Oh, begitu?

Meninju dinding kamar mandi, entahlah darah rasanya mendidih. Ingin berteriak, tapi Fachry bukan anak kecil lagi.

Alice mengaku telah membidik cintanya selama tiga tahun. Mana? Bahkan Alice juga memiliki mantan pacar!

Sialan, sebagai seorang ustadz mana bisa mengumpat. Ingin beristighfar, tapi kesal sudah di pucuk ubun- ubun rasanya.

Gadis kecil yang sudah dia berikan kasih sayang, fasilitas, perhatian, panggilan cinta, kata mesra, kesabaran, dan dalam tidurnya masih menyebut nama seorang mantan.

Rivald, ah, kenapa terdengar cocok sekali namanya. Sayangnya Alice sudah Fachry nikahi dan ini lah garis kehidupannya, dia bahkan sudah mulai menerima jika Allah menjodohkan dirinya dengan gadis manja.

Fachry meraih handuk dari besinya, melilitkan kain putih itu di pinggangnya sembari berjalan keluar dari kamar mandinya.

Mata yang tajam sedari tadi, menuju pada selimut yang menutupi seluruh tubuh hingga wajah seorang Alice. Lelah bekerja, itu juga untuk pengeluaran Alice yang mungkin tidak bisa dikatakan biasa.

Harusnya disambut dengan mesra, bukan sebutan nama mantan. "Lice!"

"Hmm?" Alice menggeliat ketika Fachry menyingkap selimutnya. Bukan, lebih tepatnya lagi membuka seluruhnya untuk diganti dengan kungkungan tubuhnya.

Fachry menatap nyalang, tapi lebih terasa sensual, ada dua gelora, antara murka dan keinginan lelakinya. Dia jatuhkan gigitan di leher, tidak sakit melainkan merinding.

"Ahh!"

Alice bahkan mendesah, sebelum akhirnya gadis itu terbangun. Membuka mata dan merasai cecapan di leher yang turun dan semakin turun.

"Dokter ngapain?!" Alice tersentak.

"Bangunin istri!" Bisikan di telinga Alice membuat bulu kuduk gadis itu meremang.

"Malam Jum'at!"

Alice pikir, yah memang malam ini malam Jum'at. Bahkan, sebelum Fachry pulang dia sempat merutuki suami yang masih bekerja.

Ditunggu hingga ketiduran, giliran mengantuk begini malah pulang. "Tapi Alice ngantuk! Nggak mau! Alice baru tidur loh!" protesnya.

"Nggak usah tidur!" larang Fachry.

"Kenapa nggak boleh tidur?!"

Alice mendorong kepala basah Fachry, ia sudah sampai perut gadis itu, meraba dada dari ujung piyama merah muda. Membuat, Alice tentu mendesah cukup hebat.

Sedikit demi sedikit, Alice mulai terjaga, mulai hilang linglung, dan sudah tidak semengantuk sebelumnya.

"Buat apa tidur? Lagi pula nggak ada suami kamu di mimpi kan?" tukas Fachry.

Alice berpikir sejenak. "Lupa, tapi Alice pikir ada Om Dokus deh di mimpi Alice."

"Oya?" cibir Fachry.

"Iya..." Alice manggut cepat. "Om Dokus lagi jualan obat di mimpi Alice ... Ahh!"

Alice langsung melenguh keras, sial memang remasan kesal seorang dokter. Seolah- olah tahu sekali titik- titik kelemahan wanita dan cara mengeksekusinya.

"Rivald ngapain?" Kalau dia hanya jualan obat, lalu apakah Rivald pangerannya? "Aku tanya, Alice!"

"Rivald?" Alice mengernyit. Keduanya saling menatap dengan berbeda ekspresi, yang satu bingung, yang satu menuntut.

Fachry tahu Alice tak paham, kenapa tiba tiba dia menyebutkan nama Rivald. Sebelumnya, Alice masih tidak sadar.

"Kamu sebut nama dia barusan!" tuntun Fachry secara serius. "Dia ngapain di mimpi kamu? Sampai kamu bilang nggak mau?"

"Ya biasa__ Ahh!" desah Alice seirama dengan pijatan demi pijatan dingin Fachry. "Rivald mau kiss Alice, mungkin!"

Kesal Fachry semakin membara, pria itu mengeksekusi piyama Alice hingga terlepas sepenuhnya. "Rivald sering kiss kamu?"

Alice mengangguk dengan wajah yang kian memerah, bersemu, seksi, miliknya sudah mulai terusap- usap jemari suaminya.

"Sering banget, setiap hari malah!" Sontak, Fachry melumat bibir Alice begitu rakus.

Alice suka, tapi belum paham apa yang sedang terjadi. Sebab selama beberapa hari menjadi istri dokter itu, Fachry tak pernah terlihat bergairah bahkan saat tidur bersama sekalipun, Fachry masih datar saja.

Hanya sesekali menawarkan malam pertama tapi Alice menolaknya. Alice belum yakin Fachry jatuh cinta makanya masih sering ragu dibuatnya.

