Ratusan tahun setelah kemenangan Kaisar Xiao Chen, di sebuah dunia fana yang terpencil, sebuah legenda baru mulai bersemi dari benih yang telah ia tanam.
Xuan Ye adalah seorang yatim piatu, dibuang saat lahir dan dianggap "sampah" karena tidak memiliki akar spiritual. Dia tumbuh di bawah hinaan dan penindasan, tidak menyadari bahwa di dalam darahnya tertidur dua garis keturunan agung: kekuatan ilusi Mata Ungu dari Keluarga Xuan kuno, dan darah Phoenix dari ibunya, seorang bidadari suci dari Aliran Suci. Ibunya, yang dibutakan oleh harga diri sektenya, telah membuangnya karena dianggap sebagai aib dan berbohong pada suaminya bahwa putra mereka telah meninggal.
Di titik terendahnya, Xuan Ye secara "tidak sengaja" menemukan sebuah warisan jiwa yang ditinggalkan oleh Kaisar Xiao Chen. Kesempatan ini membangkitkan Mata Ungu Ilusi miliknya dan memberinya teknik kultivasi jiwa dasar, memberinya kunci untuk memulai perjalanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Menagih Hutang di Awan Biru
Beberapa hari setelah penghancuran Sekte Bayangan Iblis, sesosok bayangan pendiam berjubah biru murid dalam berjalan melewati gerbang utama Sekte Gerbang Awan Biru. Kembalinya Xuan Ye, yang telah dianggap tewas, menciptakan kehebohan instan.
Bisikan-bisikan dan tatapan kaget mengikutinya saat dia berjalan.
"Itu... bukankah itu Xuan Ye? Si sampah yang melompat ke jurang?"
"Bagaimana mungkin dia masih hidup? Dan... dia mengenakan jubah murid dalam?"
"Auranya... aku tidak bisa merasakannya sama sekali. Dia benar-benar aneh."
Xuan Ye mengabaikan mereka semua. Tujuannya hanya satu. Dia berjalan melewati Puncak Murid Dalam, melewati Puncak Murid Inti, dan terus mendaki menuju puncak tertinggi sekte, tempat di mana Aula Dewan Utama berada.
Saat dia tiba, para penjaga mencoba menghentikannya. "Ini adalah area terlarang! Murid biasa tidak diizinkan!"
Xuan Ye hanya mengeluarkan plakat giok murid dalamnya. "Aku, Murid Dalam Xuan Ye, telah menyelesaikan misi wajibku. Aku di sini untuk melapor pada Master Sekte dan dewan tetua."
Melihat plakat itu dan mendengar permintaannya yang formal, para penjaga tidak berani menghalangi.
Di dalam Aula Dewan Utama, Master Sekte dan beberapa tetua inti, termasuk Tetua Shen, sedang berdiskusi. Saat Xuan Ye diumumkan dan melangkah masuk, wajah Tetua Shen langsung berubah menjadi topeng keterkejutan dan kebencian.
"Murid Xuan Ye," kata Master Sekte dengan tenang, meskipun matanya menunjukkan sedikit keterkejutan. "Kami mengira kau telah tewas di Lembah Bayangan Hitam. Laporkan misimu."
Xuan Ye membungkuk dengan hormat. "Melapor pada Master Sekte dan para tetua," katanya, suaranya yang datar bergema di aula yang sunyi. "Misi saya telah selesai. Aktivitas iblis di Lembah Bayangan Hitam tidak akan lagi menjadi ancaman."
Dia berhenti sejenak. "Karena seluruh Sekte Bayangan Iblis... telah saya musnahkan sampai ke akarnya."
Pernyataan itu membuat para tetua terkesiap. Seorang murid dalam yang baru dipromosikan sendirian memusnahkan seluruh sekte iblis?
"Dan dalam prosesnya," lanjut Xuan Ye, matanya yang ungu kini terkunci pada Tetua Shen yang pucat. "Saya menemukan sesuatu yang sangat menarik. Sebuah konspirasi yang mengancam untuk merusak reputasi sekte kita dari dalam."
Dia melemparkan setumpuk surat yang disegel dengan segel spiritual ke lantai. "Surat-surat ini, yang saya temukan di ruang utama Master Sekte Bayangan Iblis, merinci sebuah kesepakatan. Sebuah kesepakatan dengan seorang tetua dari sekte kita, yang memerintahkan pembunuhan saya dan memintanya untuk dibuat terlihat seperti sebuah kecelakaan."
Wajah Tetua Shen menjadi seputih kertas. "OMONG KOSONG! INI FITNAH!" teriaknya panik. "Dia pasti memalsukan bukti ini untuk menjebakku setelah aku menghukumnya di masa lalu!"
Master Sekte dengan tenang mengambil salah satu surat. Dia memeriksanya, lalu menatap segel spiritual di bagian bawahnya. Ekspresinya yang bijaksana berubah menjadi sedingin es. Dia menatap Tetua Shen.
"Shen Yuan," katanya, menggunakan nama lengkap sang tetua. "Segel spiritual ini tidak bisa dipalsukan. Ini adalah milikmu. Apa penjelasanmu?"
Terpojok. Terungkap.
Di bawah tatapan dingin dari Master Sekte dan tatapan tak percaya dari para tetua lainnya, Tetua Shen tahu bahwa dia telah tamat. Rasa takut dan kebenciannya pada Xuan Ye meledak menjadi kegilaan.
"SEMUA INI KARENA KAU, BOCAH SIALAN! MATI SAJA KAU!"
Dia melepaskan seluruh kekuatan Ranah Core Formation puncaknya dalam satu serangan putus asa, mencoba untuk membunuh Xuan Ye di tempat untuk membungkamnya selamanya.
Para tetua lain baru saja akan bergerak untuk melindungi Xuan Ye, tetapi Master Sekte menghentikan mereka dengan satu lambaian tangan. Dia ingin melihat.
Menghadapi serangan penuh dari seorang tetua yang kuat, Xuan Ye tidak bergerak. Dia hanya melepaskan auranya sendiri. Bukan aura Qi, melainkan aura jiwa murni dari Ranah Nascent Soul miliknya.
Sebuah tekanan spiritual yang jauh melampaui lawannya meledak keluar.
Dia melayangkan satu serangan telapak tangan yang tampak sederhana. "Telapak Tangan Penghancur Jiwa."
Serangan putus asa Tetua Shen hancur seperti kaca saat bersentuhan dengan telapak tangan itu. Serangan jiwa yang tak terlihat itu kemudian menghantam dada sang tetua.
Dia tidak terlempar. Dia hanya membeku, matanya yang melotot dipenuhi ketidakpercayaan. Sebuah suara retakan yang samar terdengar dari dalam tubuhnya. Inti Emasnya telah hancur berkeping-keping. Kultivasinya... telah lumpuh.
Dia ambruk ke lantai, tidak berbeda dari Zhang Hao.
Xuan Ye berdiri di atasnya, auranya kembali tenang. Dia menatap Master Sekte. "Hutangku... telah lunas."
Seluruh aula terdiam, menatap pemuda yang dalam waktu kurang dari setahun telah bangkit dari seorang murid pelayan menjadi seseorang yang bisa melumpuhkan seorang tetua sekte dengan satu gerakan.
"Mulai hari ini," kata sang Master Sekte setelah hening yang lama. "Xuan Ye... dipromosikan menjadi Murid Inti."
Kemenangannya telah total. Dia telah membersihkan namanya, membalaskan dendamnya, dan merebut status baru yang terhormat.
Tetapi saat dia menatap ke luar jendela, ke arah dunia yang luas di luar pegunungan sekte, dia tahu...
