NovelToon NovelToon
Object Of Desires

Object Of Desires

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Pengantin Pengganti / Romansa / Kaya Raya
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Elin Rhenore

Takdir kejam menuntutnya menjadi pengantin pengganti demi menebus sebuah kesalahan keluarga. Dan yang lebih menyakitkan, ia harus menikah dengan musuh bebuyutannya sendiri: Rendra Adiatmaharaja, pengacara ambisius yang berkali-kali menjadi lawannya di meja hijau. Terjebak dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan, Vanya dipaksa menyerahkan kebebasan yang selama ini ia perjuangkan. Bisakah ia menemukan jalan keluar dari sangkar emas Rendra? Ataukah kebencian yang tumbuh di antara mereka perlahan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elin Rhenore, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sexy Private Chef

Ketika bangun Vanya mendapati dirinya tidur di ranjang yang berbeda dengan miliknya dari kamar sebelumnya. Teringat kembali pada kejadian tadi malam, saat ia menemukan Rendra mengalami mimpi buruk hingga akhirnya mereka berakhir dengan berbincang sepanjang malam dan akhirnya Vanya mungkin tertidur lebih dulu.

Mencium aroma wangi kopi Vanya langsung bangkit dari tempat tidur, melenggang pergi langsung menuju ke arah dapur. Di sana ia mendapati suaminya sedang memunggunginya, tanpa mengenakan pakaian bagian atas. Terlihat jelas punggung lebar yang berotot milik Rendra seolah sengaja ditunjukkan.

"Wah, wah, wah, apakah aku mendapatkan private chef yang sexy?"

Suara renyah Vanya mengundang Rendra menoleh padanya, pria itu menampilkan tubuhnya yang terpahat rapi dengan segala otot di setiap tubuhnya juga abs yang tertata sangat indah di perutnya.

"Sepertinya bukan hanya kamu yang mendapatkan pemandangan indah itu, Little cat." Rendra menyapu tubuh Vanya dengan pandangannya yang dia mulai dari kepala hingga ke ujung kaki.

Vanya lupa, benar-benar lupa jika dirinya sejak semalam hanya mengenakan sebuah pakaian tidur berwarna putih, sebuah gaun berwarna putih hanya sebatas di atas lutut dan bagian atasnya hanya tertaut dengan tali setipis spagethi. Selebihnya pakaian itu sangat tipis sehingga siapapun bisa melihat lekuk tubuhnya.

"Apakah mesum adalah nama tengahmu, Mas?"

"Saya suka melihatnya, kamu tidak perlu malu." Rendra tersenyum nakal, ia berbalik lalu mengambil makanan. Ada roti panggang dan kopi yang sudah siapkan sejak pagi.

Pagi-pagi sekali Rendra memesan bahan makanan melalui jasa belanja online. Ia tahu jika Vanya pasti akan bangun dengan perut keroncongan karena ia lupa menyediakan makanan ringan untuk istrinya.

"Aku tidak malu," balas Vanya dengan suara yang lirih, wajahnya pun ikut memerah karena pandangan Rendra yang tak lepas darinya.

"Benarkah?" Rendra sudah di depan meja makan, ia meletakkan makanan di atas meja dan duduk di samping Vanya.

"Eh, kenapa duduk di sini?"

"Apa aku tidak boleh duduk di samping istriku?"

"Biasanya juga duduk di seberang," tukas Vanya, ia mencoba untuk mengalihkan rasa malunya dengan mengulurkan tangan untuk mengambil kopi buatan Rendra. Siapa yang sangka jika tangan Rendra juga terulur, bukan untuk mengambil kopi melainkan menahan tangan Vanya.

"Coba sini saya lihat," ujar Rendra dengan suara rendah.

"Li-lihat apa? Kamu mau lihat apa, Mas?!" Suara Vanya meninggi di akhir kalimat karena panik menguasai dirinya. Sementara itu Rendra menyunggingkan sebelah bibirnya, menatap nakal ke arah Vanya.

"Lihat kamu dengan gaun tidur ini, katanya kamu tidak malu."

"Dih, kamu mau mengambil kesempatan dalam kesempitan 'kan, Mas?"

"Kenapa tidak?" tanya Rendra, sembari menarik tangan Vanya untuk mengangkat tubuh perempuan itu hingga akhirnya Vanya duduk dipangkuan Rendra. Dengan tangan yang lain memeluk pinggang Vanya, ia membuat perempuan itu tak bisa melarikan diri.

Wajah keduanya hanya berjarak beberapa centimeter, mata mereka saling beradu dengan nafas yang berderu. Vanya bisa merasakan jantungnya kini berdegup sangat kencang, rasanya akan melompat keluar dari dadanya. Kehangatan tubuh Rendra yang tak mengenakan sehelai benang pun itu membuatnya sulit untuk berpikir dengan jernih.

