Fachry Ramadhan

Alice di bangku kuliahnya, dilabeli sebagai mahasiswa baru dengan wajah tercantik. Baru beberapa minggu menjadi bagian dari Universitas Millers-C Indonesia, namanya kian populer bahkan hingga ke fakultas lain.

Selain cantik, kekayaan ayahnya yang dikenal takkan habis di makan tujuh turunan pun ikut berkontribusi menjadikan Alice buah bibir para warga kampus.

Suasana siang cukup cerah, berhamburan manusia, ada yang makan siang, ada yang merayu gadis- gadis, ada juga yang berdandan seperti Alice Rain ini.

"Lice!"

Dewi menyenggol siku Alice hingga Alice yang sedang menatap cermin bulat kecil berdecak kesal karenanya. Bagaimana tidak, barusan saja lipstik yang sedang ia poles di bibirnya meleset ke pipi.

"Dedew!" Alice memiliki kebiasaan berteriak, apa lagi setelah melihat penampilannya mirip dengan badut joker.

"Mmh...."

Alice bukannya mendapatkan jawaban maaf atau basa- basi tak sengaja. Dewi justru menunjukkan gerakan topeng monyet padanya.

"Uu, aa, ii..."

Dewi memperagakan sesuatu dengan gerakan aneh, terkesan menunjuk ke belakang Alice yang terus mengerutkan kening keheranannya.

"Ngapain sih?!"

"Aa, oo," gagap Dewi yang mencoba Alice sembuhkan dengan tepukan keras di punggung gadis itu. "ADA OM LEKTOR!"

"Hah?!" Alice segera memutarkan tubuh dan menutup mulutnya yang terperangah. Fakhri Ramadhan, pria bertubuh tinggi, berwajah damai, memiliki senyum manis dan ramah.

Pria inilah yang menjadi alasan utama Alice mengurungkan niatnya ke Inggris. Yah, Alice baru tahu jika dokter yang memberikan cincin padanya juga mengajar di kampus ini.

Lelaki itu tersenyum pada setiap orang yang menyerukan nama di sepanjang jalan menuju kantin kampus. "Ya Tuhan, jodoh Gue!"

Merasa ada kesempatan Alice buru- buru meraih tas miliknya, berlari mengikuti Pak Dosen tampan nan ramah yang digadang- dagang sangat religius. "Ehm!"

Ada lirikan yang Alice yakin telah berhasil menusuk ke jantung hatinya. "Ah!" desahnya.

Fakhri sampai meliriknya kecil. Benar benar kecil hingga tak terlihat oleh Alice yang tengah dibuat melayang- layang dengan lirikan pertama dokter bedah itu.

Alice membayangkan sebagaimana panah asmara Fakhri jatuh tepat di hatinya. Ngilu, pedih, tapi enak juga. "Apaan sih, Lice?"

Alice melebar senyum setelah bergumam di belakang dosennya. "Mau di bawain nggak, Dok tasnya?" tawarnya.

"Nggak perlu."

Ah, suaranya. Ya Tuhan, Alice semakin dibuat jatuh meriang. "Dokter Fakhri, Alice jadi murid baru dokter loh."

"Selamat, semoga betah." Fakhri terus berucap dengan ramah walau tanpa mau memandangnya, Alice tak masalah, justru dia kagum karena baru pernah ada lelaki yang tak mau sedikitpun menatapnya.

"Pasti betah banget, Dok!"

Fakhri lalu melirik Alice, dia berhenti dan menatapnya begitu lekat. "Siapa namamu?"

"Alice!" Jantung Alice berdegup cepat. Baru pertama kalinya Fakhri merespon dengan pandangan yang begitu seksama.

Lihat di sekeliling, orang yang menatap ke arahnya mungkin karena mereka semua iri pada dirinya yang bisa dengan handal membuat seorang Fakhri Ramadhan dokter dengan banyak gelar melihatnya begitu lekat.

"Di sini!"

Alice mendelik seketika Fakhri menunjukkan pipinya. Seolah, sedang memberikan kode untuk sebuah kecupan di sana.

"Ya Tuhan, Dok. Jangan terang terangan gitu dong! Kan Alice malu..."

"Di sini, Lice," tambah Fakhri kembali sambil masih menunjukkan pipi seperti sebelumnya.

"Emang nggak apa- apa kalo dokter, Alice cium di tempat umum?" Alice maju satu langkah, sontak Fakhri mundur dua langkah.

"Hmm?" Fakhri bahkan berkerut kening, seperti melontarkan tanya; apa yang sedang Alice lakukan padanya.

"Dokter minta kiss kan?" tanya Alice.

Fakhri seperti menahan senyum, walau manis tapi Alice tak suka respon itu. "Dokter kenapa senyum- senyum begitu? Ada yang salah sama Alice?"

Fakhri sedikit menunduk kepalanya, ia sedikit menghindar ketika kemudian Alice sambut wajah itu dengan mata terpejam. "Lipstik mu belepotan," bisiknya.

