Shutttt.... Ini rahasia kita, akan ku ceritakan kisah masa lalu ku pada kalian semua yaitu cerita pertemuan ku dengannya yang membuat semua air mata menghilang dan kekejaman dunia sirna...
Note : Ada 3 segi prespektif, setiap prespektif menceritakan kisahnya sendiri menurut sudut pandangnya.
Bab I : past story of Hao Ling the love
Bab II : past story of Yuan the sacrifice
Bab III : ----
Saya harap penyuka novel fantasi timur masih banyak dan kompak semua, terimakasih buat yang sudah baca novel saya mohon untuk tinggalkan like dan komentar yang membangun ya gaisss 🐼🐼🐼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Belzebub, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pemuda mata emas
Setelah semuanya siap aku bertiga bersama ayah dan ibuku serta beberapa penjaga pribadi keluarga ku pergi menuju kaki gunung yang berada dekat dengan desa Taiyan. Di atas itulah sekte yang melatih kakak ku Tian berada, dihubungkan dengan ratusan anak tangga untuk mencapainya.
Kami mulai menanjak melewati anak tangga dengan tatapan kami semua tertuju ke atas pada bangunan megah yang berjumlah belasan yang memancarkan kemerlap cahaya emas karena pantulan matahari.
"Indah'kan Ling'er ? Di tempat itulah dimana sekarang kakak mu berada, rasanya sudah sangat lama semenjak terakhir kali aku datang ke sini saat mengantar kakak mu. Sekte ini bernama Golden scarlet, namanya menggambarkan keindahan sekte ini yang berkilauan bahkan dari yang aku tahu sekte ini sudah berdiri selama ribuan tahun dan merupakan satu dari lima pilar kekuatan utama kekaisaran."
"Jadi nama sekte besar ini Golden scarlet.."Gumam diriku dalam hati, merasa kalau nama itu sangat cocok untuk penampilannya.
"Ah, ngomong-ngomong katanya pemuda yang sebelumnya membuat onar itu juga berasal dari sini."Jelas ayah padaku.
"Apakah ayah pernah menemuinya ketika mengantar kakak dulu ?"
"Kurasa saat itu dia masih kecil karena sepertinya dia seumuran mu, jadi ayah tidak melihatnya saat itu. Ngomong-ngomong jarang sekali kau bertanya, apakah kau tertarik dengannya ?"Ayah tersenyum lembut padaku yang tetap berwajah datar seperti biasa.
Akupun mengangguk saat itu karena anak kecil tidak bisa menutupi ketertarikannya.
"Iya, bisakah ayah mempertemukannya dengan ku ?"
Melihat aku yang jarang meminta tiba-tiba meminta membuat ayah tampak terkejut namun senang dan bersemangat.
"Tentu saja ! Saat kita menemui kakak mu aku juga akan memanggil pemuda itu sehingga dia bisa berbincang denganmu, bernar'kan sayang ?"Ayah menatap ibuku yang sedang tertawa kecil.
"Tentu saja jika itu permintaan putri kecil kami yang berharga."Ujar ibu dengan kasih sayangnya.
Setelah sampai di pintu gerbang sekte kami langsung di sambut ramah, bahkan yang datang untuk menyambut adalah patriarck sekte itu sendiri yang tampak sudah lumayan sepuh.
Pria sepuh itu bernama Xiao Chen, tatapannya tajam dengan proporsi wajah yang tegas.
Patriack Xiao Chen tampak berjalan bersama ayah melewati pelataran sekte sambil berbincang sembari sesekali tertawa karena sepertinya keduanya sudah saling mengenal sejak lama dan sangat akrab hingga terlihat seperti sepasang sahabat, aku hanya memperhatikan sekitar saat itu namun tak bisa ku tutupi bahwa hati ku terus mencari-cari keberadaan Yuan di dalam sekte yang ramai dengan murid-murid sekte yang diam-diam memperhatikan ku.
Aku tidak memperdulikan tatapan mereka dan masih mencari-cari sosok itu, namun pahitnya kenyataan membuat ku merasa sedikit marah karena tidak menemukan yang aku cari.
Tanpa sadar kaki kecil ku melangkah mendekati Patriack Xiao Chen, kemudian tanpa aba-aba bertanya.
