"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Kecelakaan
"DOKTER !!" pekik Kirana dengan napas ngos-ngosan akibat berlari kencang tanpa mempedulikan apapun di sekitarnya.
Sejak dari parkiran rumah sakit, Kirana bergegas berlari menuju IGD. Bahkan motornya ia parkir serampangan.
Dirinya begitu syok mendengar kabar dari Aisha, adik pertamanya, bahwa Anin mengalami kecelakaan ditabrak sepeda motor di jalanan dekat taman kota.
"Mbak Kirana," panggil Aisha.
Kirana seketika membalikkan tubuhnya ke sana kemari guna mencari sumber suara yang diyakini adalah adiknya.
"Sha," ucap Kirana setelah matanya beradu pandang dengan sang adik.
Bergegas keduanya saling berjalan menuju titik yang sama.
Grepp...
Kakak beradik tersebut saling berpelukan dalam tangisnya.
"Mbak, maafin aku yang lengah jaga Anin. Hiks...hiks...hiks..." ucap Aisha yang terlihat penyesalan karena merasa tak becus menjaga keponakannya yang masih berusia lima tahun.
"Udah, Sha. Semua udah takdir. Mbak_" ucapan Kirana seketika terpotong karena mendengar seruan dari salah seorang perawat.
"Keluarga Anindita Khalifa,"
"Ya, Sus." Sahut Kirana seraya menoleh ke arah perawat yang baru saja keluar dari ruang IGD.
Kirana dan Aisha berjalan cepat mendekat ke tempat suster tersebut berdiri.
"Saya, ibunya. Bagaimana kondisi Anin?" cecar Kirana yang terlihat begitu cemas.
"Putri Anda sudah siuman. Luka luarnya tidak terlampau berat. Hanya memar dan lecet-lecet. Kata dokter, tetap harus rawat inap untuk beberapa hari ke depan guna memantau kondisi Anin. Setelah ini kita akan lakukan rontgen untuk mengetahui bagian dalam apa ada luka berat maupun hal lain yang membahayakan kondisi pasien,"
"Lakukan yang terbaik untuk putri saya, Sus."
"Ya, akan kami usahakan. Sebelumnya silahkan ibu bisa ke ruang administrasi untuk menyelesaikan biaya awal,"
Deg...
Jantung dan hati Kirana seketika dilanda cemas akut.
UANG...
Lagi-lagi masalah utama yang membelenggu hidupnya sejak lima tahun terakhir ini kembali menghimpitnya. Uang dan uang.
☘️☘️
Ya, Kirana Jingga Permata kini bukan lagi anak dari keluarga berpunya. Seluruh hartanya habis tak bersisa. Jatuh miskin.
Rumah warisan, bahkan satu-satunya kantor properti warisan ayahnya-Gani Samudera, harus hilang darinya karena kebodohan dan keteledorannya sendiri yang terlalu percaya pada sosok manusia yang diam-diam menusuknya dari belakang alias berkhianat.
Sudah lima tahun terakhir ini Kirana hanya hidup bertiga bersama putri kandung dan adiknya.
"Baik, Sus. Saya akan ke ruang administrasi," ucap Kirana seraya berpamitan.
Kirana kemudian menarik lembut lengan sang adik dan mereka berjalan ke koridor yang agak sepi.
"Sha, kamu tolong temani Anin. Mbak mau ke bagian administrasi dulu,"
"Apa Mbak punya uang?" tanya Aisha. "Mbak Kirana kan belum waktunya gajian," imbuhnya.
Kirana menghela nafas beratnya. Ia pun bingung harus membayar biaya perawatan Anin dengan apa ?
"Mbak coba minta keringanan sama rumah sakit dulu,"
"Apa enggak sebaiknya Mbak kabari soal Anin ke Mas Aldo?"
"Enggak, Sha!" tolak Kirana dengan tegas. "Mbak gak ingin mengganggu rumah tangga Aldo dan Hana yang sudah tenang. Mbak gak ingin menjadi duri di hidup mereka,"
"Tapi Mbak_"
"Cukup, Sha!" bentak Kirana refleks.
Aisha otomatis hanya mampu terdiam dan menundukkan kepalanya di depan sang kakak. Kirana pun tersadar, jika ia baru saja membentak adiknya yang tak bersalah.
Ya, semua kepiluan yang terjadi di hidup Kirana adalah kesalahannya sendiri.
Entah karena karma atau kebodohan dirinya di masa lalu ?
Kirana benar-benar sangat menyesalinya.
Nasi sudah menjadi bubur dan waktu tak mampu diulang kembali.
