NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 : Titik Balik Di Whitechaple

Celana pendek denim dan tank top yang dikenakan Freya ketika bekerja teronggok di sudut kamar tidurnya. Pakaian itu harus dicuci, tetapi ia malas melakukannya hari ini. Ia mengenakan kembali pakaian kusut itu. Tercium bau keringat dan bir yang melekat di sana. Ia selalu bau di akhir sifnya.

Freya menyelipkan ponsel ke saku belakang celana. Jemarinya gatal karena tidak lagi memegang ponsel. Sepanjang hari ini ia sudah berulang kali memeriksa e-mail.

Ia mengeluarkan sepatu dari kolong ranjang. Sepatunya masih baru, baru dibeli setelah sol sepatu lamanya robek. Sol sepatu lamanya memang sudah usang, dan ketika ia tersandung kerat bir, sol sepatunya langsung terlepas dari jahitan dan kaki-nya terpampang di tengah-tengah seperti lidah. Sepatu baru ini adalah sepatu putih murahan yang sudah terlihat kotor. Sepatu ini membuat tumitnya lecet-lecet kemarin malam. Ia meringis ketika mengenakan sepatunya. Semoga saja sepatu ini segera melembut, atau semoga kakinya semakin terbiasa.

Freya mengikat rambut sambil berjalan menyusuri koridor. Pergelangan tangannya bergerak-gerak dengan ahli. Freya tahu ia sudah telat ke tempat kerjanya, tetapi ia tetap berhenti untuk sekedar pergi ke dapur.

Freya keluar dari rumahnya. Ia menutup pintu kasa dan menyelipkan jarinya melewati kasa yang sudah rusak untuk menguncinya. Pintu itu benar-benar tidak berguna. Ia ingat ketika ia dan ibunya memasangnya bertahun-tahun yang lalu untuk alasan keamanan. Di masa sekarang ini, pintu itu sama sekali tidak akan mampu menghalangi penyusup. Pintu itu bahkan tidak mampu melindungi mereka dari lalat.

Pintu itu sama seperti semua hal lain dalam hidupnya, di kota ini. Setelah pabrik mobil ditutup, Whitechaple dengan cepat kehilangan tujuan. Dulu, kota ini kota yang menyenangkan. Sebagai kota terbesar di wilayah ini. Whitechaple dulu dianggap sebagai tempat yang menyenangkan untuk mampir dan bermalam di tengah perjalanan ke kota yang lebih besar. Kota ini cukup kecil untuk memiliki komunitas yang kuat, tetapi cukup besar sehingga kau bisa berjalan menyusuri jalan tanpa mengenal semua orang yang berpapasan denganmu.

Kini, semua yang ada di Whitechaple sudah rusak dan jelek. Orang-orang tidak lagi bersahabat. Banyak penduduk yang beralih dari acara minum-minum bersama teman ke kegiatan yang melibatkan narkoba. Tingkat kejahatan tinggi, tingkat pengangguran juga tinggi, tetapi populasi tetap sama. Rasanya seolah-olah semua orang merasa setia pada tempat ini. Well, Freya jelas tidak merasakan kesetiaan itu. Ia akan keluar dari sini. Gagasan itu membuatnya tersenyum. Gagasan bahwa ia tidak akan tinggal di tempat ini lagi, bahwa ia akan menjalani kehidupan yang sama sekali baru. Menyadari langkah kakinya melambat, Freya memaksa diri berhenti melamun. Kehidupan barunya akan segera dimulai, tetapi saat ini ia sudah terlambat untuk bekerja.

Freya berjalan ke Union Street, sambil mengibaskan sebelah tangan di depan wajah untuk menghalau lalat. Walaupun mata hari tergantung tinggi di langit, ia tidak merasa aman berjalan sendirian. Ada rute yang lebih singkat, tetapi itu berarti ia harus melewati para 'fossicker'. Ia tidak sudi melakukannya, jadi ia terpaksa mengambil jalan memutar. Ia mengeluarkan ponsel dari saku, memeriksa e-mailnya sekali lagi. Tidak ada e-mail baru. Hatinya melesak. Mereka berkata bahwa mereka akan mengabarinya hari ini. Ia tidak sabar lagi. Ia tidak pernah merasa sesiap ini untuk apa pun seumur hidupnya.

Sejak masih kecil, ia selalu ingin menjadi wartawan. Ada banyak kesulitan yang harus dihadapinya, yang terburuk adalah ditutupnya koran setempat, The Star. Lalu, Freya menerima e-mail yang menyatakan bahwa namanya termasuk dalam daftar panjang calon karyawan magang, surat kabar nasional. Seminggu kemudian, ia diberitahu bahwa ia berhasil masuk daftar pendek. Walaupun begitu, Freya berusaha tidak terlalu gembira. Kejadian ini terlalu bagus, terlalu luar biasa baginya. Lalu, tepat delapan hari yang lalu, ia dikabarkan sebagai salah satu dari dua finalis. Hanya ada dirinya dan satu orang lain di luar sana yang sibuk memeriksa e-mail mereka hari ini.

