NovelToon NovelToon
IKATAN SUCI YANG TERNODA

IKATAN SUCI YANG TERNODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Romansa pedesaan
Popularitas:161.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Niatnya mulia, ingin membantu perekonomian keluarga, meringankan beban suami dalam mencari nafkah.

Namum, Sriana tak menyangka jika kepergiannya mengais rezeki hingga ke negeri orang, meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil – bukan berbuah manis, melainkan dimanfaatkan sedemikian rupa.

Sriana merasa diperlakukan bak Sapi perah. Uang dikuras, fisik tak diperhatikan, keluhnya diabaikan, protesnya dicap sebagai istri pembangkang, diamnya dianggap wanita kekanakan.

Sampai suatu ketika, Sriana mendapati hal menyakitkan layaknya ditikam belati tepat di ulu hati, ternyata ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Isyt : 31

Septian, Ambar Ratih – menarik seprei. Bekerja sama menaikkan kasur, mencari anak kunci di atas alas ranjang kayu.

“Ndak ada, Mas.” Ambar mencebik, rambutnya acak-acakan, wajah mulai berkeringat.

Mereka kembali merapikan seprei seperti sediakala. Mulai menggeledah meja rias, menarik laci paling bawah.

“Biar Mas saja yang memeriksanya, nanti kamu ndak ingat susunan tempat malah buat curiga.”

Ambar pun tidak jadi membongkar buku, pernak-pernik di dalam laci.

Sebelum mengangkat barang, terlebih dahulu Septian mengingat letaknya. Biar nanti bisa dikembalikan seperti semula.

Satu persatu, dari mulai kertas, buku, pulpen, kalkulator, dan gantungan kunci, dia ambil, letakkan di meja rias.

Septian membuka lembaran buku agenda, senyumnya merekah saat melihat kunci berwarna putih. “Ini jangan diganggu ya, Dek. Mas sudah ketemu yang kita cari.”

Ambar mengangguk antusias, dia tidak jadi mau mendekati meja rias, takut melakukan kesalahan.

Laci yang tadi terkunci pun bisa ditarik. Sangat hati-hati, Septian mengeluarkan isinya.

“Itu kartu keluarganya, Mas!” pekik Ambar, dia berdiri di belakang sang kakak yang berjongkok.

"Hust, pelankan suaramu! Nanti takutnya ada orang lewat.”

Ambar langsung membekap mulut, dia tadi terlalu senang, sampai melupakan pesan sang ibu yang pagi-pagi sekali menghubunginya lewat ponsel bude Wulan.

Sewaktu mobil rental yang dikemudikan oleh Agung, mengangkut penumpang yaitu Dwita, Wiyah, Toro, Ita, serta Eli – melewati samping rumahnya, Wulan bergegas menuju hunian Sriana. Memanggil kedua keponakannya, lalu diajak ke tempat dia.

"Nduk, lee … Bunda boleh minta tolong, ndak?” pinta Sriana dengan raut lembut memandang penuh kasih kedua buah hatinya.

“Boleh, Bun. Apa yang bisa kami bantu?” jawab Septian.

“Mereka kan sedang pergi menjemput tante Triani di bandara, tolong geledah kamar Bunda. Cari surat-surat penting … bisa kan Le?”

Septian mendengarkan saksama apa saja yang diinginkan oleh ibunya, lalu dia mengangguk menyanggupi.

Disinilah mereka, menggeledah kamar sang ibu. Mencari surat-surat penting – KTP Indonesia, kartu keluarga, buku nikah, akte kelahiran.

“Kata Bunda buku nikahnya satu saja, mas. Yang punya istri,” Ambar mengingatkan.

Diambilnya semua yang tadi diucapkan oleh ibunya, ada juga dua lembar kwitansi – lalu pelan-pelan, sangat cermat, dikembalikan seperti semula.

Ambar pun membantu, memasukkan berkas-berkas penting itu ke dalam kresek hitam. Dia keluar kamar, memantau keadaan – takut bila sewaktu-waktu ada yang datang.

Septian bergerak lamban, tidak terburu-buru dikarenakan harus mengingat letak apa saja yang tadi dia pindahkan.

Saat dirasa semuanya kembali seperti semula, dia keluar dari kamar, lalu menutup pintunya.

Ambar memberikan plastik tadi ke kakaknya, yang langsung disimpan didalam baju. Mereka menutup pintu rumah. Layaknya anak kecil yang hendak pergi bermain – ayunan kaki tidak tergesa-gesa, raut wajah pun biasa saja.