Tangan Rendra mengerat di pinggang Vanya, batas mereka kini hanya terpisah oleh gaun tidur yang dikenakan oleh Vanya. Keduanya terperangkap pada keinginan menggebu yang bergelora.

Helaan nafas Rendra yang hangat kembali menyapu wajah Vanya, menimbulkan sensasi yang mengguncang sesuatu di dalam diri Vanya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan selama ini. Vanya menarik jari-jarinya, membuat kepalan di dada Rendra, hendak mendorong pria itu. Ia tahu semakin lama mereka berada di posisi ini, maka sesuatu di dalam dirinya mungkin akan benar-benar meledak. Namun ... saat Vanya hendak mendorong dada bidang Rendra yang terasa hangat itu, tangannya terhenti.

Mata mereka yang saling bertaut kini beralih pada bibir yang lembab, pertama kalinya bagi Vanya melihat dengan lekat bibir Rendra yang tampak penuh dan lembab itu. Ia teringat pada ciuman brutal pertama yang diberikan oleh Rendra padanya. Seiring dengan ingatannya kembali pada hari itu, jantungnya pun semakin berdegup kencang dan ada damba yang luar biasa.

Rendra menundukkan wajahnya, kini jarak mereka semakin terhapus, namun saat itu hal yang mengejutkan terjadi. Vanya menyambar bibir Rendra lebih dahulu, perempuan itu sampai menutup matanya dengan jantung berdegup kencang dan perasaan yang campur aduk. Perempuan itu tak mampu untuk menahan keinginan yang semakin mengganas di dalam batinnya.

Sungguh Rendra tak menduga, ia sempat terhenyak sebentar saat merasakan bibir kenyal Vanya menempel pada bibirnya lebih dahulu. Ia merasakan keberanian yang dibalut rasa canggung luar biasa, namun itu malah membuat sisi gelap dalam dirinya muncul ke permukaan. Dalam sekejap gairah mengambil alih, Rendra mengeratkan tangan di pinggang Vanya, membalas ciuman canggung itu lebih dalam.

Rendra memagut bibir Vanya dengan lembut, sangat berbeda dengan ciuman pertama mereka yang bisa dikatakan brutal. Mengambil bibir bawah Vanya dan melumatnya lebih dalam, saat mereka mulai terlena dalam pagutan yang tak ada hentinya itu, Rendra menyusupkan lidahnya dan mengaitkannya dengan milik Vanya. Perempuan itu sedikit tersentak, Rendra tak melepaskannya, ia semakin mempererat dekapan pada pinggang Vanya, menariknya lebih dekat hingga tak ada lagi celah di antara mereka.

Nafas mereka bertubrukan, panas dan terburu, menyatu dengan detak jantung yang berlari liar.

Semakin dalam dan semakin panas, Rendra mendadak mengangkat tubuh sang istri dengan mudahnya tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. Vanya pun melingkarkan kakinya pada pinggang Rendra, mereka begitu intim dan tanpa celah.

Desah nafas Vanya terlepas disela ciuman mereka, sementara jemarinya mencengkram rambut Rendra, menarik kepala pria itu semakin dekat. Tubuh Vanya bergetar karena gelombang panas menguasai setiap urat nadinya kini.

Rendra menahan tubuh istrinya dengan kekuatan penuh, membawanya mundur hingga punggung Vanya bersandar pada dinding. Suara dentuman lembut yang berasal dari benturan itu justru membuat ketegangan di antara mereka kian meningkat, seakan-akan dunia di sekitar mereka lenyap begitu saja, hanya ada panas yang bergejolak menuntut lebih dan lebih.

"Anantari ...," gumam Rendra rendah di sela ciuman mereka yang terputus untuk sesaat. Ia memandangi wajah istrinya yang sudah memerah dengan mata sayu karena dipenuhi oleh gairah. Sejenak ia memandang ke bawah dan melihat bahwa gaun yang dikenakan oleh Vanya sudah melorot di bagian bahu kirinya.

"Jika kamu tidak menghentikannya," bisiknya dengan lembut, hangat dan terdengar menggetarkan. "saya tidak akan berhenti."

Vanya terengah-engah berusaha untuk mengambil udara sebanyak-banyaknya, tapi sia-sia saat pandangan matanya tertuju pada wajah Rendra yang jelas sekali telah terbakar oleh hasrat membara. Jantungnya masih berpacu dengan kegilaan. Vanya tak bisa berpikir jernih saat ini, dalam hatinya ia tahu satu kata darinya bisa menghentikan semuanya. Akan tetapi lidahnya kelu dan tubuhnya berkata mewakili bibir sialannya, ia malah merapatkan jarak di antara dirinya dan Rendra, itulah jawabannya.

