Ke kampung

Mobil SUV hitam Fachry melaju sedang karena mulai memasuki jalan sempit di kampung tempat ibunya tinggal. Hiruk- pikuk perkotaan telah hilang terganti dengan suasana asri kebun- kebun pesawahan.

Kepada malam, sang senja merona mulai mengucapkan selamat tinggal untuk hari ini, berkata jika jingganya akan dibawa lari.

Setelah banyaknya drama panas, capek, lelah, letih, lesu, Alice dan Fachry sampai di desa, tempat di mana Fachry dibesarkan dengan lingkungan yang bisa dikatakan sederhana.

Tentunya jauh berbeda dengan lingkungan yang membesarkan seorang Alice. "Ustadz!"

Di sepanjang jalan menuju rumah sederhana ibu Fachry, Alice mendengar seruan- seruan sebutan ustadz Fachry yang kebanyakan dari mereka, anak- anak berusia 6-7 tahunan.

Alice tak bertanya karena dia yakin mereka semua murid ustadz Fachry. Sebab sebelum menjadi dokter, Fachry juga mengajar di pesantren Darul Mutaqqin sambil kuliah.

Tibalah mobil itu di depan pagar usang kediaman Widya. Fachry melepas sabuk pengamannya lalu berniat turun, tapi sebelum itu terjadi, Alice protes dengan berdehem cukup keras.

Fachry, bagaimana pun peka, wanita dengan tipe seperti Alice pasti ingin dibukakan sabuk pengamannya. Bahkan di setiap baru masuk mobil pun gadis itu terus meminta dipakaikan terlebih dahulu.

Fachry melipat bibir, sedikit menghela napas tapi tetap saja melakukan apa pun yang Alice inginkan darinya. Melepas sabuk pengaman, turun, lalu berlari memutar dan membukakan pintu layaknya pasangan romantis lainnya.

Tak apa, lagi pula dalam Islam memuliakan seorang istri banyak keutamaannya. Salah satunya melancarkan rezeki.

Alice tersenyum manis, sampai dirinya baru sadar jika mobilnya dikerumuni warga. Ada yang menyebutkannya bule, ada juga Barbie.

"Ustadz Fachry, ini beneran istrinya?"

Fachry tersenyum, yah senyum manis yang selama menikah tak tampak. "Nggih, Bude, Alice istri Fachry." Perlu divalidasi karena di kampung harus jelas semua status.

"Kok nggak pake hijab sih?" Satu warga lainnya menyerobot, dan Fachry bersyukur karena mereka menggunakan bahasa Jawa.

"Fachry masuk dulu." Fachry harus pamit atau dia akan semakin banyak mendapat cacian mulut tetangganya.

"Katanya istrinya ustadz, tapi nggak mau pake hijab. Gimana ini loh?!" Mereka komat kamit, menggunjing, dan terdengar cukup lantang.

"Dunia sebentar lagi kiamat!"

Alice terdiam menelaah. Memang ia tak paham bahasa mereka, tapi jika dilihat dari bibir dan ekspresinya, Alice mengingat Cinta; musuh bebuyutannya di Jakarta.

"Udah masuk!"

Fachry menarik tangan gadis itu, mereka melewati pagar usang, dan naik ke teras rumah yang dari tahun ke tahun tak pernah mau berubah penampakannya.

Terlalu sayang untuk dirubah. Bahkan, saking sayangnya dengan rumah ini, Widya sang ibunda tak mau ikut Fachry ke jakarta. Lagi pula, banyak kenangan manis bersama almarhum suaminya di sini.

"Mereka ngomongin Alice ya, Om?"

Fachry tak mungkin berkata jujur, karena Fachry tak mau membuat istrinya tantrum seperti biasanya. "Kamu cantik banget, itu kata mereka."

Alice tersenyum senyum, salah tingkah karena Fachry memujinya. "Oh, emang Alice cantik, makanya bodoh ajah yang bilang terpaksa nikah sama Alice!" sindirnya.

Tak mau berdebat. Fachry membuka pintu dengan anak kunci kecil berwarna keemasan.

Bagi seorang Alice, rumah ini tidak secanggih rumahnya yang bahkan bisa terbuka hanya dengan satu kali tepukan.

"Masuk lah..."

Lamunan Alice ketika menyisir sekitar terbuyar seketika. Untuk yang pertama kalinya, Gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah mertua.

Kecil tapi sejuk, banyak sekali kaligrafi yang terpajang di setiap dindingnya. Alice masih sibuk memencar matanya ke segala arah.

Sampai teriakan seseorang kembali membuyarkan konsentrasinya. Alice segera mengalihkan atensinya pada wanita itu.

"Fachry, Le!"

Fachry mencium punggung tangan Widya. Dan begitu juga dengan Alice yang segera mengikutinya. "Buk, ini Alice," kata Fachry.

"Hay, Buk..." Alice menyengir kikuk. Bahkan lebih kikuk lagi setelah sindiran dari mulut suaminya terdengar. "Assalamualaikum."

