggun dengan Ayahnya di karpet merah.
Beberapa tamu yang datang sebagai saksi atas pernikahan itu, sedikit terkejut dengan baju pernikahan mereka. "Kenapa harus hitam?" batin mereka.
Andralia melangkah ke tangga Altar perlahan, masih berpegangan dengan Kyle. Lucian, sedikitpun tidak mengulurkan tangannya karena teringat dengan ucapan Andralia pagi itu.
Mereka berdua kini telah berdiri di hadapan Sesepuh yang akan menikahkan mereka.
Doa dengan bahasa kuno mulai dilantunkan oleh Sesepuh itu.
"Lucian Beasley, apa kamu bersedia dan bertanggung jawab penuh sebagai Suami Lady Andralia Raelys di masa depan?" tanya Sesepuh.
"Saya bersedia dengan penuh hati, saya akan melindungi dan menjaganya lebih dari nyawa saya sendiri" Ucap Lucian.
Andralia melirik karena ucapan panjang Lucian, "Berlebihan sekali" batinnya.
Sesepuh itu tersenyum, dia menolehkan kepalanya ke arah Andralia. "Lady Andralia Raelys, apa Anda bersedia menjadi Istri Lucian Beasley di masa depan?"
"Ya" jawab singkat Andralia.
"Baiklah, silahkan bertukar cincin sebagai tanda suci ikrar yang telah diucapkan" arahan dari Sesepuh.
Andralia dan Lucian berdiri saling berhadapan. Jantung Lucian berdebar. Bahkan, tangannya gemetar saat akan memakaikan cincin itu pada jari manis Andralia yang sudah diulurkan.
Andralia hanya bisa melihat tangan Lucian yang gemetar itu saat memakaikannya dengan hati-hati pada jarinya.
Kini, giliran Andralia memasang cincin itu pada jari Lucian. Saat Andralia memegang cincin itu, dia baru menyadari betapa tebalnya jari milik Lucian. Bahkan, bekas besetan luka terlihat jelas di sana. Itu adalah bukti betapa berjuangnya Lucian sebagai Prajurit.
Air mata Lucian tidak bisa ditahan lagi saat Andralia memasangkan cincin pada jarinya. Dia menyembunyikan wajahnya itu jauh-jauh dari Andralia.
Andralia tetap memasang wajah cuek. Hingga,-
"Silahkan saling berciuman sebagai tanda sah kalian" ucap Sesepuh.
Andralia dan Lucian tidak memikirkan hal ini. Keduanya saling melihat dengan mata mereka yang terbelalak. Lucian menunjukkan senyum jahilnya kepada Andralia. Sedangkan, Andralia mendesis celotehan pada Lucian untuk tidak melakukannya.
Alvart yang melihat keduanya dari tempat duduknya tidak tahan menahan tawanya, dia terkekeh. "Lakukanlah nak, apa yang perlu kalian malukan?" ucap Alvart dan ditepuk tangani oleh perwakilan tamu yang hadir.
Andralia memegang lengan baju Lucian dengan perlahan. "Pura-pura saja, jangan sampai bersentuhan" bisik Andralia.
Lucian masih menunjukkan senyuman jahilnya dan mengangguk. Mata Andralia benar-benar menatap Lucian dengan raut malu, sekaligus meminta.
Lucian membungkukkan tubuhnya, mata Andralia masih terbuka, memastikan agar Lucian mengikuti ucapannya. Hidung mereka hampir bersentuhan, dan saat itu, Lucian memegang rahang Andalia, menelengkannya ke kiri, ke hadapan para tamu. Andralia sempat melihat wajah Ayahnya yang tersenyum lebar. Dan di saat yang sama Lucian mengecup pipi kanan empuk dan wangi Andralia.
Kedua mata Andralia terbelalak, saat hidung mancung Lucian menusuk pipi kanannya, bahkan dia bisa merasakan bagaimana lekuk bibir Lucian yang menyentuh pipinya.
Lucian melepaskan Andralia setelah itu. Kening Andralia sudah berkerut karena Lucian melewati batasnya. Lucian sendiri, tidak berani menatap Andralia karena dia tau Istrinya kini sedang menahan diri untuk tidak marah di depan publik.
"Pernikahan kalian sudah selesai. Mulai hari ini, kalian resmi menjadi Suami dan Istri. Semoga kalian bahagia sepanjang waktu"
Andralia dan Lucian turun bersama dari altar, karena sudah terlanjur dengan apa yang terjadi, Lucian mencoba mengulurkan tangannya kepada Andralia. Dan sungguh mengejutkan, Andralia menerima uluran tangan itu. Tentu saja Andralia terpaksa melakukannya. Karena dia melihat Ayahnya. Dia hanya ingin Ayahnya tersenyum dan sembuh. Dia tidak tau jika kehidupan Ayahnya sudah bisa dihitung dengan jari.
