Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-11
Sampai sore hari pun Bagas masih tetap diam menutup mulut, ia terlalu malu karena sikap lancang nya tadi yang di balas ke tengilanoleh Jasmin, hingga ia tak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya berbicara pada Azzam tanpa mau berbicara pada Jasmin.
Sedangkan Jasmin ia merasa geli dengan tingkah Bagas yang seperti anak gadis, malu malu dan selalu menghindar darinya. Siapa suruh berlaku demikian, sebenarnya jauh di lubuk hati Jasmin, ia pun merasa malu namun karena dia terbiasa menyembunyikan hal yang ia rasakan, sehingga ia dengan mudah menyembunyikan rasa malu nya dengan ke tengilan, padahal jika ia tengah sendiri ia akan melampiaskan malu nya dengan kejang kejang layaknya kesurupan.
Saat makan malam tiba Jasmin memanggil tiga pengawal pribadinya untuk ikut makan bersama Bagas dan dirinya, awalnya mereka menolak namun setelah Bagas menyuruh mereka ikut makan, mereka pun tak menolak dan langsung duduk di kursi yang lain.
Makan malam pun berlangsung, Bagas yang tak biasa makan masakan sembarangan belum menyentuh satupun makanan yang ada di depan matanya.
"Kenapa? Gak nafsu?" tanya Jasmin dengan nada bertanya ibu ibu komplek.
Tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan Jasmin, Bagas malah memilih meminum air minum di samping nya.
"Padahal masakan saya enak pak, kok bisa gak nafsu? Anak anak nafsu nafsu ajah tuh?" ujar Jasmin seraya menunjuk Azzam dan tiga pengawal nya dengan dagu.
"Saya gak nafsu karena yang masak nya kamu, saya gak yakin sama rasanya...." ujar Bagas ngartis,
"Emmm... begitu, kenapa tadi pagi gak di cobain ajah, biar tau rasanya selezat apa? nanggung kan udah siap malah di aggurin..." ucap Jasmin nyeleneh dengan wajah tengil dan setengah menggoda suaminya.
Glekkkk
Bagas hanya bisa menelan ludah saat Jasmin mengeluarkan kata kata yang seharusnya tak keluar di saat seperti ini.
"Cobain ajah pak... Enak kok, masakan nya gak kalah dari masakan resto...." ucap Rendi tanpa menghentikan makan nya,
"Sayang loh pak kalo udah ada malah di anggurin, ke buru basi nantinya gak enak..." lanjut Rani.
Mereka benar benar tidak tahu dan tak mengerti kemana arah ucapan Jasmin, padahal jika membicarakan makanan bukankah tadi pagi Jasmin tidak menyiapkan makanan untuk Bagas?
Sedangkan Jasmin ia hanya tertawa cekikikan, merasa geli sendiri dengan ucapannya yang hanya dimengerti oleh Bagas saja.
Tanpa mau menyentuh masakan Jasmin Bagas memilih mengambil beberapa helai roti untuk di makan.
"Untung saya sabar, coba Rani bayangin kalo kamu udah capek capek masak buat Rendi terus Rendi malah milih makanan yang lain, kamu mau apain Rendi?" tanya Jasmin di sela sela makannya.
"Enggak tahu Bu..." jawab Rani, karena ia benar benar tak bisa menjawab pertanyaan bos nya, selain sungkan karena tahu Jasmin menyindir Bagas ia pun takut oleh tatapan tajam kakaknya.
Setelah makan malam selesai, Jasmin dan Rani mencuci piring dan membersihkan dapur bekas mereka masak tadi, sedangkan Rendi dan Roni membereskan ruang tamu yang berantakan.
Bagas yang tak memiliki pekerjaan mengajak Azzam untuk menggosok gigi lebih dulu, setelahnya ia mengganti baju Azzam dengan piyama tidur.
Setelah selesai mencuci piring, Jasmin masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, ia keluar dengan hanya melilitkan handuk di tubuh mungilnya, ia sama sekali tidak malu meski di sana Bagas tengah bermain dengan Azzam di atas ranjang.
"Azzam, cepet tidur, main nya besok lagi...." titah Jasmin.
"Iyah Bun...."
"Loh... Mau kemana Zam? Bunda nyuruh kamu tidur kok malah turun dari ranjang?" tanya Bagas saat Azzam malah turun dari ranjangnya.
