menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidup kembali
"HAAHH!"
Seorang gadis terbangun dari tidurnya, mungkin. Gadis itu adalah Liana.
Liana?!
"Astaga! Aku ... a–aku masih hidup?!"
Ia memposisikan duduk sambil memegang wajahnya, Liana memandang tangannya tidak percaya. Ia yakin, dirinya sudah mat1 di Rumah sakit tapi kenapa ia malah terbaring di kasur rumah?
"A–apa yang terjadi?" gumamnya.
Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 06:10. Kemudian ia kembali memastikan hari dan tanggal di ponselnya, 10 Juli 2014.
Liana terbelalak setelah mengetahui bahwa ia berada di tahun sebelum ia mengenal 8 mafia itu. Jika ini adalah tahun dirinya hidup kembali, artinya ia memiliki kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kekacauan seperti sebelumnya.
"Aku terlahir kembali? Ah tidak, ku rasa lebih tepatnya aku hidup kembali. Jadi aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki segalanya!" yakin Liana.
Liana beranjak dan melihat kalender karena di sana seingatnya pernah menulis jadwal kuliahnya.
"Ujian semester? Itu artinya hari ini? Dan waktu itu Arion dan yang lain datang untuk menagih hutang Ayah?"
Tak!
Liana memukul telapak tangan dengan kepalan tangan satunya, ekspresinya seakan-akan ia bisa melakukannya dengan keyakinan.
"Baiklah! Kali ini aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!"
"Untuk itu, aku harus kuliah dulu!"
-
Liana celingukan mencari seseorang, ia kini sudah siap untuk berkuliah.
"Ayah tidak ada?" Liana terdiam sejenak.
"Bukan kah seingat ku, seharusnya Ayah pergi kerja siang? Dan Ayah tidak menjemput ku karena kedatangan Arion dan yang lain? Apa aku melupakan sesuatu, yah?" gumam Liana.
Liana tidak ambil pusing, ia pun langsung berangkat kuliah karena hari ini ia akan ujian.
-
-
15:20 PM.
Liana melihat jam pada ponselnya, benar saja Ayahnya tidak menjemput nya itu artinya di rumah pasti Arion dan yang lain sudah ada di sana. Sepertinya ia harus bergegas dengan naik taksi, sebelumnya ia jalan kaki karena berhemat tapi kali ini ia harus mengubah segalanya walaupun hal yang kecil.
Sesampainya di rumah ia membayar ongkos, Liana melihat 2 mobil seperti dugaannya. Ia menghela nafas dalam-dalam, ia harus bersikap seolah-olah ia tidak mengenal mereka.
Liana membuka pintu rumah dan melihat beberapa pria sedang menahan Ayahnya, ketika melihat Arion dan yang lain ia jadi teringat kehidupan sebelumnya. Tidak, kali ini tidak akan terjadi!
"Ayah!"
"Liana?!"
Liana berjalan menghampiri mereka, Liana melirik sekilas ke arah seorang pria yang memiliki tatapan dingin yaitu Arion. Pria arogan itu duduk di kursi tunggal sambil menopang kaki seakan seperti pemilik rumah sendiri.
"Ada apa ini?!" tanya Liana.
"Sayang, kau masuk lah dulu Ayah ingin berbicara penting dengan mereka,"
"Oh, ini alasan yang anda berikan waktu itu demi menyekolahkan Putri kesayangan?" yang berbicara itu adalah Lucas.
Kevin mengangguk kecil.
"Kenapa kau tak bilang bahwa kau memiliki seorang gadis cantik?"
Inilah awal di mana mereka mulai tertarik padanya, ia harus membuat mereka semakin tertarik padanya. Pikir Liana.
"Liana, kamu masuklah ke kamar, yah? Ayah ingin bicara penting dengan mereka," Kevin.
Ini kata yang sama seperti sebelumnya, setelah ia meninggalkan mereka pasti akan terjadinya keributan. Tapi, Liana harus mengikuti alur ini agar berjalan sesuai keinginannya. Liana pun pergi meninggalkan mereka sekalian berganti pakaian.
Liana menggigit jarinya berjalan mondar-mandir, ia memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah akan sama seperti kehidupan sebelumnya atau berubah? Karena semua yang ia alami seakan-akan sama, apa kali ini ia akan gagal lagi?
"Tidak, tidak, tidak! Tidak mungkin! Aku harus mengubah semuanya, aku harus mengatasi ini karena mereka tidak tahu kalau aku reinkarnasi!"
Liana pun keluar dari kamar dan bergegas menemui Ayahnya.
"Bawa dia!!"
"Tunggu!"
Pandangan Arion dan yang lain serta Kevin menuju ke arah Liana yang berdiri tak jauh dari mereka, Liana berjalan menghampiri mereka.
“𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢?”
"Kenapa kalian ingin membawa Ayah saya?!"
