Agen Rahasia Jadi Putri Teraniaya

Sesuai keinginan Axton, Steve langsung memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke kamar yang dihuni oleh Papa Gilbert dengan gundiknya Glory.

Ting tong

"Mohon maaf selamat Malam, tuan dan nyonya. Kami mengganggu kenyamanan Anda malam ini, saya pemilik hotel ingin memberikan service istimewa bagi Anda berdua. Kami akan memasang aroma terapi."

"Tujuannya, adalah memberi rasa nyaman saat tidur atau mungkin saat sedang menikmati malam panjang." Ucap Steve berusaha ramah yang aslinya muak melihat wajah mesum gundik yang terus menatapnya penuh minat.

"Kenapa malam-malam baru datang, kami berdua sudah tidur sejak tadi." Ucap jengkel Papa Gilbert.

"Karena ini bagian dari party."

"Maksudnya, saya sedang mengadakan party bersama keluarga dalam rangka malam terakhir masa lajang saya. Kalau besok pagi adalah hari pernikahan. Anda berdua juga saya undang untuk datang jam 12 siang di ballroom hotel ini juga."

"Ooo begitu, sudah mau menikah. Saya kira masih jomblo." Ucap Glory.

"Baik, cepat kalian lakukan. Kami berdua akan menunggu di luar kamar." Ucap Papa Gilbert langsung menarik tangan gundiknya yang terlihat ingin menggoda pemilik hotel.

"Terima kasih atas pengertiannya tuan." Kemudian, Steve langsung memerintahkan anak buahnya untuk memasang kamera kecil di berbagai sudut kamar. Bahkan kamar mandi pun tidak luput dari jangkauan. Rencana yang keren.

Sesuai rencana yang sudah disusun matang oleh Axton kemarin malam. Tapi Steve tidak bisa ikut membantu, karema memang benar pagi ini adalah hari pernikahannya bersama sang kekasih yang sudah menjalin kasih 2 tahun yang lalu.

Paginya Axton bersama Mama Yasmin seolah ingin menghadiri acara pernikahan Steve tapi ingin menjemput temannya.

Ning Nong

"Dirga... apa kamu sudah siap." Ucap Axton dengan suara yang dibuat sangat kencang.

"Astaga, telinga Mama sakit Axton."

"Maaf Ma, pasti mereka masih tidur makanya gak dengar suara bel. Kalau suara teriakanku masih kurang kenceng, aku akan sewa toa masjid." Ucap Axton kesal.

"Sabar, kan ini rencanamu juga."

Ning Nong

Sementara di atas ranjang pria tua dan gundiknya baru terlelap beberapa jam lantaran semalam mereka melakukan pergumulan panas hingga dini hari. Saat semalam Steve memberikan aroma terapi, itu bagian dari rencana Axton yang mencampurnya dengan obat perang sang. Jadi saat mereka menghirupnya, hasrat yang sudah tinggi semakin membumbung.

"Siapa sih, pagi-pagi sudah berisik. Gak tahu apa aku baru bisa tidur 2 jam." Gumam Glory, kemudian mengambil gaun tidurnya yang teronggok di lantai. Dengan mata yang setengah tertutup, tidak menyadari jika gaun itu sangat tipis tapi dia mengenakannya tanpa dalaman. Sudah jelas akan menjadi pemandangan yang menyilaukan mata.

Krieettt...

"Cari siapa, ini masih pagi untuk bertamu." Ucapnya belum sadar siapa yang diajak bicara.

"Wow... Gundik ada di sini. Lihat pakaianmu sangat tidak layak." Ucap Mama Yasmin, menarik paksa tangan Glory hingga tubuhnya terhuyung keluar kamar. Kemudian, Mama Yasmin masuk ke kamar dan menarik selimut yang menutupi tubuh suaminya.

"Bagus sekali, calon mantu tapi ditiduri. Apa ini rencanamu supaya bisa terus bergumul ketika jalang itu berhasil masuk ke dalam rumahku. Axton cepat seret Papa kamu keluar dari kamar ini."

Dengan wajah datar, Axton melakukan perintah Mamanya. Kini tubuh telan jang Papanya dan Gundik yang memakai gaun setipis saringan tahu.

Mendengar keributan, sebagian tamu hotel ikut keluar kamar. Dan mereka bisa menyaksikan pemandangan yang menjijikkan.

"Dasar jalang menjijikkan, ngaku hamil anakku tapi tidur dengan papaku. Kamu kira kamu sepenting itu bagi para pria sepertiku. Kamu hanya sampah yang tidak bisa didaur ulang. Kalian berdua sama-sama sampah. Sangat tidak berguna."

Ucap Hina Axton sambil menunjuk-nunjuk wajah gundik dan Papanya.

"Kamu tidak bisa memperlakukanku seperti ini. Aku ini calon istrimu, kita sudah tunangan. Jangan membuatku malu." Teriak Glory penuh kemarahan.

"Siapa yang kamu sebut tunangan? Sejak kapan kita menjalin hubungan. Bukankah kamu sudah dipuaskan oleh Papaku setiap waktu." Dingin Axton.

"Axton, jangan kurang ajar mempermalukan Papa seperti ini. Sangat keterlaluan." Papa Gilbert tersulut emosi juga.