"Pernah ngapain sama Rivald?"

"Apa sih?" tukas Alice. Fachry mengintrogasi seperti dia ini maling saja.

"Jawab dulu!" Sungguh, Fachry penasaran, Alice pernah disentuh sejauh mana, Fachry ingin sekali tahu. "Dia apain kamu, sampai dia masih bisa hadir di mimpi kamu?"

"Kiss bibir, kiss pipi, kiss bulunya. Awh!"

Alice salah jawab sepertinya karena semakin dia menjawab jujur, semakin Fachry merangsek ke bawah sana dan menggila.

"Dia pernah jilat kamu?" cecar Fachry. Dan bodohnya saja Alice mengangguk jujur.

Alice menggila, Fachry mulai melakukan hal yang barusan ditanyakan. Alice bisa apa?

"Biar kamu tahu, aku orang yang terakhir yang bisa melakukan ini!" Dan Alice bergetar hebat, Fachry menggila dengan cecapan-nya.

Di luar ekspektasi sekali, pria yang pendiam, tampak alim, kelakuan devil. Suka, Alice suka, tapi disaat yang sama dia mulai ketakutan.

Kata Dewi, kakak perempuannya pernah bercerita jika; merasakan pecah gadis itu cukup menyakitkan. "Dokter, aku belum siap!"

Walau pada akhirnya masih harus membuka dan menutup matanya. Alice mengutarakan hal yang dirasakan saat ini. "Hiks!"

Fachry tak menggubris, ke mana gadis nakal yang terus menggodanya? Kenapa sekarang bilang belum siap? Dasar anak manja!

Fachry selesai dengan mencecap, dia membuka handuk, melemparkannya ke sembarang arah, dia akan mulai bersatu.

"Jangan pernah coba- coba mengingat lagi jilatan Rivald!!"

"Dokter kenapa sih?"

"Kasih kamu paham, kamu sudah menikah dengan ku, makanya mau nggak mau kamu lakukan kewajiban seorang istri!"

"Ustadz kok maksa?" tukas Alice.

"Ini proses penghapusan dosa! Karena sebelum bersama suami. Kamu sudah bersama Rivald! ... Seseorang yang bukan mahram kamu!"

Alice mengernyit kembali. "Rivald tergolong bukan mahram ya?!" tanyanya bingung, lalu Fachry bergumam mengiyakan meski kesal.

"Terus gimana dong?" Alice berdecak. "Kan Alice punya banyak pets lucu, salah satunya yang paling Alice sayang, ya cuma Rivald!"

"Haah?" Fachry sontak mematung, ia menelaah, apakah dirinya sedang salah mendengar, atau bagaimana? "Siapa?"

"Dia pets lucu Alice," kata Alice. Polos, dan sepertinya anak ini terlalu polos untuk sekedar paham jika Fachry cemburu pada Rivald.

Jadi, ini salah duga begitu? Fachry sudah kadung on, lalu apakah penyiksaan ini harus dihentikan?

Tidak, dia bahkan sudah akan masuk, hanya tinggal ditekan sedikit mungkin pecah selaput, dan melesak.

"Kamu mau kita lanjut kan?" Fachry tak ingin memaksa jika Alice tak mau. Tapi, dia cukup menyesal juga setelah Alice mengangguk.

"Alice kebelet pipis dulu! Udah di pucuk!"

Terpopuler

Comments

Nur rochman

Nur rochman

OMG Dokus sudah cemburu sama isteri bocilnya, dan bisa liat juga kasih hukumannya /Grin//Grin/ eee ternyata yg dicemburui bukan manusia tapi pets /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ jadi galfok dong unboxingnya /Doubt//Doubt/
Memang keturunan rain semuanya suka pelihara pets diluar nurul, ada singa, macan, panda, beruang, buaya. dan nama2 binatangnyapun keren2 /Casual//Angry//Angry/

2024-04-19

18

️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹

️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹

dek boleh ngakak ga sii🤣🤣
kakak aja setelah pertengahan baru ngeuh sama rivald. apalagi om dokus mana tau dia klo rivald itu salah satu pets dari rain family🤣🤣
tapi kasian om dokus jadi nanggung, gaad aja udah biar om dokus ga punya niatan untuk sekedar ngobrol atau buat alice cemburu lagi🤣

2024-04-19

3

Mommy'ySnowy 💕

Mommy'ySnowy 💕

yaaa salaaammm alice,,, bkin melehoy yg lg on aja siiih,,,😅🙈
trnyata fachry udh ska dr dlu saat alice PDKT caper jd pasien...😅 muna bngt siiih pak ustdz ini... hrs d panasin sma pats lucunya alice dlu bru brtindak,,skrng udh kadung tanggung baru tau rasaa kn ustdz...🤣
smngat trus "aja kendor,,aja melehoy,,," 🤣 kalo melehoy kencengnya lama lgi...🙈

2024-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!