***

Deg.

Ritme jantung Wulan bertalu, dia membaca ulang dua lembar kertas pembayaran pemesanan kamar hotel. Tidak ingin menimbulkan rasa curiga, berakhir menyakiti perasaan Septian dan Ambar Ratih, dia pinta kedua anak itu pergi membeli sesuatu di warung yang berjarak lumayan jauh.

Saat keadaan aman, putranya juga sedang menonton televisi, ia menghubungi Sriana. Sekarang, kapan saja dirinya bisa menelepon maupun mengirim pesan, tergantung sang sahabat sibuk atau tidak.

“Assalamualaikum Sri. Kamu sibuk, ndak?”

“Walaikumsalam. Baru saja selesai ngepel lantai, ada apa Lan? Tian dan Ambar Ratih baik-baik saja ‘kan?” tanya sebuah suara terdengar cemas.

“Alhamdulillah baik, baru tak mintai tolong beli garam sama minyak goreng, biar ndak denger apa yang mau tak omongin ke kamu. Sri ….” sungguh berat, tapi tetap harus diungkapkan.

“Kenapa?” perasaannya mulai tak enak.

“Septian berhasil mengambil barang-barang yang kamu minta, ada dua lembar bukti pembayaran penginapan kelas menengah atas nama Triani. Di pesan dua puluh bulan lalu, kalau aku ndak salah hitung … berarti pas dia pulang cuti,” ia terdiam, menghela napas panjang. Yakin jika sahabatnya paham tanpa penjelasan lebih lanjut.

Sriana bersandar pada dinding tembok. Fakta ini seperti garam yang ditaburkan pada luka masih basah. “Sudah selama itu? Terus bukan cuma lewat hp, tapi juga telah melakukan langsung.”

Akhirnya mulai terjawab tentang kapan dimulainya hubungan terlarang Triani dengan Agung

Wulan terdiam, hatinya ikut sakit mendengar nada lirih, seolah sulit mempercayai atas pengkhianatan teramat kejam ini.

“Ya Rabbi, sakjane salahku ke mereka itu apa? Kok yo tegel mempermainkan hidupku sampai rasanya aku ini ndak ada artinya sama sekali, bukan makhluk hidup,” ia mulai terisak-isak.

Ingin rasanya Wulan mengatakan sabar, tapi Sriana sudah suhu nya sabar – belasan tahun dia telah berteman dengan rasa itu.

“Apa mas Dimas sudah pulang Lan?” tanyanya setelah bisa menguasai diri.

“Belum, tadi sudah mengirim foto dan video di bandara. Apa kamu belum dikirimi?”

“Sepertinya sudah, tapi belum tak buka. Lan, tolong simpan baik-baik surat-surat penting ku, ya? Suatu hari nanti itu sangat berguna,” pintanya sungguh-sungguh.

“Pasti. Apa dirimu ndak mau mengajukan cerai lewat lintas negara …?” setahunnya dari curahan para pahlawan devisa, banyak juga yang mengurus cerai tanpa harus mereka pulang ke Indonesia.

"Kalau aku ngambil jalan itu, kasihan Septian dan Ambar nantinya. Diriku sudah yatim-piatu, tentu hak asuh jatuh ke Agung. Dia juga bukan pengangguran, punya harta hasil nipu, serta penghasilan tetap,” katanya lirih.

“Ini saja jantungku terus berdebar-debar tak karuan, takut seandainya Triani menggila, melampiaskan kekesalannya kepada anak-anak. Sebab dia meyakini kalau aku dalang dibalik pemecatannya,” lanjutnya.

Wulan menanggapi. “Kalau menurut pengamatanku, sebulan sampai dua bulan ini Ambar dan Septian bakalan aman. Agung dan Triani pasti sedang gila-gilanya berhubungan layaknya suami-istri. Mereka ndak bakalan punya waktu memikirkan hal lainnya selain kawin, dan duit.”

“Semoga saja memang seperti itu Lan. Aku ini serba salah, terpojok. Ibarat kata, kanan-kiri kena, maju mundur pun tetap kena. Masalahnya yang tak hadapi bapak kandungnya anak-anak, dan posisiku tengah kerja ndek luar negeri,” dia benar-benar merasa tidak berdaya.

“Seandainya mau ngambil jalur hukum pun, harus ada aku disana. Kalau sekarang nekat, imbasnya ya ke Tian dan Ambar,” tambahnya.