Andralia mendatangi Ayahnya, sebelum para tamu mendatanginya. Dia memeluk Ayahnya dengan erat. "Ayah, aku sangat menyayangimu" ucap Andralia.
Alvart melihat ke arah Lucian. Dia mengulurkan tangannya. Lucian tidak bisa menolak permintaan itu. Alvart memeluk Putri dan Mantunya.
"Dengan begini, aku bisa tenang melepaskan putriku. Lucian, tolong jaga putriku dengan baik. Jangan pernah menyakiti hatinya sekali pun. Jangan pernah melihat perempuan lain. Setialah pada putriku. Aku sungguh percayakan kehidupan putriku, padamu nak" Alvart mengosok dan menepuk punggung Lucian.
"Tentu Baginda" ucap Lucian.
"Ayah..." ucap Alvart membenarkan panggilan yang tepat untuknya dari Lucian.
"Iya Ayah" ucap Lucian, sengaja memeluk Andralia yang sedang memeluk Ayahnya.
"Lucian sialan!" Andralia menyikut Lucian untuk melepaskannya.
Satu persatu tamu yang menjadi saksi mengucapkan selamat kepada mereka, dan acara perayaan pernikahan mereka mulai di gelar.
Dari ujung desa hingga desa lainnya merayakan perayaan itu. Sungguh, itu adalah pernikahan terbesar yang pernah Kerajaan Erundil rayakan. Kini, Andralia dan Lucian berada di ruangan istirahat sebelum mereka berdua menuju aula Istana.
Andralia terus menatap Lucian dengan kesal. Sedangkan Lucian, pura-pura tidak melihat itu.
"Kau sialan, Lucian" Andralia melemparkan buah pir ke arah kepala Lucian. Lucian menangkap apel itu.
"Setelah ini, akan banyak tamu yang datang. Jangan bertingkah macam-macam di dekatku" ancam Andralia.
Lucian hanya tersenyum dan memakan pir itu.
Pesta pernikahan mereka di mulai. Sungguh benar, banyak tamu yang hadir. Tidak hanya dari kalangan bangsawan, bahkan kalangan bawah juga turut mengucapkan selamat pada mereka berdua.
Hingga, kedatangan tamu istimewa yang Lucian tunggu akhirnya datang.
"Dari wilayah Utara, Tuan Zavyerol Zarel datang!" Suara lantang yang menyebutkan namanya tak asing itu, membuat Lucian menoleh ke sisi pintu masuk dengan cepat.
"Heh!..." Lucian tertawa sepat.
Pria dengan tinggi 182 cm, dengan rambut pirang yang lebih pucat dari warna emas. Dia pemilik tanah Utara yang memiliki hubungan rumit dengan Lucian datang di pernikahan itu.
Pria rambut pirang dengan mata merah itu mendatangi Lucian dan Andralia. Dia mengulurkan tangannya pada Lucian. "Lama tidak melihatmu, tau-tau kau ternyata memberikan undangan pernikahan padaku" ucap pria itu.
Lucian menepuk telapak tangan Zavyerol. Lalu, mencengkramnya. "Ya, karena aku mengharapkan hadiah darimu" Lucian tersenyum licik.
Andralia menatap pria tinggi itu, yang hampir sepantaran dengan Lucian. "Wajahmu tidak asing" ucap Andralia melihat pria itu.
Zavyerol tersenyum lebar dan melihat ke arah Andralia. Namun, dengan cepat Lucian menutup wajah Zavyerol dengan kedua tangannya. "Dia orang yang pernah meracuniku dengan permen Yang Mulia" Lucian mengadu pada Andralia.
Zavyerol tertawa dibalik tangan Lucian, dan mengintip ke arah Andralia. Zavyerol menepuk bahu Lucian. "Sangat mirip, bukan? Bahkan, gaun yang dia pilih. Sama dengan seleranya" ucap Zavyerol.
"Mirip? Mirip dengan siapa?" Andralia langsung cekatan. Dia melihat ke arah Lucian, seakan meminta Lucian untuk segera menjelaskannya.
Lucian menelan ludah saat melihat perubahan wajah itu.
"Huh?! Ahaha, maksudnya dia, ibu dia..." jelas Lucian gelagapan. "Ha...ha... ha.... bantu aku!" Lucian menyikut balik lengan Zavyerol untuk membantunya.
"Ya, itu benar. Dia pernah menaksir ibuku, lalu wash wosh, gagal, cintanya ditolak. Lalu, terciptalah aku... haha" Zavyerol memancing masalah.
Mulut Lucian yang mengangah lebar, langsung ciut karena lirikan Andralia.