NovelToon NovelToon
MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bapak rumah tangga / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:683
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Feng Niu dan Ji Chen menikah dalam pernikahan tanpa cinta. Di balik kemewahan dan senyum palsu, mereka menghadapi konflik, pengkhianatan, dan luka yang tak terucapkan. Kehadiran anak mereka, Xiao Fan, semakin memperumit hubungan yang penuh ketegangan.

Saat Feng Niu tergoda oleh pria lain dan Ji Chen diam-diam menanggung sakit hatinya, dunia mereka mulai runtuh oleh perselingkuhan, kebohongan, dan skandal yang mengancam reputasi keluarga. Namun waktu memberi kesempatan kedua: sebuah kesadaran, perubahan, dan perlahan muncul cinta yang hangat di antara mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

Aula utama Hotel Jin Yuan Palace, Beijing, malam itu berkilau seperti dunia yang dibangun dari kristal dan ambisi.

Lampu gantung raksasa menjuntai dari langit-langit tinggi, memantulkan cahaya ke ribuan tamu yang mengenakan jas hitam dan gaun mahal. Musik klasik mengalun lembut terlalu lembut untuk pernikahan yang lebih terasa seperti pertemuan dua kerajaan bisnis.

Di tengah aula, berdiri sepasang pengantin. Pria itu Fu Ji Chen, dua puluh dua tahun tampan, tinggi, rapi dalam setelan jas hitam berpotongan sempurna. Wajahnya tenang, terlalu tenang untuk seorang pria yang sedang menikah. Bahunya tegap, rahangnya mengeras, seolah seluruh tubuhnya sedang menahan sesuatu yang tak boleh keluar. Sementara di sisinya

Feng Niu. Dua puluh tahun, cantik, memikat, dengan gaun pengantin putih yang memeluk tubuh rampingnya. Rambut panjangnya disanggul anggun, wajahnya dipulas makeup sempurna. Bibir merah muda itu tampak lembut… tapi matanya kosong. Tidak ada senyum. Bukan senyum gugup. Bukan senyum bahagia.

Bahkan bukan senyum palsu. Kosong. Seperti seseorang yang berdiri di tempat yang salah, menjalani hidup orang lain. “Pengantin wanita, apakah Anda bersedia menerima Fu Ji Chen sebagai suami Anda… dalam suka dan duka, sehat dan sakit, sampai maut memisahkan?” Suara penghulu menggema. Hening. Satu detik. Dua detik.

Beberapa tamu mulai saling melirik. Kamera wartawan tetap menyorot, menangkap setiap detil ini pernikahan dua keluarga konglomerat besar. Setiap ekspresi bernilai uang.

Ji Chen menoleh perlahan. Ia menatap Feng Niu dari samping. Dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat betul garis rahangnya yang indah, bulu mata panjang yang bergetar samar, dan… mata itu.

Mata yang sama seperti saat mereka masih SMA. Dingin. Jauh. Tak pernah benar-benar melihatnya. “Feng Niu?”

Panggilan pelan itu hampir tak terdengar, tenggelam oleh musik. Feng Niu mengedip. Seolah baru tersadar bahwa ratusan pasang mata sedang menunggunya. “Ya,” jawabnya akhirnya. Singkat. Datar. Tanpa emosi.

Beberapa tamu tersenyum lega, mengira itu hanya gugup pengantin muda. Tapi mereka yang mengenal Feng Niu keluarganya, terutama tahu betul. Itu bukan gugup. Itu penolakan yang dibungkus keanggunan.

Ji Chen menunduk sedikit, menyembunyikan kilatan kecewa di matanya. Dadanya terasa seperti ditekan benda berat, tapi wajahnya tetap tak berubah. Ia sudah menduga. Sejak awal, ia tahu pernikahan ini bukan impian Feng Niu. “Pengantin pria, apakah Anda bersedia—”

“Aku bersedia.” Jawaban Ji Chen cepat. Tegas. Tanpa ragu. Nada suaranya membuat beberapa tamu berdecak kagum. Pria muda, pewaris keluarga Fu, tampak begitu siap dan matang. Tak ada yang tahu bahwa di balik jawaban itu, ada cinta yang dipendam bertahun-tahun dan ketakutan yang sama besarnya akan penolakan.

Cincin disematkan. Saat Ji Chen memegang tangan Feng Niu, jemarinya dingin. Ia tidak menarik tangannya, tapi juga tidak membalas genggaman itu. Sentuhan mereka kaku, seperti dua orang asing yang dipaksa berpegangan demi sebuah foto. Kamera berkilat. “Pengantin boleh berciuman.”

