Di bawah cahaya rembulan buatan Mata Samara, terletak Negeri Samarasewu, kota sihir yang diatur oleh hukum yang kaku dan Dewan Lima Bintang yang elitis. Di sinilah Yusuf, seorang pemuda yang bukan penyihir, menjalani hidupnya sebagai Skriptor Bayangan—seorang ahli yang diam-diam menyalin, menerjemahkan, dan memalsukan mantera-mantera kuno untuk para penyihir malas dan pasar gelap. Keahliannya bukan merapal sihir, melainkan memahami arsitekturnya.
Kehidupan Yusuf yang berbahaya hancur ketika ia tertangkap basah oleh Penjaga Hukum Sihir saat sedang menyalin mantera pertahanan tingkat master yang sangat terlarang: Mantera Pagar Duri Nirwana. Dalam pelariannya, Yusuf terpaksa merapal mantera kabut murahan, sebuah tindakan yang langsung menjadikannya buronan.
Terjebak di Distrik Benang Kusut, Yusuf bertemu dengan Rumi, seorang makelar licik yang menawarkan jalan keluar. Namun, kebebasan datang dengan harga yang mengerikan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Katalisator Naga & Titik Balik Rumi
Rumi meluncur melintasi Kabut Kuno dengan sekoci eter yang disamarkan, menuju Batu Inti Reruntuhan Kuno. Jantungnya berdebar, bukan karena takut pada Naga Aetheric, melainkan karena keharusan untuk merapal mantera yang ia benci: pengorbanan terkontrol. Yusuf telah memberinya mantera yang akan menggabungkan energi murni dari Batu Inti—yang dipancarkan oleh Mantera Harmonik Tunggal Yusuf—dengan energi Naga, menciptakan ledakan resonansi yang menakutkan, tetapi tidak mematikan. Tugasnya adalah menjadi katalisatornya, memastikan Korsin dan Dera menyaksikan kengerian itu dan memahami bahwa Veridia kini dilindungi oleh kekuatan yang tidak bisa diatasi.
Saat Rumi mendekati lokasi, ia melihat Batu Inti itu bersinar keemasan, memancarkan harmoni yang memabukkan—sinyal yang memanggil Naga Aetheric. Di kejauhan, dua titik kecil bergerak mendekat: sekoci eter Korsin.
Rumi menyadari bahwa ia punya waktu kurang dari satu menit.
Ia memosisikan sekoci eternya di belakang Batu Inti, tempat ia terlindung dari pandangan langsung. Naga Aetheric mendekat dengan kecepatan yang menakutkan, bukan sebagai wujud fisik, tetapi sebagai pusaran energi yang melengkung dan menghisap cahaya. Itu adalah massa anti-struktur yang bergerak, dipandu oleh daya tarik harmoni murni.
Di Veridia, di ruang komando, Yusuf, Azura, dan Miyaz menonton melalui Jaringan Kristal Cermin yang sensitif.
"Naga itu terlalu cepat, Yusuf!" seru Azura, matanya menyala dalam kegelisahan. "Harmonisasinya bekerja terlalu baik! Miyaz, apakah Batu Inti itu bisa menahan benturan langsung?"
"Batu itu kuat, tetapi mantera Yusuf terlalu murni," jawab Miyaz, suaranya tegang. "Jika Naga menyentuhnya sebelum Rumi merapal mantera, simfoni pulau akan terganggu secara serius!"
Yusuf memegang Pena Pemberatnya, siap menulis mantera darurat apa pun, tetapi ia harus percaya pada Rumi.
Di lokasi, Korsin dan Dera tiba dengan sekoci mereka, mata mereka dipenuhi keserakahan. Mereka melihat Batu Inti yang bersinar dan mengira itu adalah sumber daya tak ternilai yang ditinggalkan Yusuf.
"Ambil mantera itu, Dera! Cepat!" perintah Korsin. "Kita akan menggunakan batu ini untuk memperkuat sekoci kita!"
Dera mulai merapal mantera pengikat untuk menarik Batu Inti, tetapi tepat pada saat itu, Rumi muncul dari balik batu. Wajahnya pucat, tetapi matanya memancarkan tekad yang dingin. Ia tahu betul kode yang ia pegang di tangannya—mantera yang telah ia tulis ulang berdasarkan instruksi Yusuf, menggabungkan mantera penyatuan dengan pelepasan kejut.
Korsin dan Dera terkejut melihat Rumi. "Rumi! Pengkhianat!" teriak Dera.
"Kapten, itu jebakan! Jangan sentuh batunya!" Rumi berteriak, mencoba memperingatkan mereka. Ia sadar, pada saat terakhir, bahwa ia tidak hanya melakukan tugas untuk Yusuf; ia mencoba menyelamatkan Korsin dari kebodohannya sendiri.
Terlambat. Naga Aetheric mencapai Batu Inti, dan pada saat yang sama, Rumi merapal Mantera Katalisator Resonansi.
Mantera Rumi menciptakan gelombang kejut yang sempurna, menyatukan frekuensi harmonis murni Batu Inti dengan frekuensi anti-struktur Naga. Naga itu, yang mengharapkan mangsa yang mudah diserap, malah menemui dirinya dipenuhi energi yang tiba-tiba beresonansi di dalam tubuhnya sendiri.
Gelombang resonansi itu tidak meledak, tetapi menjerit. Suara itu adalah pekikan energi murni yang terdistorsi, terdengar di seluruh Peti Mati Benua.
Batu Inti hancur berkeping-keping. Naga Aetheric, yang terluka oleh resonansi mendadak itu, kehilangan fokus dan menghilang ke dalam Kabut Kuno, meninggalkan jejak energi yang hancur.