"Huuu... Dasar manusia laknat calon penghuni neraka. Sudah punya istri cantik malah nyari ondel-ondel."

"Pria sampah pantas menjadi gembel, ayo usir mereka dari hotel ini. Jangan sampai kita tertular penyakit karena membiarkan para pezina."

Riuh sorak sorai bersahutan menghina kedua pasangan mesum. Axton terlihat menghela nafas melihat air mata mengalir di wajah cantik Mamanya.

"Mama tidak apa?" Tanya Axton.

"Iya, ayo kita lanjutkan sampai mereka terlempar di jalanan tanpa uang. Bisa apa Papamu itu tanpa aku? Hanya pria miskin yang bahkan tidak pernah menafkahiku."

Para tamu pun menggiring Papa Gilbert dan Glory hingga lobby hotel. Seperti yang sudah direncanakan, rombongan wartawan yang sebenarnya ingin meliput prosesi pernikahan pemilik hotel melihat kejadian ini. Tentu saja mereka tidak akan melewatkan peristiwa seru untuk diliput. Dengan banyak kamera, setelah ini Papa Gilbert dan Glory akan menjadi terkenal.

"Semua sudah selesai Mama, ayo kita kembali ke atas. Kita ambil semua yang seharusnya milik Mama. Dan kamera pengintai itu bisa Mama jadikan bukti perselingkuhan. Supaya proses perceraian menjadi mudah. Mama tidak harus menangisi Papa, setelah ini hiduplah bahagia. Ada aku dan calon menantu mama." Ucap Axton memberikan semangat Mamanya.

Jika Axton sudah berhasil menyingkirkan Papa Gilbert dan Glory dengan banyak rencana konspirasi yang apik. Dan proses perceraian kedua orang tuanya akan segera bergulir di pengadilan agama hari ini juga. Berbeda dengan Alexa yang saat ini sedang adu mulut dengan Mama Andini dan Chelsea di depan gerbang saat pulang sekolah.

"Alexa berikan pada Mama kartu kredit kamu, karena Chelsea ngidam ingin makan seafood di restorant bintang lima. Semua kartu milik Mama dan punya Chelsea ditarik Papa kamu. Sekarang kami tidak punya uang lagi." Ucap Mama Andini membuat jiwa Alana di tubuh Alexa tersenyum miris. Nasib pemilik tubuh sangat tidak beruntung.

Harus terlahir dari rahim seorang Ibu yang tidak punya hati. Memperlakukan anak bagai pembantu, kini ingin merampas juga uang darinya.

"Apa aku tidak salah dengar, Mama ingin meminta kartuku? Sampai kuda makan besi aku tidak akan berikan. Suruh saja putri kesayanganmu ngang kang pasti dapat uang banyak dalam waktu singkat."

Tangan Mama Andini terayun tinggi di udara, ketika Alexa berhasil menahan ketika hendak menampar pipinya.

"Jangan menyentuh tubuh ini dengan tangan penuh dosa milik Anda Nyonya Andini. Aku bukan putrimu yang dulu. Alexa telah mati karena kekejian putri angkatmu itu. Jika tidak punya uang tidak perlu makan." Ucap dingin Alexa.

"Dasar anak durhaka, anak sialan tidak tahu diri. Chelsea masih saudaramu, dia berhak atas apa yang kamu punya. Termasuk Axton, Mama tidak akan membiarkan pria kaya itu menikahimu. Dia lebih cocok menjadi suami Chelsea." Ucapan Mama Andini membuat Alexa terkekeh.

"Jalang sepertinya tidak cocok dengan pria baik-baik seperti Axton."

"Bahkan tukang parkir sekalipun tidak pantas menjadi imammu. Kamu pantasnya bersanding dengan para pria hidung belang. Sudah pergi dari hadapanku, atau aku lempar putri kesayanganmu itu ke jalanan." Ucap Alexa.

"Dasar sialan kamu, lihat saja siapa yang tidak tertarik dengan pesona seorang Chelsea. Bahkan Axton akan bertekuk lutut di hadapanku."

"Kalian memang Ibu dan Anak, sama-sama gila tidak waras. Malas sekali harus berurusan dengan dua kuntilanak." Gumam Alexa pelan tapi masih bisa terdengar mereka.

"Apa, kamu bilang kami kuntilanak? Kamu memang anak tidak berguna Alexa. Terkutuk lah kamu." Ucap Mama Andini dengan menggebu-gebu.

"Dasar Ibu durhaka." Ucap Alexa.

Tidak ingin terpancing emosi dengan omong kosong Mama dan Chelsea, Alexa berbalik ingin mengambil mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

Tapi saat berjalan, tiba-tiba Chelsea berlari meyerang Alexa dari belakang dengan sepotong kayu ingin memukul kepalanya. Alexa yang menyadari itu reflek mengayunkan kaki ke belakang tepat di perut Chelsea.

Dug

Brak

"Ahhh... Mama sakit."

Ya, Alexa menendang kuat bagian perut Chelsea hingga tubuh itu terpelanting ke belakang. Darah segar, mengalir dari sela kaki Chelsea.

"Dasar bia dab kamu Alexa. Kamu buat putriku keguguran." Marah Mama Andini, Alexa sempat mematung sebentar. Benar-benar sebentar, karena setelahnya melanjutkan langkah menuju mobilnya.