"Pemuda mata emas."Ujar ku singkat dengan datar.
Ayah yang melihat itu tentu saja merasa canggung dan tidak enak hati terhadap Patriack Xiao Chen dan segera meminta maaf.
"Sa-saudara maaf kan sikap anak ku yang tiba-tiba, biasanya dia tidak seperti ini dan selalu tenang dan sopan."Kemudian ayah menatap ku."Ling'er kamu tidak boleh bersikap seperti itu pada Patriack Chen."
Patriack Chen hanya tertawa menanggapi ucapan ayah ku dan dengan lembut berkata."Saudara tidak usah seperti itu kita sudah seperti saudara, mari kita dengarkan dulu apa yang diinginkannya."
Kemudian Patriack Chen menatapku dan berkata dengan lembut."Siapa yang kamu maksud nak ?"
"Pemuda bermata emas, aku ingin menemuinya."Ujar ku dengan datar.
Patriack Chen tampak bingung namun ayah dengan cepat meluruskan masalah hingga Patriack Chen mengerti.
"Maksudmu Yuan ? Ah, aku bingung saat kamu mengatakan pemuda bermata emas padahal pemuda itu terluka pada bagian matanya dan sejak itu tidak pernah membuka matanya bahkan padaku yang merupakan ayah angkatnya."
Ayah tampak terkejut."Anak angkat mu ?"
Patriack Chen mengangguk."Benar, dia di temukan di pintu gerbang sekte saat masih bayi jadi aku mengangkatnya menjadi anak ku dan berniat memberikan marga ku padanya setelah berumur 15 tahun karena saudara tau sendiri bahwa orang bermarga Xiao kini hanya tinggal diriku sendiri, seolah anak itu datang padaku di berikan dewa agar marga Xiao tetap ada dan aku sangat bersyukur karenanya meskipun dia memang agak nakal tapi dia juga sangat membantu."
"Jadi begitu.."Ayah mengangguk.
Patriack Chen menatap ku."Saat ini sepertinya Yuan sedang membantu yang lain berlatih di aula pelatihan utama, jika ingin menemuinya kita bisa ke sana dulu atau kamu ingin menemuinya sendiri ?"
"Aku akan menemuinya sendiri."Ujar ku.
"Baiklah kalau begitu, lurus ikuti jalan ini maka tidak lama kamu akan sampai di aula pelatihan utama."Jelas Patriack Chen ramah.
"Temui kami segera setelah kamu selesai Ling'er."Ujar ayah, tampak melanjutkan perjalanan ke kediaman Patriack Chen bersama dengan yang lain.
Mengikuti arahan Patriack Chen sebelumnya, aku berjalan pergi menuju aula pelatihan utama. Sesampainya di sebuah area luas yang merupakan area aula latihan utama aku dapat melihat ratusan murid sedang berlatih dengan kompak dan yang memandu gerakan mereka adalah orang yang sejak tadi aku cari.
Meski bertubuh paling kecil di antara yang lain pemuda bernama Yuan itu tampak di hormati oleh semua murid dan murid-murid itu terus mengikuti instruksinya dengan penuh semangat.
Sesekali Yuan tampak membantu murid yang ke susahan untuk membenarkan gerakan mereka dan aku masih memperhatikannya dari jarak yang cukup dekat di bawah atap sebuah bangunan agar tidak terkena terik matahari.
Aku masih memperhatikan wajahnya yang tampak serius saat mengajari murid lain yang membuat kesalahan pada gerakan.
"Jangan terlalu menekuk lutut, nanti akan sakit jika dipaksakan."Ujar Yuan sambil membenarkan gerakan murid di hadapannya."Nah, begini sudah benar, lanjutkan.."
Sama seperti sebelumnya karena mungkin aku terlalu lama memperhatikannya, pemuda itupun sadar dan menoleh ke belakang tempat diriku berdiri memandanginya dalam diam dan rasa penasaran.
Yuan kembali menatap ke arah murid-murid dan berkata pelan."Ulangi satu putaran lagi, setelah itu kalian boleh beristirahat."
Setelah berkata demikian pemuda itu tampak berjalan ke arah ku, tampak menggunakan pakaian hitam berlambang naga emas di bagian dada kanannya.
"Mata emas."Panggilku padannya.
