NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

"Apa lo lihat-lihat. Baru ngelihat gue nggak pakai baju atasan aja lo udah mau pingsan, norak lo. Jangan sampai ntar malem lo mimpiin gue yang iya-iya."

Gwen gemas sendiri, untung dia tak jadi pingsan, dan memilih melarikan diri dari kamar suaminya. Hingga kini keduanya duduk di meja makan untuk menikmati makan malam.

"Norak pala lo, gue reflek lah tutup mata. Orang lo udah menodai kesucian mata gue. Lo kalau mandi bawa baju kek ke kamar mandi."

Damian mendengus, ia meminum coffe latte kemasan dalam botol. Sumpah ya, dia aslinya tidak begitu menyukai kopi. Tetapi, masa iya dua mau minum pink milk, nanti yang ada Gwen malah mengejeknya. Ada ya preman sekolah minumannya pink milk.

"Ya suka-suka gue lah. Mau gue nggak pakai baju, atau nggak pakai handuk sekalipun itu urusan gue. Itu juga kamar gue sendiri, salah sendiri lo main masuk kek maling."

"Apaan, orang kamar lo nggak dikunci, lain kali tuh dikunci."

Damian mendengus, ia mengabaikan ocehan sang istri, dan memilih menyantap makan malamnya. Gwen memperhatikan, ketika Damian hanya mengambil dagingnya saja, dan meninggalkan sayurnya di atas piring.

Ia berdecak, lalu memelototi suaminya.

"Apaan?" ujar Damian, yang tahu Gwen tengah mendelik padanya.

"Tuh, kenapa sayurnya nggak lo makan?"

"Gue nggak suka makan sayur," jawabnya.

Gwen kesal, dan langsung menarik piring milik Damian yang masih banyak isinya.

"Apaan sih lo, gue masih laper nih. Bawa sini!"

"Nggak usah makan sekalian kalau lo nyisain nih sayur." Gwen sudah mulai murka.

"Orang gue nggak suka sayur, jangan maksa dong lo. Noh kalau di rumah aja, nggak ada yang ngelarang gue. Lah lo bawelnya minta ampun. Lama-lama gue makan juga lo."

Gwen melipat kedua tangannya di depan dada. Menghunuskan tatapan tajam ke arah si tampan Damian.

"Mau jadi kanibal lo makan gue."

Damian menghelakan napas panjang. 'Nih punya istri satu, polosnya nggak ada lawan, cerdas sih dia masalah pelajaran, tapi kok bego ya masalah per anuan, 'batin Damian.

"Apa lo lihatin gue kek begitu. Nih sayur tuh bagus buat kesehatan, lagian tuh nggak baik nyisain makanan. Noh bayangin masih banyak orang di luaran sana yang nggak bisa makan, dan lo jangan seenaknya buang-buang makanan. Makan nggak, atau lo nggak usah makan sekalian!" sentak Gwen.

"Bawel banget sih lo. Ya gue makan, sini balikin."Gwen mendorong pring itu lagi ke hadapan Damian. Meskipun malas, Damian terpaksa memakannya karena ia lapar. Mau pesan delivery, sialnya lidah dia sudah terlanjur menyukai masakan buatan istrinya, yang sering ia goda sudah cocok menjadi Kang Warteg.

Gwen tersenyum melihat tingkah Damian. Pemuda itu terbatuk-batuk setiap mencoba menelan sayur ke kerongkongan.

"Nggak usah lebay deh, cuma makan sayur aja lo sampai batuk-batuk gitu."

"Gue nggak lebay, emang gue nggak suka sayur."

"Pantesan aja lo bego."

"Jangan ngatain," kesalnya.

"Lah gue nggak ngatain, gue cuma bilang fakta aja.

Tuh dua tahun lo nggak naik kelas. Cerdas sih nggak gitu modelnya."

Damian menelan makanannya yang masih menyangkut di kerongkongan, lalu menyambar air putih yang ada di atas meja.

"Gue itu aslinya cerdas, cuma gue males aja belajar. Bikin otak gue ngebul, mending gue nongkrong bareng teman-temen gue."

"Ini nih ajaran sesat, jangan suka jadi beban orang tua apalagi beban negara. Lo sekarang abai tuh ama sekolah, lihat aja ntar lo bakalan nyesel kalau udah tua."

Damian mendengus, ia lantas menghabiskan makannya cepat, sebelum mulut si Gwen mengoceh lagi.

"Nih udah habis."

Gwen tersenyum, namun saat Damian bergerak dari sana, dan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, Gwen menyahut.

