NovelToon NovelToon
Bara Dalam Diam Istriku

Bara Dalam Diam Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Selingkuh
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rara Jiwa

Setelah tujuh tahun nikah, Aris itu tetap saja sedingin es. Kinanti cuma bisa senyum, berusaha sabar. Dia cinta banget, dan dia yakin suatu hari nanti, es di hati suaminya itu bakal luntur.

Tapi, bukannya luntur, Aris malah jatuh hati sama cewek lain, cuma gara-gara pandangan pertama.

Kinanti tetap bertahan, mati-matian jaga rumah tangganya. Puncaknya? Pas ulang tahun Putri, anak semata wayang mereka yang baru pulang dari luar negeri, Aris malah bawa Putri buat nemenin cewek barunya itu. Kinanti ditinggal sendirian di rumah kosong.

Saat itulah, harapan Kinanti benar-benar habis.

Melihat anak yang dia besarkan sendiri sebentar lagi bakal jadi anak cewek lain, Kinanti sudah nggak sedih lagi. Dia cuma menyiapkan surat cerai, menyerahkan hak asuh anak, dan pergi dengan kepala tegak. Dia nggak pernah lagi nanyain kabar Aris atau Putri, cuma nunggu proses cerai ini kelar.

Dia menyerah. Kinanti kembali ke dunia bisnis dan, nggak disangka-sangka, dirinya yang dulu diremehin semua orang...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perintah Ibu Mertua

Suasana hati Putri akhirnya membaik. Dia mulai menyebutkan satu per satu makanan favoritnya dengan semangat.

Sementara Aris, mendengarkan tanpa menyela.

Begitu Putri selesai mengatakannya, Dinda memuji baju yang Putri kenakan, berseru, "Baju Putri hari ini keren banget, cocok banget dengan Putri."

"Benaran, Tante?"

"Tentu saja," jawab Dinda sambil tersenyum.

"Gimana sekolah hari ini? Putri sudah kenalan dengan teman teman di kelas?" lanjut Dinda.

Obrolan mereka tampak menyenangkan. Aris sendiri jarang berbicara dan menikmati makan siangnya dengan tenang.

Pelayan yang tidak mengetahui kebenarannya mengira kalau keluarga mereka sangatlah harmonis dan menatap Dinda dengan iri.

Pada saat yang bersamaan, Putri melihat ada panggilan video dari Kinanti.

Panggilan itu adalah permintaan Putri sendiri.

Namun sekarang, saat sedang asik mengobrol dengan Dinda, dia tiba tiba merasa enggan menutup teleponnya.

Pagi tadi, saat melihat Kinanti memeluk anak lain, dia memang merasa kesal.

Namun, kata kata gurunya di sekolah terlintas di benaknya. Orang tua sangat sayang pada anaknya. Di mata seorang ibu, anaknya selalu menjadi yang teristimewa dan tak tergantikan.

Hal itu cukup untuk membuat hatinya kembali tenang.

Melihat panggilannya tak kunjung dijawab, Kinanti mulai khawatir dan menghubungi guru wali kelas.

Guru wali kelas kebetulan sedang berada di ruang istirahat murid. Mendengar alasan kenapa Kinanti menghubunginya, guru wali kelas pun tersenyum, berkata, "Putri nggak kenapa kenapa, Bu Kinanti. Dia sedang teleponan dengan ayahnya, juga ada tantenya di sana. Gini aja, Bu. Aku beri tahu Putri aja gimana? Nanti biar saya minta...."

"Nggak perlu, Bu."

Sampai di sini, Kinanti paham. Putri sedang melakukan panggilan video bersama Dinda dan Aris.

Itu artinya, Dinda dan Aris sedang makan siang bersama.

"Nggak apa apa, Bu, biarkan saja. Jangan ganggu mereka," ujar Kinanti dengan lembut.

Telepon pun ditutup. Kinanti langsung mengirim Putri sebuah pesan. Isinya tentu menanyakan sesuatu layaknya seorang ibu, seperti bagaimana harinya di sekolah, apa sudah punya teman baru, sudah makan apa belum. Tak lupa juga mengingatkan untuk mendengarkan guru di kelas dan tidur siang dengan baik.

Sepuluh menit kemudian, akhirnya Putri membalas pesan Kinanti dengan pesan suara.

"Iya, Ma, aku ngerti. Aku bakal tidur siang nanti."

Pada sore harinya, setelah berinteraksi seharian dengan Hilda, dia menyadari satu hal.

Hilda bukan hanya sosok yang ceria, tapi juga pandai bergaul dan kompeten dalam pekerjaan.

Waktu pun telah menunjukkan pukul enam lebih. Saat Kinanti hendak pulang, Hilda mendatanginya dengan maksud mentraktirnya makan karena sudah seharian membimbingnya.

"Itu sudah menjadi tugasku, Bu Hilda nggak perlu repot repot," ujar Kinanti menolak dengan halus.

Hilda masih ingin membujuknya, tapi ponsel Kinanti tiba tiba berdering.

Panggilan dari Sinta, ibu mertua Kinanti.

Saat melihat nama mertuanya di layar ponselnya, Kinanti mengira dia salah lihat.

Sinta selalu memandang rendah dirinya sebagai menantu dan hampir tidak pernah meneleponnya. Selama bertahun tahun, jumlah panggilan yang diterimanya dari mertua itu bisa dihitung dengan jari.

"Iya, Ma?" ucap Kinanti dengan sedikit keraguan mengangkat telepon.

"Belakangan ini, Dustin diam diam ikut balapan mobil. Aku khawatir dia kenapa kenapa. Bentar lagi aku kirim alamatnya, pergi ke sana dan bawa dia pulang."

Tanpa ada basa basi sedikitpun. Setelah memberikan perintah, dia langsung menutup teleponnya.

Beberapa detik kemudian, sebuah pesan masuk ke ponsel Kinanti.

Setelah membuka pesan tersebut, dia menyadari alamat yang Sinta kirim berada di sirkuit balap pinggiran kota.

"Maaf ya, aku masih ada urusan, harus pergi dulu, sampai jumpa," ucapnya pada Hilda.

Satu jam kemudian, Kinanti tiba di tujuan.

Sirkuit balap yang dia datangi terbilang sangat luas. Meski malam sudah larut, orang yang menonton terus berdatangan. Suasananya sungguh hingar bingar. Dia mencoba menghubungi Dustin tapi tak diangkat. Terpaksa dia harus berkeliling mencarinya.

Setelah mencarinya selama dua puluh menit, akhirnya Kinanti menemukannya.

"Kakak? Kenapa Kakak di sini?" tanya Dustin dengan terkejut saat melihat kedatangan Kinanti.

Kinanti lantas menjelaskan tujuannya datang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!