Temannya, Zhou Shiyu, yakin Freya pasti mendapatkan posisi itu Freya tertawa dan bergurau tentang Zhou Shiyu yang terlalu mengada-ada, tetapi sebenarnya ia percaya pada Zhou Shiyu. Dalam hatinya, Freya tahu ia akan diterima dalam program magang itu, karena pasti tidak ada orang lain yang lebih menginginkan hal ini sebesar dirinya. Mustahil.

la berjalan cepat melewati danau, yang dikelilingi ilalang ke-ring setinggi lutut, yang merupakan sarang ular dan nyamuk. Tempat itu menguarkan bau kubangan. Di sampingnya terdapat seperangkat kerangka ayunan, kini berselimut rumput-rumput liar yang mulai berbunga. Ayunan itu sudah dipotong beberapa tahun yang lalu, jadi kini tinggal kerangkanya. Freya bertanya-tanya apakah ayunan-ayunan itu dipasang ulang di halaman belakang salah satu rumah di dekat sana, atau apakah ayunan-ayunan itu dihancurkan demi menghibur beberapa anak kecil.

Freya berpaling dan mempercepat langkah, sol karet sepatu barunya menampar aspal lengket. la berusaha tidak mengenang bagaimana dulu, ketika air danau masih biru, ia berpiknik di tepi danau bersama ibunya. Ibunya, yang duduk diam di samping suami barunya, Axin, setelah ayah kandung Freya meninggal dunia. Pria itu memberitahu Freya bahwa sudah waktunya Freya keluar dari rumah. Bukan masalah, karena pekerjaan magang itu ada di kota besar dan akomodasi juga akan disediakan. Walaupun begitu, rasanya tetap menyakitkan.

Freya menyeberang ke arah Union Street, berhati-hati melangkahi katak yang menempel rata di jalan. Di sini, orang-orang rela berpindah jalur hanya demi melindas katak. Bangkai-bangkai katak itu akan menempel di jalan, serata panekuk, dikerubungi semut, sampai bangkai itu berubah kaku dan keras seperti kulit kering di bawah terik matahari.

Jalan utama di Whitechaple terbentang sepanjang tiga blok. Hanya ada seperangkat lampu lalu lintas dan ada tempat penyeberangan di depan gereja dari bata merah. Ada sebuah pub tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dari balik jendelanya yang buram, Freya bisa melihat adegan pacuan anjing di layar televisi.

Di penghujung hari, jendela itu sering kali berlepotan darah akibat perkelahian yang terjadi dalam bar. Restoran Cina, dengan plang merahnya yang menyala terang, terimpit di antara restoran India dan toko antik-dua-duanya sudah tutup bertahun-tahun yang lalu.

Di depan sana terdapat gedung SD dan gedung balai kota Dari tempatnya berdiri menunggu lampu lalu lintas berubah warna supaya ia bisa menyeberang, Freya nyaris bisa melihat gedung pengadilan yang terbakar habis. Gedung itu berdiri di antara perpustakaan, yang berhasil lolos dari api, dan toko bahan makanan, yang tidak berhasil lolos. Di depan anak-anak tangga gedung pengadilan terdapat tugu peringatan yang biasanya digunakan jika ada yang berduka. Dari tempatnya berdiri, Freya bisa melihat garis polisi yang mengelilingi gedung itu. Dan seorang pria tampan yang Freya yakini mungkin adalah polisi baru, berjalan keluar dari dalam mobil Jeep. Pria itu sangat tampan dengan mata yang sedikit sipit. Tapi, Freya mengacuhkannya seperti tidak pernah terlihat.

Freya menatap bangunan yang hangus itu. Kini, setelah semua dokumen di dalam gedung pengadilan itu berubah menjadi abu dan komputer-komputer meleleh menjadi bongkahan plastik dan kabel, apakah itu artinya persidangan-persidangan yang sudah dijadwalkan sebelumnya akan ditangguhkan? Apakah itu berarti orang-orang yang seharusnya adalah kriminal tidak lagi dianggap kriminal? Apakah hukum akan ditunda sampai tempat itu di-bangun kembali? Freya bisa mencium baunya dari sini. Bau kayu, batu bata, dan plastik yang terbakar di bawah terik mata hari.

Ponselnya bergetar dalam saku. Ia mengeluarkan ponsel dengan tangan yang diusahakan tidak gemetar. Ia setengah berharap yang masuk adalah pesan singkat konyol dari Zhou Shiyu atau e-mail spam. Namun bukan. Ia membuka e-mail, bukan dari tempat ia melamar, tapi dari yang lain. Sudut-sudut bibirnya tertarik ke atas, bersiap-siap tersenyum lebar, bersiap-siap menahan jeritan penuh kegembiraan.

Semuanya sudah selesai, kau bisa datang kapan saja.

Freya menyunggingkan senyum miring, sementara ia menyeberang jalan ke arah Motel Blind Beggar.

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!