Ya, posisi Sriana sama sekali tidak menguntungkan, jarak yang terbentang. Absen menemani tumbuh kembang buah hatinya, bisa dijadikan senjata oleh Agung bila dia ingin membalas lewat jalur hukum juga.

Semua butuh proses, kesabaran, kehati-hatian agar tidak salah langkah, dan berakhir Sriana merugi bukan cuma materi, bisa jadi kalah dalam memperebutkan hak asuh anak. Yang dihadapinya adalah para manusia licik, manipulatif, nekat.

“Ya sudah, untuk sementara kita selesaikan saja satu persatu dulu. Kamu sehat-sehat ya disana, jaga kesehatan, harus makan tepat waktu. Kami disini menunggu kepulanganmu, Sri.” Wulan menyemangati, ia berjanji akan membantu semaksimal mungkin.

“Terima kasih ya Lan. Untung ada kamu, mas Dimas. Kalau ndak, aku nggak tahu lagi harus minta tolong kesiapa.”

"Kamu itu sudah tak anggap seperti saudara kandungku sendiri Sri _”

“Bentar Lan, Agung menelepon.”

Tanpa mematikan sambungan telepon yang terhubung ke Wulan, dia mengangkat panggilan dari suaminya di ponsel satu lagi, membesarkan volume suara.

"Dek, kamu beneran mau nambah kontrak ‘kan?”

‘Apa yang direncanakan dia …?’

.

.

Bersambung.

1
Sari Sindanglaya
dasar garelo c. agung ama Triani mh
Jetri
dia mau kawin ma Triani,, srii.
~ янιєz🖤 ²²¹º
mo jadiin triani ibu negara api🤭
Ma Em
Semangat Sri selamat berjuang untuk mendapatkan keadilan jgn mau dimanfaatkan lagi jgn kirim uang lagi pada Agung cari saja alasan agar TDK mengirim uang untuk si Agung suami benalu cuma manfaatkan uang Sri yg kerja di negeri orang untuk Agung bersenang senang dgn selingkuhannya .
Sri Rahayu
semngt Sri..
sini ke Aceh dulu..
ngeteh kita 🤭🤭🤣🤣
Mawar Hitam
Avung wis bejad.
nunik rahyuni
tegang aq..deg deg an...untung pinter anak2 mu sri..
☠ SULLY
mau nikah siri sama Tria ya Gung
Suhainah Haris
cepatlah pulang Sri,hempaskan para pengkhianat itu, kasihan anak anakmu
Shee
semangat sri kamu pasti bisa💪💪💪
kamu ibu dan wanita tangguh sri💪
Shee
bener-bener mereka ke pa rat tenan, lon te emang tri 😤😤😤

yuk sri babat habis mereka jangan di kasih ampun
Wanita Aries
hadehh agung sbuk aja ngurusin kontrak sri
Muffin: Hai sahabat pembaca!
Aku baru aja rilis cerita baru berjudul “Menjebak Cucu Presdir” ✨

Cleona hanya ingin menyelamatkan ibunya dari penyakit mematikan, tapi sebuah kesalahan membawanya ke kamar Batara, CEO muda yang dingin dan penuh rahasia. Kini, hidupnya terjerat antara bahaya, rahasia, dan perasaan yang tak pernah ia duga. Apakah ini awal kehancuran… atau takdir yang menunggu?

🔥 Jangan lupa mampir dan ikuti kisahnya yaa~
total 1 replies
Eli Rahma
pasti mereka mau kawin..eh nikah sri..🤭🤭
Eli Rahma
sabar yah sri..
Eli Rahma
di part ini aku deg²an bgt bacanya..takutnya AMbar sama Tian ketahuan..tp alhamdulillah mereka berhasil melaksanakn yg diperintahkn bundanya..
Shee
ko aku ikut deg deg an
Ann139
agung oh agung untung lu ga kenal gw...
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendir
Sri nasib mu podo gen aku,aku muleh sing luar negri OLIH surat cerai,💪💪💪 semangat Sri lawan para benalu,hempas kan sejauh yg kamu bisa
Muhammad Arifin
seng bener,apa yg d rencanakan kak cubik 🤭🤭
AFPA
syaithon tenan mokondo iki..mekso2 nambah kontrak
udh punya daftar morotin sekian persen ya..
hadudu..sri wes reti polahmu gug gug
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!