"Tunggu!"

"Ada apaan lagi? Lo kalau mau ceramah jangan sama gue. Gue ngantuk mau tidur."

"Tuh piring sama gelas dicuci dulu, enak aja lo habis makan maen kabur."

Damian melirik bekas piring dan gelasnya. "Lah, bukannya ini tugas lo, ya? Lo 'kan istri, harusnya ini semua tugas lo."

Gwen mendelik padanya, gadis itu berdiri dari duduknya dengan berkacak pinggang. "Istri bukan berarti babu, gue udah masak, gue udah nyuci baju lo. Gue juga yang beresin rumah, dan kamar lo yang kek kapal pecah itu aja gue nggak protes. Lo cuma nyuci piring aja bekas sendiri masih protes. Wah kebangetan lo, Dam. Cuma nyuci piring bekas lo sendiri apa beratnya sih."

"Tapi, kan-"

"Apa? Mau gue buat memar-memar tuh wajah lo."

Damian bergidik, Gwen dalam mode marah itu agak menyeramkan. "Iya gue cuci, lo lebih cocok jadi istri mafia."

"Baru tahu, udah sono cuci."

"Iya, bawel banget sih."

Gwen terkekeh melihat tingkah Damian, ia yang akan membereskan meja makan, tiba-tiba mendengar notif panggilan dari ponsel milik Damian yang tergeletak di atas meja.

Gwen coba melihatnya, karena dia pikir mungkin dari Pak Arthur atau Bu Jessica. Ia menatap ponsel sang suami yang berkedip-kedip, namun bukan nama pak Arthur atau Bu Jessica yang terpampang di sana, melainkan...

"Hah, Niken? Siapa Niken?"

Mencoba membuang prasangka buruk, Gwen mencoba mengalihkannya. Namun ponsel itu kembali berbunyi, ia baru saja mengambilnya, namun Damian sudah merebutnya dari tangan Gwen.

"Apaan sih lo, nggak sopan banget ngambil HP gue"

"Sorry, bukan maksud gue gitu, tadinya gue abai aja. Tapi ponsel lo bunyi terus, maksud gue mau kasih ke lo."

Damian langsung mendelik ke arahnya. "Lain kali jangan sembarangan nyentuh barang yang bukan punya lo." Damian langsung mematikannya."

"Lo kok dimatiin, nggak diangkat apa? Siapa tahu penting."

"Nggak, nggak penting. Udah lo jangan banyak nanya, gue mau tidur. Inget jangan masuk kamar gue sembarangan kek maling lo."

"Males gue masuk ke kamar lo, kalau cuma dijadiin babu."

"Lah terus mau apa? Mau dijadiin tawanan kamar?"

Damian menyeringai. Ia berjalan mendekati istrinya, dan Gwen sontak memundurkan langkah, hingga punggungnya menabrak pinggiran meja.

Ia memalingkan wajah, saat napas hangat sang suami menerpa wajahnya. "Balik sono ke kamar, jangan dekat-dekat. Otak lo suka nggak bener."

Damian menyeringai. "Makannya jangan mancing gue, habis lo ntar gue makan."

Gwen merinding, setelah Damian pergi ia bergumam.

"Sejak kapan si Damian jadi kanibal?"

Gwen merinding, lalu memilih membereskan meja makan. Sesekali ia menatap punggung Damian yang kini menghilang di balik tembok dapur.

"Niken? Siapa Niken, bikin curiga aja."

***

Gwen berdiri dari kursinya agak lesu. Pagi ini si Damian tak mau mengantarnya ke sekolah. Pemuda itu sudah lenyap sejak pagi, dan Gwen terpaksa menaiki angkutan umum untuk menuju ke sekolah.

Sepulang sekolah pun sama, suaminya itu justru mengiriminya pesan, jika ia ada urusan dan menyuruh Gwen untuk pulang sendiri.

Bukan apa-apa, hanya saja Gwen masih kepikiran dengan nama Niken semalam yang menghubungi suaminya.

"Makin aneh aja tuh tingkahnya." Gwen bergumam.

"Siapa yang aneh, Gwen?" tanya Jane. Gadis itu sudah lebih baik dari kemarin, setelah merenung semalam suntuk.

"Ah, bukan siapa-siapa kok, Jane."

"Lo nggak ada acara, kan?"

Gwen reflek menggeleng. "Ada apaan?"

"Tuh, nanya aja sama si Axel," tunjuk Gwen dengan dagunya.