Rendra menarik napas panjang, hasratnya sudah mengganas, sisi hewaninya menyeruak. Ia kembali memagut bibir Vanya yang sudah hampir bengkak karena perbuatannya itu. Ia kembali mengangkat tubuh Vanya dan hendak membawanya ke dalam kamar tapi sebuah deringan ponsel menghentikan langkahnya.

"Erghhhh...." Rendra menggeram rendah. Mengapa harus sekarang. Saat gairahnya sudah dipuncaknya, mengapa ada saja yang mengganggu.

Karena deringan ponsel itu tak berhenti, Vanya memilih untuk menghentikan aktifitas mereka. Ia turun dari gendongan Rendra. Wajahnya memerah saat tahu jika bajunya kini hampir terbuka seluruhnya. Saat dirinya hendak membetulkan letak tali gaunnya, Rendra menggenggam tangannya dan membantunya untuk membetulkan letak tali gaun tersebut.

"Siap-siaplah untuk bekerja." Rendra terlihat memaksakan senyumnya sembari mengusap puncak kepala Vanya.

**

"Ada apa, Shouta?" tanyanya dengan nada yang terang sekali gelisah. Tentu saja ia gelisah, pagi-pagi begini morning wood-nya semakin menegang setelah cumbuannya dengan sang istri. Namun terganggu oleh panggilan dari asistennya. Rendra berusaha menenangkan dirinya dari aliran nadi yang sederas air terjun niagara. Hingga akhirnya bisa merasakan ketenangan di bawah sana.

"Bang Rendra tidak lupa 'kan, hari ini harus pergi ke Nusantara?"

"Itu hari ini, ya?"

"Ya, besok adalah meeting dengan perusahaan kelapa sawit itu."

Rendra terdiam sejenak, sebenarnya dia tidak lupa dengan penerbangannya jam 10 nanti. Hanya saja ia terlalu ingin tinggal lebih lama setelah akhirnya bisa merasakan kembali manisnya bibir Vanya.

"Bang?"

"Saya tahu, Shouta. Jangan khawatir. Saya akan segera bersiap ke bandara."

"Baiklah kalau begitu, bang. Perlu saya jemput?"

"Tidak. ada sopir di sini."

"Baik."

Setelah mematikan panggilan tersebut, Rendra segera pergi menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower dan terdiam agak lama di bawahnya. Rendra menegadahkan kepalanya, menikmati guyuran air hangat yang menyiram kepala hingga ke seluruh tubuhnya.

Lantas teringat akan kejadian semalam.

Semalam ia bermimpi, mimpi yang selalu menghantui tidurnya jika ia terpejam sebelum jam tiga pagi. Itu adalah mimpi saat dirinya menemukan sang ibu gantung diri di rumah mereka dulu, waktu itu Rendra masih SMP. Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan mayat ibunya sudah menggantung di langit-langit rumah mereka. Tubuh Rendra membeku seketika, tak ada teriakan, tak ada tangisan, ia benar-benar seperti patung, hanya matanya yang menyorot ke arah wajah sang Ibu.

Kenangan itu tak pernah bisa ia hapus meski bertahun-tahun sudah berlalu dan selalui menghantui dirinya. Namun, dalam mimpi semalam bukan hanya tentang ibunya, kini ada bayangan lain yang muncul—bayangan Vanya. Yang biasanya adalah sosok sang ibu, kini sosok Vanya yang tergantung di langit-langit rumahnya.

Entah mengapa mimpi itu kini berubah. Rendra mencoba untuk menalar, tapi jawaban yang ia inginkan tak pernah muncul dalam kepalanya yang cerdas itu. Vanya kini bersamanya, perempuan itu aman, tak akan ada lagi bahaya yang mengintainya seperti selama ini. Lantas kenapa?

Rendra berusaha mengenyahkan firasat buruk yang menguasai pikirannya. Ia bersiap dengan pakaiannya, keluar untuk berpamitan dengan sang istri.

"Anantari ... apa kamu sudah selesai? Mau berangkat bersama?" tanya Rendra dari luar kamar Vanya. Namun tak ada jawaban dari dalam kamar. Rendra akhirnya berinisatif untuk masuk ke dalam kamar tersebut.

Tidak ada siapapun di dalam kamar, tapi Rendra mendengar suara dari ruangan lain. Sepertinya Vanya belum selesai dengan ritual mandinya. Rendra tak ingin mengganggu, lebih tepatnya ia tak ingin gairahnya kembali muncul jika melihat Vanya keluar dari kamar mandi hanya dibalut handuk saja.

Akhirnya Rendra pun keluar dari kamar Vanya, ia hanya meninggalkan sepucuk kertas yang ditaruhnya di atas meja makan.

**

Di bawah siraman shower itu Vanya termangu, pikirannya masih terpaku pada apa yang terjadi tadi di ruang makan. Ia memejamkan matanya dan mengerang, bukan karena gairah tapi karena ia merasa malu.

