NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Nasi Bungkus Terakhir

Suara hujan yang menghantam atap seng terdengar seperti ratusan kerikil yang dilemparkan sekaligus. Di sudut ruangan berukuran 3x3 meter itu, sebuah ember plastik berwarna merah sudah setengah penuh, menampung air keruh yang menetes dari plafon yang jebol.

​Udara di dalam kamar kos itu lembap dan berbau apek, campuran dari aroma tembok yang berjamur dan obat-obatan murah.

​"Kak Atlas..."

​Suara itu lirih, nyaris tertelan suara hujan.

​Di atas kasur busa tipis yang digelar langsung di lantai, Orion menggigil. Selimut tipis bermotif kartun yang warnanya sudah pudar tak mampu menahan dinginnya malam Jakarta. Wajah pemuda berusia 19 tahun itu pucat pasi, namun garis-garis ketampanannya masih terlihat jelas. Hidung bangir, bulu mata lentik, dan kulit yang—meski pucat—tetap terlihat halus. Dia seperti pangeran yang terbuang di tempat sampah.

​Pintu kayu yang rapuh terbuka dengan suara berderit.

​Seorang pemuda lain masuk. Tubuhnya tinggi tegap, bahunya lebar, namun basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki. Air menetes dari rambut hitam legamnya yang jatuh menutupi dahi, membingkai sepasang mata tajam yang kini terlihat sangat lelah.

​Itu Atlas.

​"Aku pulang, Rion," kata Atlas, suaranya berusaha terdengar ceria, meski napasnya masih terengah-engah setelah berlari dari halte bus.

​Dia segera melepas sepatu ketsnya yang sudah menganga di bagian jempol, lalu bergegas menghampiri adiknya. Tangan besarnya yang kasar menyentuh kening Orion.

​Panas. Sangat panas.

​"Maaf, Kak... Aku nggak bisa masak air," gumam Orion, matanya terpejam menahan pusing. "Gasnya habis tadi siang."

​Hati Atlas mencelos. Rasanya seperti ada tangan tak kasat mata yang meremas jantungnya. Dia baru saja dipecat sore tadi. Alasannya konyol: Istri bos toko bangunan tempatnya bekerja ketahuan diam-diam menyelipkan nomor telepon ke saku celana Atlas. Si Bos yang cemburu buta langsung mengusirnya tanpa pesangon.

​"Nggak apa-apa. Jangan dipikirin," Atlas tersenyum lembut, senyum yang hanya ia tunjukkan pada adiknya. Dia merogoh saku celananya yang basah.

​Dia mengeluarkan segumpal uang kertas yang lecek dan beberapa keping uang logam. Dia menghitungnya dalam hati.

​Lima ribu... Dua ribu... Lima ratus...

​Totalnya tujuh ribu lima ratus rupiah.

​Hanya cukup untuk satu bungkus nasi rames lauk telur dadar separuh, dan... tidak ada sisa untuk beli gas atau obat penurun panas yang bagus.

​"Kakak bawa makan," kata Atlas. Dia membuka bungkusan nasi yang tadi sempat ia beli di warung tegal simpang jalan. Uap hangat mengepul sedikit, membawa aroma sambal terasi yang menggugah selera.

​Perut Atlas berbunyi keras. Dia belum makan sejak pagi. Seharian dia mengangkut sak semen seberat 50 kilo, dan sekarang perutnya melilit perih.

​Orion membuka matanya perlahan. Dia melihat nasi bungkus itu, lalu menatap wajah kakaknya. "Kakak sudah makan?"

​Atlas mengangguk cepat, tanpa ragu sedikitpun. "Sudah. Tadi bos traktir sate kambing sebelum aku pulang. Kenyang banget, sampai mau muntah rasanya."

​Kebohongan itu meluncur mulus. Atlas sudah ahli dalam hal ini.

​"Ayo, duduk dulu. Kakak suapin."