Axel yang baru membereskan buku-bukunya langsung menoleh mendengar suara Jane menyebut namanya.

"Apaan?"

"Tuh, kasih tahu Gwen. Lo mau ngajakin kita-kita ke mana?"

Axel tersenyum, sebelum menyampirkan tas ranselnya di atas bahu. "Oh, mall deket sini. Gue mantu traktir kalian makan, sekalian temenin beli baju sama sepatu baru buat berangkat olimpiade lusa."

Gwen menganggukkan kepalanya, sepertinya ia akan terima tawaran Axel, toh Damian punya urusan sendiri. Lagipula mereka perginya ramai-ramai.

"Sama lo juga 'kan, Jane?" tanya Gwen.

"Iya, awalnya nih tuh anak mau ngajakin lo doang, tapi Mika sama Jun pengen ikut. Ya udah gue ikut, enak aja makan-makan nggak ngajakin kita."

Gwen menoleh ke arah Axel, pemuda itu tersenyum padanya. Senyuman penuh makna. 'Si Axel kenapa masih aja usaha sih. Terus gue harus ngaku gitu kalau gue istrinya Damian, kalau beneran tuh anak nembak gue.'

"Gwen Lo ikut, kan?" tanya Axel memohon. Matanya berkedip-kedip, mirip kucing minta dipungut.

"Oke deh, bentar gue chat Dirly dulu deh buat bilang kalau pulang telat." Padahal dia ingin chat dengan Damian meminta izin pergi.

'Dam, gue izin pulang telat. Gue mau maen bareng temen-temen gue. Kalau lo laper delivery aja.'

"Udah nih, yuk jalan."

"Ayok."

Mereka bertiga kemudian berjalan keluar kelas menuju tempat parkir, karena Jun dan Mika sudah menunggu di sana.

Tak lama setelah mereka sampai di tempat parkir, Axel memaksa Gwen untuk naik motornya saja. Tapi karena Gwen tak mau ada keributan lagi seperti kemarin, antara Axel dan Damian. Ia memilih naik mobil milik Jun.

Meskipun Axel agaknya kecewa.

"Gue naik mobil Jun aja, Xel."

"Kenapa, Gwen. Nggak naik motor aja bareng gue." Axel memohon.

"Kepala gue agak pusing, sorry ya. Gue naik mobilnya Jun aja bareng Mika. Ah biar Jane aja yang naik motor bareng lo, nggak apa-apa, kan?"

Jane jangan ditanya, ia sangat bahagia bisa nebeng pujaan hatinya.

"Ya udah deh, ayo Jane," ajaknya.

Jane penuh semangat naik ke motor Axel.

Setelah mobil Jun berjalan lebih dulu, Axel membatin. 'Besok gue bawa mobil deh, biar Gwen mau gue anter jemput ke sekolah.'

"Kita makan dulu, atau nyari baju sama sepatu dulu, Xel?" tanya Jun setelah mereka sampai di Mall tujuan.

"Makan dulu aja kali, ya. Biar ada tenaga."

Keempatnya menyetujui usulan Axel, dan pergi ke restoran di dalam Mall tersebut. Mereka lalu duduk di salah satu meja, dan Axel langsung memanggil pelayan.

"Lo lo pada mau makan apa?"

"Samain aja deh sama lo," ujar Jun. Ia melirik ketiga temannya. "Lo bertiga pada mau pesen apa?"

"Samain aja."

"Mbak kami pesen, chicken katsu lima, sama lemon tea ice nya juga lima."

Si pelayan tersenyum manis. "Baik Kak, silakan ditunggu."

Setelah si pelayan itu pergi, mereka berlima bercanda bersama. Sebelum mata Axel berkelana, dan mendapati sosok damian yang juga tengah makan di sana bersama seorang gadis, namun seragam mereka berbeda. Mungkin saja gadis itu berasal dari sekolah swasta lain.

"Eh kalian lihat nggak yang di sana itu," tunjuk Axel.

Keempatnya langsung menoleh ke arah di mana jari Axel menunjuk.

"Itu kek si Damian, bukan?" cetus Jane.

Deg.

Gwen melihatnya, suaminya itu tengah makan dengan seorang gadis. Apalagi gadis itu kini tengah mengusap sudut bibir Damian dengan tisu.

"Wah iya, itu si Damian. Parah tuh anak, ganti Pacar lagi dia setelah ninggalin si Nenek lampir," ujar Jun.

Gwen hanya diam, entah kenapa dadanya begitu sakit melihat pemandangan tersebut.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!