"Khaaa?" Alice mendadak membuka matanya, mulutnya ternganga karena baru detik itu juga Alice mengingat jika riasan wajahnya seperti badut joker.

"Selamat siang." Fakhri tersenyum, lalu ngeluyur pergi begitu saja setelah berhasil membuat Alice merasa jika dirinya konyol.

"Ah, sialan Dedew! Hiks!" Alice menghentak kakinya tantrum, melirik ke kanan dan kiri, di sekitarnya bukan melihat dirinya dengan iri melainkan menertawakannya.

"Ciye, yang ngejar cinta Pak Dosen tapi dicuekin mulu!" Alice melirik ke kanan, harinya tidak cerah lagi melihat gadis itu.

Gadis menyebalkan yang selalu saja datang di saat dirinya sedang dalam kondisi yang tidak baik- baik saja. Namanya Cinta, walau perilakunya tak dapat menimbulkan kesan cinta sama sekali.

"Kita taruhan mau nggak?" tawar Cinta.

Gadis yang paling sering merebut pacar- pacar atau bahkan pemuda incaran Alice. Dan, hari ini gadis itu juga menawarkan pertaruhan dengan nada bicara mencemooh.

Alice diam, karena selain anak itu memiliki paras yang cantik, Cinta juga seorang aktris yang memiliki banyak penggemar. Sejauh ini, Cinta selalu punya pendukung di belakang.

Contohnya dayang di kanan kiri Cinta yang tak pernah berhenti mengipasi-nya. Entah dibayar berapa, tapi Lissa dan Mirna se-setia itu pada Cinta.

Cinta berbisik tepat di telinga. "Gimana kalau kita taruhan. Siapa, diantara kita yang bakal di terima Mas Dokter?" tantangnya.

Alice terkekeh, jelas Alice lah yang diterima, karena Alice sudah memiliki cincin berlian pemberian Dokter Fakhri. "Gue tunangannya, Lu ngapain minta kita taruhan?"

Cinta tertawa terbahak- bahak. Lihat, khayalan si anak Daddy yang Daddy-nya pacaran dengan kakaknya ini, cukup miris. "Lu pikir, Gue percaya? Ngayal jangan ketinggian!"

Fakhri Ramadhan digadang- gadang sebagai dosen yang anti wanita. Lagi pula takkan mungkin jika lelaki shaleh sekelas Fakhri mau dengan gadis seperti Alice.

Alice mengolah raut wajah menjadi sangat amat menyebalkan. Dia bahkan memanyunkan bibirnya dengan mata yang dibuat sipit seperti sedang meledek Cinta.

"Ini cincinnya," tunjuknya pada mata Cinta, bahkan sengaja didorongkan hingga gadis itu harus menepis tangannya. "FA, Fakhri, Alice!"

Ada inisial yang membuat Cinta seketika terdiam dengan wajah geram. Dia belum tahu, berita dari Alice ini benar atau bohong tapi inisial itu cukup membuatnya terpaku.

Bisa saja Alice berhalusinasi, bisa juga tidak, apa lagi jika mengingat keluarga crazy rich Alice yang dikenal sebagai manusia manusia arogan dan pemaksa.

Alice suka raut tak suka Cinta, kesombongan gadis itu seperti terjatuh ke jurang. "Bye!"

Alice menabrak lengan Cinta, lalu disambut oleh Dewi yang kebingungan. "Kenapa Lice?"

Alice merangkul Dewi, mereka perlu bicara empat mata di tempat lain. "Cinta mau ngajak Gue taruhan buat dapetin Dokter Fakhri, padahal kan Gue sama Dokter Fakhri udah tunangan."

"Lu serius, tunangan hah?" Dewi baru tahu bahkan, hingga mata gadis itu terlonjak membelalak, begitu kaget.

"Enggak lah, ege!" ralat Alice.

"Terus?"

Alice menghela napas, ingin menjadi tentram tapi tidak berhasil sama sekali. "Inilah kenapa Gue pengen banget dapetin Dokter Fakhri! Gue mau tunjukkin ke manusia plastik itu!"

"Tapi gimana?" sela Dewi. "Lu bolak- balik ke kliniknya ajah nggak pernah diinget namanya, gimana bisa Lu taklukkin itu ustadz coba?"

Alice setuju, dia memang sudah lama menjadi pasien dokter Fakhri, tapi sejauh ini lelaki itu datar- datar saja. "Apa Gue pake hijab ajah ya biar dia tertarik ke Gue?"

Sontak, Dewi melirik. "Agak aneh sih kalau bayangin Lo pake hijab ... tapi ... Boleh juga ide Lo!"

Terpopuler

Comments

Nashqila

Nashqila

Thor Almira nya sama siapa ya jodohnya?

2024-05-01

0

Rafael Dika

Rafael Dika

cinta merubah segalanya alice...
🤣🤣

2024-04-30

0

Dyah Saja

Dyah Saja

kisiinan Weh😁

2024-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!