"Karena dia memiliki hutang, memang salah kami menagih uang yang Ayah mu pinjam?" senyum berambut silver, Felix. Astaga, pesonanya memang tidak bisa di bandingkan.
"Hutang?" Liana melirik Kevin.
"Ya, tidak mungkin kau tidak tahu?"
Liana melirik Kevin, sebenarnya ia tahu semuanya hanya saja ia harus berpura-pura tidak tahu.
"Ayah, Ayah hutang pada mereka? Untuk apa?!"
"Seharusnya kau tahu alasan mengapa Ayah mu berhutang?"
Ntahlah, ini termasuk bagian yang tidak Liana ingat. Lupa atau karena pembicaraan mereka memang berubah?
"Ayah ...." meminta penjelasan.
"Itu ... Ayah ...."
"Ayah tidak berhutang untuk bersenang-senang sendiri, 'kan?!"
"Tidak! Ayah gunakan untuk mu kuliah!!" jawab cepat Kevin.
"A–apa?!"
"Maafin Ayah, Liana. Ayah terpaksa berhutang demi menguliahkan dirimu, gaji yang Ayah dapat tidak mungkin cukup untuk membayar perkuliahan mu. Jadi Ayah berhutang pada mereka karena tidak ada jalan lagi," Kevin menangis.
"Kenapa Ayah tidak bilang pada Liana dahulu?! Kita bisa diskusi 'kan bersama?!"
Liana tetap sesak pada bagian ini, selama ini Ayahnya berjuang sendiri demi dirinya kuliah sampai nekat berhutang. Bod0hnya dulu ia tidak tahu kalau ini hasil pinjaman dari seorang yang berstatus Mafia.
"Jika Ayah berbicara pada mu tentang hal ini, tidak mungkin kau akan setuju. Ayah ingin kau bisa mencapai impian dan kesuksesan mu melebihi Ayah,"
Pedih sekali melihat Ayahnya menangis, Liana saja tidak bisa menahan air matanya. Padahal ia sudah tahu kalau jadinya akan begini tapi kenapa masih begitu asing?
"Demi apa? Uang yang digunakan untuk Putrinya ternyata Putrinya juga tidak tahu asal-usul dirinya bisa sekolah? Sangat membingungkan," senyum miring Carlos.
"Dia 'kan menjadi Ayah yang baik untuk Putri tercintanya, jadi wajar dong," timbal Lucas.
Baiklah, kini giliran mereka yang harus Liana tangani.
"Ayah tidak memiliki uang untuk sekarang, karena uang gajinya sudah digunakan untuk kebutuhan dapur. Jika anda masih memiliki hati, berikan kami kesempatan untuk membayar semuanya!" Liana menatap Arion.
Arion tersenyum tipis kemudian pria itu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Liana.
"Oh ya? Kau mampu membayar semua hutang-hutang Ayahmu dengan jumlah besar? Bahkan melebihi gaji Ayahmu serta rumah ini pun tidak akan sanggup membayar hutang-hutangnya,"
Tentu saja, mana mungkin ia bisa membayar hutang dengan jumlah besar dalam 1 bulan? 1 tahun saja tidak mungkin.
"Sepertinya tidak mungkin," gumam Liana. "Lalu bagaimana caranya kita melunasi hutang-hutang Ayah saya?! Dan apa yang akan anda lakukan pada kita jika tidak membayar hutang?!"
"Liana!" sentak Kevin.
Liana tidak peduli dengan sentakan Ayahnya, karena ujung-ujungnya ia pasti akan dibawa oleh mereka.
"Menurut mu?" senyum penuh arti.
Apalagi kalau bukan dibunvh? Seingatnya Arion pernah berkata jika tidak membayar hutang akan mendapatkan konsekuensi dengan menyerahkan nyaw4 Kevin.
"Nyaw4?"
"Tepat sekali, kau pintar gadis manis,"
Tunggu, Arion beda sikap? Padahal sebelumnya Arion adalah pria yang tegas dan dingin, bahkan padanya. Tapi kenapa sikap Arion berubah seperti ini? Apa ia berhasil mengubah kehidupan?
"Anggap saja kami juga masih memiliki hati nurani karena sudah meminjamkan uang kepada orang lain, tapi perlu diingat. Kami meminjam tanpa memandang status dari si peminjam, hanya dengan syarat saja, dan syarat itu tidak sulit untuk dilakukan. Syarat pertama, membayar tepat waktu, dan syarat kedua, menyerahkan nyaw4 jika tidak sanggup membayar. Gampang, bukan?"
Gampang? Bagian mananya?!
“𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪? 𝘈𝘩, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢 ‘𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘸𝘢𝘭,”
Arion mengangkat dagu Liana dengan jari telunjuk nya. Liana terkejut, ini tidak ada bagian di kehidupan pertamanya.
"Tapi sepertinya ada 1 syarat lagi sebagai tambahan," senyum miring.