Korsin dan Dera terlempar ke belakang oleh gelombang kejut, sekoci mereka terbalik.
"Apa yang terjadi?!" teriak Korsin, wajahnya dipenuhi ketakutan yang belum pernah dirasakan.
"Itu Naga Aetheric, Kapten! Itu nyata! Skriptor itu memancingnya untuk menyerang Batu Inti! Dan Rumi... Rumi adalah katalisatornya!" Dera, yang kini melihat bukti kekuatan purba, terguncang. Ia menyadari betapa jauh kebodohan Samarasewu telah membawa mereka.
Rumi, yang berhasil menjaga dirinya tetap stabil, mendekati sekoci Korsin yang terbalik. "Aku datang untuk membawamu pulang, Kapten. Ke Veridia. Aku telah memilih sisi."
Korsin menatap Rumi, melihat pengkhianat lama kini menjadi penyelamatnya dari monster mitos. Ia telah menyaksikan Naga Aetheric dan mantera cerdas Yusuf. Keangkuhannya hancur berkeping-keping. Dengan rasa pahit dan kelelahan, ia menerima bantuan Rumi.
Di ruang komando Veridia, sorakan pecah.
"Naga itu menghilang! Mantera Simfoni Terpadu stabil!" seru Azura, menari lega. "Rumi berhasil! Mantera Katalisator bekerja sempurna!"
Yusuf merasakan rasa lega yang sangat besar, tetapi ia tahu pekerjaan terbesar menanti. Ia telah mengalahkan Naga Aetheric, tetapi ia kini memiliki Kapten Korsin dan Dera sebagai tawanan.
Saat Rumi membawa Korsin dan Dera kembali, Yusuf turun ke reruntuhan. Pertemuan itu tegang. Korsin, yang biasanya arogan, kini hanya tampak letih, kemejanya robek. Dera menatap Yusuf dengan perpaduan rasa takut, kebencian, dan rasa hormat yang mendalam.
"Kau melanggar setiap hukum sihir yang pernah ada, Yusuf," kata Korsin, suaranya serak. "Mantera Keheningan, memancing Naga, mengubah kode navigasi... kau adalah teroris arsitektural."
"Aku adalah Arsitek Pertahanan," koreksi Yusuf, suaranya tenang dan tegas. "Kalian datang untuk mengambil kebebasan kami. Kami mempertahankannya dengan keahlian yang kalian berikan. Kalian sekarang menjadi tawanan perang."
Yusuf memanggil Rumi. "Kau telah membuktikan kesetiaanmu, Rumi. Tapi aku tahu kau masih memiliki ambisi dan pengetahuan Samarasewu. Apa yang kau inginkan?"
Rumi menatap Korsin dan Dera, melihat kehancuran yang mereka wakili. Kemudian ia menatap Yusuf, melihat ketertiban baru yang ia bangun. "Aku ingin kebebasan untuk mengembangkan mantera tanpa hukum kaku, Skriptor. Aku ingin berpartisipasi dalam arsitektur barumu. Dan aku ingin menjadi orang yang menulis ulang kode Kunci Dinding Laut Kabut secara permanen, agar tak seorang pun bisa mengulangi kesalahan Korsin dan Dera lagi."
Yusuf mengangguk. "Kau akan mendapatkan kebebasan itu, di bawah pengawasan Azura dan Miyaz. Tapi kode kunci itu akan menjadi proyek bersama. Tidak ada mantera yang boleh dimiliki oleh satu orang lagi di Peti Mati Benua."
Keputusan Yusuf selanjutnya mengejutkan semua orang, terutama Dera.
"Korsin akan dipenjara," kata Yusuf. "Tapi Dera... kau bebas."
Dera terperanjat. "Bebas? Tapi aku..."
"Kau melihat kegagalan Samarasewu, Dera. Kau melihat bagaimana kepatuhan buta pada kode membuatmu terjebak. Tapi kau juga melihat mantera yang kubuat—Mantera Keheningan Kecil. Kau tahu kode dasarnya. Aku menawarkanmu kesempatan yang sama seperti yang kuberikan pada Rumi. Bergabunglah dengan kami. Bantu kami menulis ulang kode kunci itu, dan bawa pengetahuan arsitektur Samarasewu ke dalam struktur Veridia. Aku butuh seseorang yang mengerti sistem itu dari dalam."
Yusuf tahu ini adalah pertaruhan besar. Dera bisa berkhianat kapan saja. Tetapi ia membutuhkan Dera untuk menyempurnakan Dinding Logika, dan ia perlu menghilangkan ideologinya tentang Samarasewu dengan menunjukkan padanya keindahan sihir yang bebas.
Dera menatap Korsin yang murung, lalu ke Pena Pemberat di tangan Yusuf. Ia melihat Mantera Asal yang kini menjadi panduan di Veridia. Kebebasan intelektual untuk menulis mantera tanpa hukum kaku terlalu menggoda bagi seorang Skriptor.
"Aku akan membantumu, Yusuf," kata Dera, mengangguk perlahan. "Tapi jika kau melakukan kesalahan, aku akan menjadi orang pertama yang meruntuhkan arsitektur barumu."
Yusuf tersenyum. "Itulah yang membuatmu sempurna. Aku membutuhkan kritikmu."
Dengan penahanan Korsin, bergabungnya Dera, dan kesetiaan Rumi yang baru, Tim Arsitektur Veridia telah lengkap. Yusuf, Azura, Miyaz, Rumi, dan Dera. Sebuah aliansi yang tidak mungkin, disatukan oleh arsitektur sihir dan ancaman eksternal. Perjalanan mereka untuk mengubah Veridia dari tempat persembunyian menjadi sebuah Negara Mantera baru saja dimulai.