"Kenapa aku melakukannya, rasanya seperti aku wanita murahan," gumamnya kesal. Ada rasa sesal saat menyadari bahwa dirinyalah yang terlebih dahulu menawarkan bibir itu untuk dicium oleh Rendra, dirinya-lah yang mencium pria itu.

Vanya menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya dan berjongkok di bawah guyuran air. "Dia pasti menganggapku sebagai perempuan murahan sekarang," geramnya pada diri sendiri.

Tapi godaan bibir Rendra benar-benar merobohkan pertahanannya, Vanya memang ingin merasakan kembali kehangatan yang disalurkan bibir itu padanya. Dan ia merasakannya, kali ini bukan hanya hawa hangat saja, ada hal lain—rasa panas dan gelenyar aneh yang meliputi inti kewanitaannya. Hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, rasanya ia hanya ingin bersama Rendra setelahnya, ingin tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

Vanya benar-benar merasa malu dengan dirinya sendiri yang menginginkan hal gila semacam itu.

"Sepertinya aku tertular pikiran mesumnya," gumamnya lantas kembali berdiri, kembali bertekad. "Aku tidak akan melakukan kebodohan itu lagi, cukup sekali." Vanya pun menyelesaikan ritual mandinya.

Ia bersiap, melihat pakaian-pakaian yang dibawakan oleh asisten Rendra, memilih mana yang cocok untuk pergi bekerja. Akhirnya ia memilih kemeja warna burgundy dengan celana krem dan jas krem. Setelah itu ia mengeringkan rambutnya yang panjang dan merias wajahnya dengan make up tipis. Merasa dirinya sudah siap untuk berangkat kerja, Vanya pun keluar dari kamarnya.

Vanya menggigit bibirnya saat memandangi ruang makan, tempat di mana ia mencium bibir Rendra dengan kaku. Wajahnya kembali memerah, kembali menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dirinya bisa begitu ceroboh. Tapi jangan salahkan dirinya, salah siapa punya bibir yang mudah membuat orang ingin menciumnya?

Vanya mendengus kesal. Ia mengumpulkan keberaniannya dan melangkah menuju ke kamar Rendra. Tidak mungkin baginya untuk menghindari Rendra, pria itu suaminya. Namun belum juga ia sampai pada kamar Rendra, ia melihat sesuatu yang sebelumnya tak ada di meja makan.

Sebuah memo.

Vanya lekas mengambil kertas tersebut dan membaca isinya.

Saya pergi dulu. Saya akan kembali 2-3 hari ke depan, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Jangan berulah.

Ngomong-ngomong, saya suka bibir kamu.

R.A

Membaca kalimat akhir pada memo tersebut membuat wajah Vanya memanas hingga memerah. Ia membayangkan wajah jahil Rendra saat menulis memo ini.

"Dasar pria mesum gila," ucap Vanya sambil memasukkan memo tersebut ke dalam tas kerjanya. 

...- Bersambung - ...

...OBJECT OF DESIRES | 2025...

1
👣Sandaria🦋
baca satu bab, Kakak. asik nih cerita pengacara saling bakutikam di ruang sidang, kemudian saling bakugoyang di ranjang👍😆
Elin Rhenore: terima kasih kakak /Hey/
total 1 replies
d_midah
selain cantik, yang aku bayangin pipinya yang gemoy☺️☺️🤭
Tulisan_nic
sidangnya siaran langsung apa gimana Thor?
Elin Rhenore: sidangnya siaran langsung, karena sifatnya terbuka untuk umum.
total 1 replies
Tulisan_nic
Baca bab 1 udah keren banget,aku paling suka cerita lawyer² begini.Lanjut ah
Elin Rhenore: terima kasih yaaa, semoga sukaa
total 1 replies
Ayleen Davina
😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
Hallo Kak. Semangat berkarya ya 🫶
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: seru ceritanya 🫶
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
"istri saya" kulanjutin dah😂
Mei Saroha
ayooo kakak othorr lanjutkaann... yukkk bisa yuukkk
Elin Rhenore: sabar yaaaa hehehehe
total 1 replies
Mei Saroha
rendra bertekad untuk lindungi Vanya..
Mei Saroha
alurnya keren thorr
semangat nulisnyaa yaaaa
Mei Saroha
hareudangg euyyy
Mei Saroha
morning wood itu apa kak 😃😀😁
Mei Saroha
apakah keluarga rendra membunuh orangtua Vanya?
Siti Nina
Lanjut thor jgn di gantung cerita nya
Siti Nina
Nah lho perang akan segera di mulai
Siti Nina
Oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Meleleh gak tuh mendengar ucapan Renrda manis banget
Mei Saroha
wahh.. ini masuk KDRT bukan sih
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
good
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
nah, sumber masalah nya harus diusut nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!