"Wa'alaikumusalam." Widya menjawab sambil tersenyum haru.

"Tadi Alice salam loh, tapi cuma dalam hati ajah." Alice bergumam dan hanya Fachry yang mendengar. Fachry yakin Alice membual.

"Ya Allah, terima kasih." Widya lalu terisak, wanita itu meminta dipeluk putranya yang lekas menuruti. "Terima kasih atas jodoh Fachry."

Widya terharu. Semalaman Widya tak tidur, bahkan hari ini puasa untuk menyambut kedatangan putranya.

Di luar sana semua orang membicarakan tentang pernikahan Fachry yang dicurigai hanya fiktif belaka, sampai Widya pesimis.

Namun, setelah melihat kecantikan seorang Alice, penantian dan kekecewaanya cukup terbayar.

"Masha Allah! Ayune!" Widya menguyel-uyel pipi dan rambut pirang Alice. Dia masih tak percaya jika ada manusia secantik ini.

"Buk, Alice manusia Book!!" Lama lama Alice protes karena Widya terus menanyakan kamu boneka atau bukan sambil mengacak- acak rambut dan wajahnya.

"Maaf ya, Nduk!" Widya tertawa geli setelah menyadari Alice memang benar manusia.

"Kamu cantik banget, ee," pujinya.

Biasanya Widya tak berbahasa Indonesia, tapi karena Alice bukan orang Jawa dia mencoba sebisanya.

"Makasih, Ibu mertua! Ibu juga cantik!"

Alice peluk Widya, dan perempuan paruh baya itu menghentakkan kakinya histeris sambil menangis hanya karena tubuh Alice begitu wangi.

"Alaah, Nduk, Nduk, kalau istrinya wangi begini, Fachry nggak akan keluar kamar lagi pasti, Nduk!"

Alice tertawa sementara Fachry diam datar walau dalam hatinya ingin sekali menegur perilaku tantrum ibunya.

"Loh loh!?" Widya mengerut keningnya, ia baru menyadari sejauh dia menyaksikan dari atas hingga bawah, Alice tak mengenakan pakaian hijab.

"Kamu nggak pake jilbab, Nduk?" tanyanya.

Dress berbahan lembut yang dikenakan Alice pun sangat pendek, hanya sebatas lutut. Rambut ikal kecoklatan Alice memang cantik tapi terasa tak layak jika disebut istri seorang ustadz.

"Belum berhijab." Fachry menimpalinya, ucapan yang membuat Widya menatap putranya kini.

"Kenapa nggak disuruh pakai? Kamu ustadz loh, di kampung ini kamu dipanggil ustadz, kamu ngajar di pesantren juga, tapi istrimu malah belum pakai hijab, gimana kalo nanti orang- orang ngomongin istri mu?"

Sengaja Widya memakai bahasa Jawa yang sehalus mungkin agar Alice tak mengerti pembahasan mereka.

"Nanti, Alice pakai. Belum, bukan berarti tidak sama sekali," kata Fachry. "Nanti, Alice pelan- pelan, pake hijab."

Widya mencoba mengerti, mungkin memang belum berhijab karena Alice gadis kota. Entahlah, tapi Widya yakin bahwa Fachry bisa membimbing istrinya ke arah yang lebih baik lagi.

Sebenarnya bukan perkara apa apa, Widya hanya tak mau jika Alice yang cantik ini dijadikan buah bibir tetangga julid-nya.

"Ya sudah, masuk istirahat dulu!"

Widya menuntun menantunya ke kamar Fachry yang masih dalam kondisi rapi. Lagi lagi Alice pikir ini begitu kecil baginya.

"Ini kamar Fachry. Ya, kamar kamu juga, Nduk." Widya memperkenalkan ruangan yang didominasi warna putih ini.

Widya juga menunjukkan lipatan kain putih dengan motif berenda yang diletakan di atas bantal ranjang. "Ini, mukena kamu."

Lalu menunjuk lipatan lainnya. "Ini sajadah kamu. Ibu beli ini mendadak di pasar malam loh kemarin."

"Pasar malam?" Alice cengok.

Seumur hidup, baru pertama kalinya Alice dibelikan sesuatu dari pasar malam. Terlebih, itu adalah sebuah mukena yang di sepanjang hidupnya hanya pernah dia pakai beberapa kali saja.

"Shalat Maghrib dulu." Alice menyengir, dia lupa caranya shalat bagaimana.

Terpopuler

Comments

❤️‍🔥Istrinya Sky Wingky🫦

❤️‍🔥Istrinya Sky Wingky🫦

Assalamualaikum, update mulai rutin lagi ya gaiss... Semoga tidak pada bosen... Seperti biasa, cerita Pasha ringan dan tidak akan ngalor ngidul, manis, seperti Alice...

Kalian pasti masih tidur, jihihi...

Elang juga akan update rutin lagi ya...

2024-04-12

33

lucky gril

lucky gril

wa'alaikum salam k'pasha
sdh favorite loh mak

2024-05-09

0

Miss Typo

Miss Typo

kok aku malah deg²an ya 😁

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!