"Azzam mau tidurrr .." jawab Azzam, yang sontak membuat Bagas kebingungan.
"Ranjang nya kan ini...." ujar Bagas seraya menepuk nepuk ranjang yang ia duduki.
"Azzam emang gak mau tidur sama saya pak, semenjak ada Rani tidur nya di kamar Rani..." ucap Jasmin.
"Kalo gak di kamar Roni sama Rendi...." lanjut Jasmin lagi.
"Loh kok gitu?" tanya Bagas bingung.
"Kalo tidul sama bunda sakit tubuh Azam, soalnya bunda tidulnya gak bisa diem...." adu nya pada Bagas.
"Ngaco kamu, kamu nya ajah kali yang gak bisa diem pas tidur...." bantah Jasmin.
Setelah selesai memakai baju dan kerudung, ia pun langsung mengantarkan Azzam ke kamar milik Leni, sebenarnya itu kamar anak dan kamar yang di tempati Roni dan Rendi adalah gudang yang di rubah menjadi kamar, karena di sini hanya memiliki dua kamar saja.
"Maaf yah Ran, Azzam mau nya sama kamu terus tidur nya...." ucap Jasmin seraya menyerahkan Azzam pada Rani.
"Gak papa kok Bu, malah saya seneng kalo ada temen tidur jadi gak takut lagi...." jawab Rani sembari tersenyum lebar.
"Makasih, suruh Azzam tidur langsung jangan gadang gadangan...." titah Jasmin lembut, lalu melangkah pergi dari sana dan masuk ke dalam kamarnya.
"Loh kok selimut sama bantal nya malah di ke sofain?" tanya Jasmin saat mendapati sat

u selimut dan satu bantal di sofa yang ada di kamarnya.

"Kamu tidur di sofa ajah, saya gak bisa tidur kalo gak di ranjang..." ucap Bagas tanpa menoleh ke arah Jasmin, ia malah merebahkan tubuhnya di atas ranjang seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Gitu ajah repot, ranjang masih luas ngapain pake segala tidur di sofa, kayak di film terpaksa nikah ajah...." jawab Jasmin santai.
Brughhhhh
Tanpa merasa takut, malu atau apapun Jasmin membanting tubuhnya ke atas ranjang dan tepat di samping tempat nya bagus berbaring.
"Ahhhhh..... Leganya setelah semua kerjaan selesai...." ucap Jasmin seraya meregangkan tubuhnya, dan ia cukup masa bodo saat tangannya sedikit mendorong Bagas saat ia tengah meregangkan tangannya.
Bagas hanya bisa menarik nafas, ia cukup tak tahan dengan sifat Jasmin yang keras kepala dan sulit di atur.
"Kamu jangan ngelunjak yah, jangan kamu kira karena aku meluk kamu di kamar mandi itu berarti saya mau kamu,..." ucap Bagas seraya duduk dari tempatnya berbaring.
"Atau kamu berpikir kamu spesial bagi saya?" tanya Bagas seraya tersenyum meremehkan.
Sedangkan Jasmin ia tampak santai menghadapi ucapan gila yang di lontarkan suaminya. Ia berbalik menyamping seraya berbaring hingga wajahnya menatap wajah dan tubuh Bagas yang tengah terduduk di depannya.
"Sebenarnya yang ngelunjak siapa sih pak?" tanya balik Jasmin.
"Meskipun ini apartemen punya bapak, tapi kan ini tempat tinggal yang bapak kasih ke sayahhh...." ujar Jasmin dengan suara santai dan tangan yang spontan menunjuk nunjuk dirinya.
"Biasanya tamu yang di atur tuan rumah ini malah tamu yang ngusir tuan rumah..."
"Lagian bapak resek banget sih, apa ajah di permasalahin, sebenarnya bapak mau pulang gak? Katanya tadi bilang sore mau pulang?" tanya Jasmin seolah mengingatkan Bagas
"Istri saya gak pulang, kalo istri saya ada di rumah, ngapain juga saya di sini...." ucapnya seraya merebahkan diri kembali dan berbaring membelakangi Jasmin.
Tiba tiba saja tangan Jasmin melingkar di perut kekar Bagas tubuhnya menempel pada punggung Bagas yang hanya di balut kaos oblong.
"Jadi bapak tuh kurang belayannn?" ujar Jasmin tengil seraya mengusap usap perut Bagas dengan tangannya
Hufttttttt