"A–apa?" Liana gelagapan, sungguh ini bukan termasuk bagian akting Liana.
"Ikut bersama ku,"
Ah, ya! Jangan lupakan bahwa dirinya juga sebagai jaminan hutang Ayahnya.
"Apa?! Tidak, Tuan Arion! Jangan Putri saya! Saya yang berhutang, jadi saya yang harus bertanggung jawab! Tolong, jangan jadikan Putri saya sebagai jaminan!" Kevin memberontak karena dirinya dari tadi di tahan oleh Kenzo dan Edgar.
Arion dan Liana saling bertatapan, bagi Liana Arion ada sedikit perbedaan bahkan sangat berbeda. Apakah Arion memang seperti ini atau bagaimana?
Lalu seseorang menarik bahu Arion dan maju berhadapan dengan Liana.
"Yah, aku setuju. Gadis manis ini dari tadi membuat ku terpikat," Elvano tersenyum mencengkeram rahang Liana.
"Katakan, siapa nama mu?" tanya Elvano.
"Liana,"
"Yang lengkap!"
"Liana Veronica!"
Elvano tersenyum dan melepaskan cengkeramannya, "Liana, ya? Veronica? Nama yang bagus, cocok untuk mu yang manis," mengedipkan sebelah matanya.
Tunggu! Kenapa jadi begini?! Ia kira Elvano itu kalem, kenapa jadi KAnj1 LEMbut?!
Arion menghadap Kevin, "Saya akan berikan 2 pilihan untuk anda!"
Kevin menatap Arion.
"Saya akan melupakan hutang mu dan saya anggap hutang mu lunas, asal! Putri mu ini sebagai jaminannya,"
"APA?!" terkejut Kevin.
"Dan! Jika tidak, saya akan menyita rumah ini dan nyaw4 mu sebagai jaminannya!"
"Tu–tuan, kalau nyaw4 saya tidak apa. Tapi, tolong jangan Putri saya dan rumah ini! Rumah ini peninggalan istri saya juga, dan kalau anda sita bagaimana dengan Putri saya nanti?!"
"Ayah!!"
"Itu bukan urusan saya, saya hanya ingin uang saya kembali!" Arion dingin.
"Tidak–"
"Ayah! Apa yang Ayah katakan tadi?! Kalau Ayah tidak ada, bagaimana dengan diriku?! Itu sama saja!"
Kevin terdiam.
"Ayah lebih mementingkan keinginan Ayah daripada diriku!"
"Ayah mementingkan mu, Liana!"
"Mementingkan apa?! Dengan cara Ayah tiada?!
Dengan cara meninggalkan rumah ini untuk Liana?! Dan dengan cara meninggalkan Liana sendiri?! Ayah tidak memikirkan Liana kedepannya? Ayah tidak berpikir bagaimana jadinya kalau Liana sendiri tanpa keluarga ataupun kerabat?!"
Lagi-lagi Kevin terdiam.
"Ini juga salah Ayah karena tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada Liana kalau uang yang dihasilkan untuk kuliah ternyata uang pinjaman! Jadi Ayah harus menanggung konsekuensinya!"
"Iya! Makanya Ayah akan membayarnya dengan nyaw4 Ayah!"
"Kenapa Ayah selalu mementingkan diriku?" tanya Liana dengan nada pelan.
"Kenapa juga Liana bertanya begitu?! Tentu saja karena Ayah menyayangi mu, Ayah akan melakukan apa saja demi dirimu agar bisa memiliki kehidupan yang kau inginkan!"
"Sepertinya tidak,"
"A–apa?"
Arion dan yang lain hanya bisa menyaksikan perdebatan antara Anak dan Ayah.
"Itu keinginan Ayah, bukan keinginan ku. Ayah terus menginginkan kehidupan ku yang bahagia dan harus menjalani seperti ini-itu, tapi Ayah tahu bagaimana prosesnya saat menjalani tanpa keinginan ku?"
"Li–liana ...."
"Liana tahu kalau Ayah memiliki niat yang positif untuk Liana, tapi Ayah tidak bisa terus menekan Liana agar bisa mencapai cita-cita. Tanpa cita-cita, tanpa sekolah asalkan hidup bersama Ayah, di samping Ayah sudah membuat Liana bahagia. Jika Ayah pergi, Ayah malah merusak kebahagiaan ku!"
"Li–liana ... Ayah ...."
"Tolong pikirkan kembali tawaran Tuan Arion ini,"
Arion mengangguk kecil, tunggu ia langsung menoleh ke arah Liana.
"Kau tahu nama ku?"
Aduh gawat! Niatnya ingin jadi bijaksana malah terperangkap ucapan sendiri.
"Tapi, itu memang nama anda 'kan?" berusaha tidak gelagapan.
"Iya, apa aku tadi menyebutkan nama ku pada mu?"
Duh, mat1lah aku. Pikir Liana.
•••