Yuan hanya tersenyum seperti biasa."Apa yang kau lakukan disini ?"
"Aku datang untuk melihat kakak ku sekaligus mencarimu ?"
Yuan tampak bingung sambil menunjuk dirinya."Mencari ku ?
Aku mengangguk."Kenapa sejak saat itu aku selalu memikirkan mu, apakah sebelumnya kita pernah bertemu ?"
Aku bertanya terus terang dengan nada yang bisa di dengar orang lain, sehingga pandangan orang-orang tertuju pada kami. Yuan yang mendengar itu sontak terkejut dan takut orang-orang salah paham kemudian mengajak ku pergi ke tempat lain.
Kami berdua berjalan ke suatu tempat, dalam perjalanan itu Yuan berkata.
"Astaga, apakah kau tidak bisa melihat situasi ? Tiba-tiba berbicara seperti itu tentu akan memancing perhatian, sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan ?"
"Entahlah aku juga bingung, aku seperti sudah mengenal mu jauh sebelum kita bertemu pertama kali kemarin, tapi... Aku juga tidak yakin."
Yuan menggaruk kepala dan tampak kebingungan."Apakah mungkin Dejavu ? Mungkin seiring waktu akan terjawab, bagaimana jika ku ajak kau melihat-lihat sekte ?"
Saat itu aku hanya mengangguk, kemudian merogoh saku pakaian ku dan mengeluarkan kalung pemberian Yuan.
"Apakah kau menyukainya ?"
Aku mengangguk."Warnanya sama seperti matamu."
"Bagus jika kamu menyukainya, harganya 20 koin emas."Ujar Yuan bercanda.
Namun aku langsung setuju dan berkata akan membayar meskipun saat itu Yuan hanya bercanda.
"Aku hanya bercanda, hanya main-main kamu tidak perlu membayar, aku senang jika kamu menyukainya."
Aku hanya diam dan memberikan 20 koin emas seperti yang dikatakannya, membuat Yuan menjadi kebingungan karena memang niatnya hanya main-main.
"Ambilah."Aku menatapnya datar.
Yuan yang canggung kemudian menerima pemberianku meskipun bukan niatnya untuk meminta.
"Ba-baiklah aku akan menerimanya, tapi apakah...
"Aku ingin melihat matamu lagi."Ujar ku memotong perkataannya.
"Tiba-tiba ?"Yuan terkejut."Tidak bisa, orang-orang bisa melihat kita."
"Aku ingin melihatnya sekarang."Ujar ku kekeh membuat pemuda itu terdiam tidak ada pilihan.
Yuan menyeka poninya, memperlihatkan penutup matanya dan sedikit mengangkat penutup mata itu dan memperlihatkan mata kirinya yang memang terdapat bekas luka sayatan pedang melintang di antara kedua matanya yang berwana emas serta pupil seperti hewan buas.
Melihat itu aku kembali terdiam, kedua mataku berbinar tanpa sadar kedua tangan ku menyentuh wajah Yuan dan sedikit mendekatkannya pada wajahku.
"Ja-jangan terlalu dekat."Ujar Yuan canggung.
"Matamu..."
"Aneh'kan ? Aku berusaha menutupinya dari yang lain jadi yang tau hanya kamu, jadi tolong rahasiakan hal ini pada yang lain."
"Sangat indah.."Gumam ku.
"Apa ?! Kau tidak takut ??"Yuan kebingungan, karena matanya yang aneh, jangankan manusia hewan buas saja akan lari ketakutan ketika melihat matanya.
"Tidak, matamu sangat indah dan mengingatkan ku pada kenangan yang samar-samar."
"kenangan yang samar-samar ?"Yuan kembali bingung.
"Entahlah, setiap kali aku mencoba untuk mengingat hatiku rasanya sakit. Ingat yang ku maksud selalu datang seperti pecahan puzzle."
"Kalau begitu kamu tidak perlu berusaha mengingatnya. Bagaimana jika ku ajak kamu ke kantin sekte ? Kebetulan melatih membuat ku lapar, aku juga akan mentraktir mu tapi berjanjilah untuk merahasiakan tentang mataku dari yang lain, oke ?"
Aku hanya mengangguk saat itu dan kami berdua kemudian berjalan bersama menuju tempat yang di sebut sebagai kantin olehnya.