​Atlas membantu Orion duduk bersandar ke dinding yang dingin. Dengan telaten, dia menyuapkan nasi bercampur kuah sayur nangka itu ke mulut adiknya.

​Setiap suapan yang masuk ke mulut Orion adalah kemenangan bagi Atlas, sekaligus siksaan bagi perutnya sendiri yang kosong. Dia memandangi wajah adiknya. Wajah yang sangat mirip dengan mendiang ibu mereka.

​Tuhan, batin Atlas, menatap langit-langit yang bocor. Aku nggak minta kaya. Aku cuma minta adikku nggak sakit. Itu saja. Apa itu terlalu banyak?

​"Kak, udah..." tolak Orion pelan saat nasi tinggal separuh. "Aku nggak habis. Kakak habisin aja."

​"Habiskan, Orion," nada bicara Atlas sedikit menegas, namun matanya memohon. "Kamu butuh tenaga buat lawan demamnya. Kalau kamu nggak makan, gimana mau sembuh? Kalau kamu nggak sembuh... Kakak kerja buat siapa?"

​Orion terdiam. Matanya berkaca-kaca. Dia tahu kakaknya berbohong. Dia tahu kakaknya lapar. Tapi dia juga tahu, Atlas adalah orang paling keras kepala di dunia jika menyangkut kesehatannya.

​Dengan tangan gemetar, Orion memakan suapan terakhir.

​Atlas tersenyum lega. Dia meraih gelas plastik berisi air putih dingin, meminumkannya pada Orion, lalu membaringkan adiknya kembali.

​"Tidur yang nyenyak. Besok pagi kita cari obat," bisik Atlas sambil membetulkan letak selimut.

​Dia duduk di samping kasur, memeluk lututnya sendiri untuk menahan lapar dan dingin. Gelap malam semakin pekat. Ketakutan akan hari esok mulai merayap naik. Besok tagihan hutang jatuh tempo. Besok dia harus cari kerja baru. Besok...

​Saat Atlas menatap wajah damai adiknya yang mulai tertidur, sebuah air mata jatuh dari sudut mata Atlas yang tajam. Itu adalah air mata frustrasi. Rasa sayang yang begitu besar bercampur dengan ketidakberdayaan yang mencekik.

​Aku akan melakukan apa saja, sumpah Atlas dalam hati. Apa saja, asalkan Orion bisa hidup bahagia. Asalkan dia tidak perlu tidur di kasur basah ini lagi.

​Tepat saat air mata itu jatuh menetes ke punggung tangan Orion, dunia di sekitar Atlas mendadak hening.

​Suara hujan lenyap.

Suara tetesan air dari plafon berhenti.

​Sebuah cahaya biru transparan, seperti hologram dari film fiksi ilmiah, tiba-tiba muncul melayang tepat di depan wajah Atlas. Teks-teks aneh bergulir cepat dengan cahaya keemasan.

​[BEEP!]

​[Kondisi Terpenuhi.]

[Subjek terdeteksi: Atlas Wijaya.]

[Tingkat Ketulusan: 100%.]

[Pengorbanan Diri: Ekstrem.]

​Atlas mundur ketakutan, punggungnya menabrak dinding. "Apa... apa ini? Aku gila? Aku halusinasi karena lapar?"

​Sebuah suara mekanik, namun terdengar agung dan bergema, terdengar langsung di dalam kepalanya.

​"Selamat Datang, Tuan Rumah. The Supreme Guardian System telah berhasil diaktifkan."

​Layar itu berubah tampilan.

​[Misi Tutorial Dimulai: Berikan Kenyamanan Pertama untuk Adik.]

[Saldo Awal: Rp 0]

[Aturan Utama: Setiap 1 Rupiah yang Anda habiskan untuk Adik Anda, akan dikembalikan 100 kali lipat.]

​Atlas melongo. Dia menatap hologram itu, lalu menatap dompetnya yang kosong, dan kembali menatap wajah adiknya yang tertidur pulas.

​"Seratus kali... lipat?"

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!