Akan tetapi, satu hal yang tak pernah disesali dalam hidup Kirana adalah melahirkan buah cintanya bersama Aldo Bimantara Pamungkas dengan selamat. Bertaruh nyawa di meja persalinan yang tak mudah. Tuhan memberikan kado terindah untuknya.
☘️☘️
"Maafkan Mbak, Sha. Semua salah, Mbak. Hidup kita jadi seperti ini," cicit Kirana sendu dan suaranya mulai terdengar serak seakan hendak menangis.
Aisha memeluk sang kakak. Ia mencoba untuk menguatkan Kirana.
Aisha tau sang kakak yang terlihat tegar seperti batu karang di lautan yang terkena hempasan ombak serta badai dahsyat, sesungguhnya begitu rapuh di dalamnya.
"Menangislah, Mbak. Jangan semua kesedihan, mbak simpan sendirian. Aku adikmu yang akan selalu ada untukmu. Jika tak bisa membantu, minimal aku bisa menjadi pendengar keluh kesahmu. Di dunia ini tinggal mbak, saudara yang ku punya. Ibu dan Yulia telah tiada,"
Seketika tangis Kirana runtuh di pelukan sang adik. Kirana teringat dengan ibu kandung mereka dan adik bungsunya bernama Yulia.
"Hiks...hiks...hiks..."
"Mbak, anak yang durhaka Sha. Gara-gara mbak, ibu meninggal. Harta kita lenyap begitu saja. Kuliahmu putus di tengah jalan. Yulia meninggal karena abor_si. Ya Allah, ampuni dosa hamba..." jerit tertahan Kirana di dekapan Aisha.
Kirana berusaha mengeluarkan gumpalan sebah di hatinya yang terpendam selama lima tahun ini. Bibirnya selalu terkunci rapat dan tak ingin orang lain tau bahwa dirinya tengah down atau bersedih hati.
Bahkan pada Aisha, Kirana tak pernah mencurahkan isi hatinya yang sudah tak berbentuk. Namun, kali ini tak mampu Kirana tahan lagi.
"Belum Anin sembuh dari sakitnya, dia malah kecelakaan. Kenapa Allah kasih cobaan begini berat ke Mbak, sha? Mbak udah pergi menjauh dari kehidupan Aldo dan Hana. Mbak sudah kasih anak ke mereka. Apa masih kurang? Apa Mbak lebih baik mati saja, Sha?"
"Istighfar, Mbak! Istighfar..." tegur Aisha seraya melepas pelukan dari tubuh sang kakak.
Aisha membantu untuk menyeka air mata yang berjatuhan di pipi Kirana.
"Allah memberikan setiap cobaan pada hambaNya pasti sesuai dengan kemampuan kita. Yakinlah akan ada pelangi setelah hujan. Akan selalu ada jalan dan jawaban atas doa-doa yang kita langitkan. Mbak jangan pernah putus asa,"
Kirana yang masih sesenggukan, menganggukkan kepalanya kecil di depan Aisha.
Setelah kondisinya lebih tenang, Kirana memutuskan pergi ke pihak administrasi rumah sakit.
Untuk memberikan keringanan, pihak rumah sakit tak bisa. Mereka akhirnya memberi waktu pada Kirana sampai besok siang untuk melunasi biaya awal masuk perawatan Anin. Jumlahnya sekitar tiga juta rupiah.
Setelah itu, Kirana harus bersiap membayar biaya rawat inap dan lain-lain selama Anin opname. Kirana sudah memprediksi pasti jumlahnya tak akan sedikit.
Dengan langkah gontai ia berjalan menuju ruang opname Anin yang berada di kelas termurah di rumah sakit tersebut yakni kelas tiga.
Uang di dalam dompetnya saat ini tak lebih dari satu juta rupiah.
Detik selanjutnya, pandangan mata Kirana perlahan menunduk dan tiba-tiba tertuju pada cincin emas yang masih setia melingkar di jarinya. Cincin pernikahannya dengan Aldo.
Benda itu adalah satu-satunya perhiasan yang dimiliki oleh Kirana saat ini. Jika dijual, ditaksir senilai nominal dua puluh juta rupiah.
"Apa aku jual saja cincin ini demi Anin?" batin Kirana di tengah pergolakan batinnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Assalammualaikum...
Janji Othor Solehot melaunching Kirana, Aldo dan Hana di sini ya, Sobat. Mohon dukungannya. 💋💋
*Alur : mundur maju nangis.😭
*Penasaran bagaimana Kirana yang awalnya hamil bohongan mendadak jadi hamil beneran ?
*Bagi pembaca baru, boleh mampir ke karya induknya dengan judul : Jodoh di Tapal Batas.
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo