NovelToon NovelToon
Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Tamat
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Pernikahan Emelia dengan Duke Gideon adalah sebuah transaksi dingin: cara ayah Emelia melunasi hutangnya yang besar kepada Adipati yang kuat dan dingin itu. Emelia, yang awalnya hanya dianggap sebagai jaminan bisu dan Nyonya Adipati yang mengurus rumah tangga, menemukan dunianya terbalik ketika Duke membawanya dalam perjalanan administrasi ke wilayah terpencil.
Di sana, kenyataan pahit menanti. Mereka terseret ke dalam jaringan korupsi, penggelapan pajak, dan rencana pemberontakan yang mengakar kuat. Dalam baku tembak dan intrik politik, Emelia menemukan keberanian yang tersembunyi, dan Duke Gideon dipaksa melihat istrinya bukan lagi sebagai "barang jaminan", melainkan sebagai rekan yang cerdas dan berani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kehadiran ibu tiri

Mereka berjalan kembali ke area tenda istirahat sambil berbagi jambu biji segar yang renyah dan manis. Para prajurit kembali melanjutkan latihan mereka, tetapi kali ini suasana terasa lebih santai, seolah tawa Duke Gideon tadi menular ke seluruh perkemahan.

Gideon mendudukkan Emelia di karpet dan duduk di sampingnya, menyandarkan punggungnya di batang pohon besar. Mereka menikmati buah jambu dalam keheningan yang nyaman, sesekali Emelia menyeka sisa jus di sudut bibir Gideon dengan jari jempolnya secara alami, membuat pria itu tersenyum hangat.

"Latihanmu luar biasa," puji Emelia setelah menghabiskan buahnya. "Pasukanmu terlihat sangat disiplin."

"Mereka yang terbaik di wilayah selatan," jawab Gideon bangga. "Tapi pandanganmu tadi pagi benar. Mereka butuh sedikit penyesuaian dalam formasi serangan balik."

"Aku senang bisa membantu," kata Emelia riang.

Saat sore mulai menjelang, aktivitas latihan mereda. Perkemahan mulai sibuk mempersiapkan makan malam. Aroma daging panggang dan sup hangat mulai tercium, membuat perut Emelia kembali keroncongan, kali ini dengan lebih terhormat.

Malam itu, mereka duduk di dekat api unggun utama. Emelia, yang sudah berganti pakaian menjadi gaun tidur sederhana yang hangat, meringkuk di balik mantel tebal milik Gideon, menikmati kehangatan api dan pelukan suaminya. Langit di atas mereka bertabur bintang-bintang yang jauh lebih terang daripada yang terlihat dari kastil.

"Indah sekali," bisik Emelia, matanya menatap langit.

Gideon mengangguk, dagunya bersandar lembut di puncak kepala Emelia. "Sangat indah."

Keheningan menyelimuti mereka berdua selama beberapa saat, hanya diisi oleh suara retakan kayu bakar dan jangkrik.

"Gideon," panggil Emelia pelan.

"Ya?"

"Terima kasih," katanya, mendongak menatap wajah Gideon yang diterangi cahaya api. "Terima kasih karena telah membawaku ke sini. Terima kasih karena telah membiarkanku menjadi bagian dari duniamu."

Gideon menatap mata Emelia dengan intens. Dalam cahaya api yang menari-nari, kasih sayang yang mendalam terpancar dari mata abu-abunya. Dia merapatkan pelukannya, menarik Emelia lebih dekat lagi.

"Kaulah duniaku sekarang, Emelia," bisik Gideon, suaranya serak dan penuh emosi. "Kau memberiku kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah kutahu aku butuhkan."

Dia menundukkan kepalanya, dan bibir mereka bertemu dalam ciuman lembut di bawah langit berbintang. Itu bukan ciuman penuh gairah seperti di kamar tidur mereka, melainkan ciuman yang penuh janji, kelembutan, dan rasa aman.

Pagi-pagi keesokan harinya, perkemahan sudah dibongkar. Emelia dan Gideon kembali ke kereta mereka untuk menempuh perjalanan pulang ke kastil. Suasana di dalam kereta masih dipenuhi kehangatan dan kedekatan dari malam sebelumnya. Mereka berpegangan tangan hampir sepanjang perjalanan, menikmati kebersamaan mereka.

Setibanya di kastil, suasana damai itu langsung memudar. Para pelayan tampak lebih panik dari biasanya. Kepala pelayan menyambut Gideon dengan wajah tegang di pintu masuk utama.

"Yang Mulia Duke, Nyonya," sapa kepala pelayan itu, membungkuk dalam. Wajahnya pucat pasi.

"Ada apa, Hans? Kenapa semua orang terlihat gelisah?" tanya Gideon, alisnya bertaut.

Hans menelan ludah dengan susah payah. "Nyonya Besar Bernie telah tiba, Yang Mulia. Sudah dua hari yang lalu."

Wajah Gideon langsung mengeras, senyum hangatnya lenyap seketika, digantikan oleh ekspresi dingin dan tegang. Nama "Nyonya Bernie" seolah membawa awan mendung ke dalam aula yang cerah itu. Dia menoleh ke Emelia, yang merasakan perubahan suasana hati suaminya dan menjadi khawatir.

"Ibu angkatku," jelas Gideon singkat, nadanya datar. "Dia adalah alasan mengapa kastil ini terasa sangat formal dan kaku saat kau pertama kali datang."

Emelia bisa merasakan ketegangan yang luar biasa dari Gideon. Dia menggenggam tangan suaminya lebih erat, mencoba menyalurkan dukungan.

Mereka berjalan menuju ruang tamu utama. Di sana, duduk anggun di sofa beludru, adalah seorang wanita paruh baya dengan rambut abu-abu yang ditata rapi dan mata tajam yang mengamati setiap detail. Itulah Nyonya Bernie. Di sampingnya, duduk seorang wanita muda lain yang cantik dan lembut, mengenakan gaun sutra mahal.

"Gideon, anakku," sapa Nyonya Bernie, suaranya halus namun dingin. Dia tidak bangkit dari duduknya.

"Nyonya Bernie," balas Gideon kaku.

Mata Nyonya Bernie beralih ke Emelia, menyapu penampilan Emelia yang masih mengenakan pakaian berkuda yang sedikit berdebu. Pandangannya penuh penghakiman.

"Jadi ini gadis desa yang kau nikahi tanpa persetujuan kami?" tanya Nyonya Bernie, nadanya merendahkan. "Aku dengar dia bahkan bukan dari kalangan bangsawan."

Gideon melangkah maju, tubuhnya menjadi penghalang antara Emelia dan pandangan merendahkan Nyonya Bernie. "Emelia adalah Nyonya Adipati yang sah di kastil ini, Nyonya Bernie. Perkataanmu tidak pantas."

Wajah Nyonya Bernie mengeras. "Aku hanya mengatakan kebenaran. Aku datang ke sini dengan niat baik, Gideon. Membawakanmu calon istri yang pantas untuk gelar Duke-mu." Dia mengisyaratkan ke arah wanita muda di sampingnya. "Ini Anna, putri dari Pangeran Leopold. Anna, ini Duke Gideon."

Anna tersenyum malu-malu, menatap Gideon dengan mata penuh kekaguman. "Merupakan kehormatan besar, Yang Mulia."

Gideon bahkan tidak melirik Anna. Fokusnya sepenuhnya pada Nyonya Bernie.

"Aku sudah menikah," kata Gideon dingin. "Tidak ada lagi diskusi tentang perjodohan. Istriku adalah Emelia, dan itu tidak akan berubah."

" Terserah dirimu Duke , kau sangat bodoh bukan lihatlah  Anna dia cantik Putri bangsawan, Duke ", kata nyonya Bernie

" Baik nyonya kalua tidak ada perlu silahkan pulang saya dan istri saya ingin istirahat ", kata Duke sambil mengisitruksikan pelayanan nya untuk mengantar kan mereka

" Gideon, kenapa kau menyuruh mereka pulang", kata emelia

" Aku lelah sayang ", kata Duke manja

" Apa tadi ", kata emelia

" Sudah ayo istirahat", kata duke

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!