Desahan kecil terdengar di antara tamu. Ji Chen menatap Feng Niu lagi. Untuk sesaat hanya sesaat ia berharap. Berharap Feng Niu akan menatap balik. Berharap ada sedikit saja… penerimaan.

Namun Feng Niu sudah memalingkan wajahnya sedikit ke samping. Isyarat yang jelas. Ji Chen menelan ludah. Ia mendekat, mengecup pipi Feng Niu dengan cepat formal, sopan, tanpa kehangatan. Tepuk tangan menggema. Pernikahan sempurna di atas kertas. Di barisan depan, Tuan Fu mengangguk puas. Wajahnya keras, seperti biasanya. “Bagus,” gumamnya. “Akhirnya selesai.”

Di sebelahnya, Madam Fu memperhatikan menantunya dengan mata tajam. Ia tidak tersenyum, tapi juga tidak tampak kecewa. Dingin… namun adil.

Sementara dari sisi keluarga Feng. Tuan Feng menyandarkan tubuh ke kursi, tertawa kecil sambil menggeleng. “Anak ini… dari kecil memang keras kepala,” katanya pelan, setengah bercanda, setengah pasrah.

Madam Feng menatap putrinya lama. Wajahnya lembut, tapi ada garis tegas di sana—seolah ia tahu, cepat atau lambat, Feng Niu harus menanggung akibat dari pilihannya sendiri. Resepsi berjalan lancar.

Feng Niu tersenyum kepada tamu-tamu penting, tertawa kecil saat diperlukan, mengangkat gelas sampanye dengan anggun. Tidak ada satu pun yang bisa mencela sikapnya sebagai nyonya muda keluarga Fu. Namun setiap kali seseorang memuji

“Pasangan yang serasi.”

“Pengantin yang sempurna.”

“Pasti sangat saling mencintai.”

Feng Niu hanya tersenyum… dan hatinya semakin dingin. Ji Chen berdiri di sisinya sepanjang waktu. Menjadi suami yang sempurna di mata publik. Menarikkan kursi. Menyodorkan minuman. Menjawab pertanyaan bisnis para tamu dengan tenang. Namun jarak di antara mereka tetap ada. Tak terlihat, tapi terasa.

Saat resepsi hampir selesai, Feng Niu mencondongkan tubuhnya sedikit. “Aku mau pulang duluan,” bisiknya dingin. Ji Chen terkejut. “Sekarang?”

“Aku capek.” Bukan alasan tapi perintah. Ji Chen menatap wajahnya, mencoba membaca sesuatu apa pun namun tetap tak menemukannya. “Baik,” katanya akhirnya. Malam pengantin itu berakhir tanpa drama. Tanpa cinta. Tanpa harapan.

Di dalam mobil hitam yang melaju meninggalkan hotel, keheningan terasa menyesakkan. Lampu kota Beijing berkelebat di luar jendela, seperti kehidupan yang terus bergerak tanpa peduli pada dua orang yang terjebak dalam pernikahan tanpa perasaan.

Feng Niu menatap keluar jendela. Ji Chen duduk tegak, kedua tangannya terlipat di pangkuan. “Aku tidak mencintaimu,” Feng Niu tiba-tiba berkata. Nada suaranya datar. Tidak marah. Tidak emosional. Ji Chen terdiam. Ia menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras.

“Aku tahu,” jawabnya pelan. Feng Niu menoleh, menatapnya sejenak mungkin heran, mungkin kesal karena jawaban itu. “Dan aku tidak akan berubah,” lanjutnya. “Pernikahan ini tidak akan mengikatku.” Ji Chen mengangguk kecil.

“Tidak apa-apa.” Jawaban itu membuat Feng Niu mendengus kecil. “Kau aneh,” katanya. “Kaku. Dingin. Kau pikir dengan wajah tampan dan uang, semua orang akan jatuh cinta padamu?” Ji Chen tidak membalas. Ia sudah mendengar semua itu… sejak lama.

Mobil berhenti di depan rumah besar keluarga Fu rumah yang mulai malam itu disebut sebagai rumah mereka. Feng Niu turun lebih dulu tanpa menoleh. Ji Chen mengikuti dari belakang, menatap punggung istrinya. Dalam hati, ia berbisik pelan, nyaris tak terdengar.

Tak apa kalau kau tak mencintaiku sekarang. Aku akan menunggu. Selama kau masih di sini… aku tidak akan pergi. Ia tidak tahu. Bahwa malam itu adalah awal dari luka panjang luka yang akan menelan seorang anak kecil, menghancurkan sebuah keluarga, dan memaksa waktu sendiri untuk berbalik arah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!