SENIA

Setelah pertemuan dengan Imran Senia lebih berhati-hati ketika pergi keluar . Ia masih trauma jika bertemu dengan kedua orang tuanya juga kakaknya . Hari ini ia akan pergi ke tempat wisata yang berada di luar kota .

Pagi-pagi sekali Senia sudah rapih dan sudah siap berangkat kerja . Dengan mengendarai mobil sendiri hasil kerja kerasnya , Senia melajukan kendaraan roda empat itu keluar dari area kompleks perumahan elit .

Saat melewati sebuah sekolah tempat ia belajar dulu Senia meneteskan airmata . Begitu banyak waktu yang ia buang untuk belajar di sana karena sebuah pekerjaan .

Dialah Senia kecil yang di paksa menjadi dewasa dengan segudang kesibukan menguras waktu untuk bekerja keras . Dengan berbekal karung ia mencari botol bekas dari rumah ke rumah , dari satu tempat ke tempat lain tak kenal lelah .

Berbagai macam cemoohan orang ia terima tak sedikit pun mengeluh , Senia hanya ingin bertahan hidup demi masa depan lebih baik meskipun sulit dijalani .

Senia tidak hanya mencari botol bekas tapi juga bekerja dari warung ke warung tentu saja warung makan agar ia bisa makan . Sungguh miris masa kecilnya . Punya keluarga tapi seperti tidak punya keluarga .

Dada Senia terasa sesak dan sakit mengingat masa kecilnya . Ia bersyukur bertemu dengan Bu Ayu yang sudi merawat dan membesarkan dirinya . Dan akhirnya bisa mewujudkan impiannya .

Perjalanan Senia membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam lamanya . Sampai di tempat tujuan ia segera bergabung dengan yang lain .

“Senia , maaf ya soal kemaren bukan maksud aku meninggalkanmu tapi mendadak banget . Please maafkan aku ,“ kata Tari memeluk Senia dengan perasaan bersalah sambil menangis ,

eh menenangkannya kemudian bertanya tentang jadwal hari ini .

"Sepertinya kita beda deh , aku lihat di grup chat kita masih satu daerah tapi beda tempat saja , jadi kita masih bisa ketemuan ," jawab Tari menjelaskan jadwal tersebut .

"Baiklah kalau begitu kita berpisah di sini soalnya tim ku di sana . Aku pergi dulu dan kamu hati-hati ya ," Senia memeluk Tari kemudian bergabung dengan teman lainnya .

Begitu juga dengan Tari bergabung dengan teman lain. Mereka masuk mobil menuju tempat lokasi wisata yang akan mereka jelajahi .

Di tempat lain pasangan suami istri terlibat cekcok , entah apalagi yang mereka perselisihkan . Bian yang baru saja pulang setelah satu bulan kerja di perantauan mendapat cercaan dari istrinya Aluna .

Adit dan istrinya hanya bisa melihat saja tanpa mau ikut campur .

"Kenapa sih ibu kamu sering marah-marah , ada saja alasan buat marah , heran aku sama ibu kamu kalau di rumah marah-marah terus ?" keluh Ranka istri Adit .

" Kamu kan sudah lama tinggal di rumah ini masa masih saja tanya kenapa ," jawab Adit tanpa mau menjelaskan kenapa ibunya bersikap seperti itu .

"Dulu waktu ada Senia di rumah ibu jarang mengerjakan pekerjaan rumah dan ibu sering pergi keluar ," celetuk Imran muncul di balik pintu .

Ranka terkejut mendengar penjelasan dari Imran . Ia merasa tertarik dengan cerita Imran mendekati adik iparnya berjalan ke dapur namun Adit menarik tangannya masuk ke dalam kamar .

"Kamu kenapa sih tarik tanganku kenceng banget , aku kan mau tahu cerita dari Imran ," sewot Ranka dengan wajah kesal pada suaminya .

"Kamu itu istri ku . Kalau kamu ingin tahu masalah keluargaku nanti aku kasih tahu sekarang aku ingin itu ," kata Adit menunjuk ke suatu di tubuh istrinya sambil memainkan alisnya dengan tersenyum jahil .

Ranka mendengus kesal menuruti keinginan suaminya . Adit merasa sangat senang melihat reaksi istrinya yang paham dengan kode yang ia berikan . Keduanya menikmati suasana pagi itu dengan bercumbu sebelum melaksanakan aktifitas .

Di ruang tamu Aluna masih kesal sama Bian . Ia sengaja tidak memasak hari ini karena Bian suaminya tidak memberinya uang belanja .

Aluna menggeledah tas kerja Bian dan jaket yang biasa Bian pakai . Melihat hal itu Bian tidak terima seolah di tuduh yang bukan -bukan .

"Kenapa kamu tidak percaya kalau aku belum gajian main geledah semua barang-barang ku ، kayak polisi geledah tersangka saja . Kembalikan barang-barang ku ," pinta Bian mengambil paksa barang miliknya .

"Lagian kenapa kamu pelit banget sih kasih uang sama istri sendiri ?" Aluna dengan nada tinggi .

" Makanya jangan boros kalau belanja , cuma beli bahan makanan saja sampai menghabiskan uang ratusan sehari , apa ada yang kamu sembunyikan dariku ?" selidik Bian menatap curiga istrinya .

Aluna salah tingkah di tuduh Bian , mengalihkan pandangannya ke arah lain .

"Sembunyi apaan cari saja sendiri kalau aku menyembunyikan apa yang kamu maksud itu ," kata Aluna melangkah pergi .

Bian sudah mencurigai istrinya sejak dulu tapi ia tidak menemukan apapun . Semakin ia penasaran dengan Aluna semakin di buat bungkam seolah ia tidak bisa mencari celah mencarinya .

Bian pergi bekerja kali ini ia bekerja di perusahaan besar sebagai salah satu orang kepercayaan .

Aluna melihat suaminya pergi , ia segera menelpon kekasihnya Prambudi .

"Aku sudah siap berangkat maaf jika membuatmu lama menunggu ," kata Aluna .

" Tidak apa-apa, aku baru sampai di depan . Kamu tidak lupa kan dengan permintaanku ," balas Prambudi di seberang sambil menghela napas dalam .

"Siap , sayang . Aku tutup teleponnya ya sampai bertemu di depan ," sahut Aluna lalu menutup panggilan telepon kemudian berhias di depan cermin .

Setalah merasa sudah sempurna ia baru keluar dari kamar berjalan keluar rumah tanpa berpamitan dengan kedua anaknya juga menantunya .

Ranka yang baru saja keluar melihat mertuanya keluar rumah merasa curiga . Ia mengikuti Aluna sampai di depan gang masuk area kompleks perumahan .

”Oh jadi seperti itu baru tahu aku kenapa setiap kali di rumah marah-marah. Awas saja suatu nanti aku bongkar kelakuan mu ibu mertua ," kata Ranka . Ia kembali ke rumah setelah mereka pergi .

Imran mengendarai motornya berangkat ke kampus . Ia sempat melihat Ranka berjalan masuk ke dalam rumah namun cuek . sedangkan Ranka tidak menyadari keberadaan Imran tak jauh darinya.

"Mas Adit , aku punya berita penting sini duduk sini ," pinta Ranka dengan wajah senang seperti mendapat sesuatu .

Adit yang baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk di paksa istrinya duduk disampingnya dengan wajah heran .

"Berita penting apa ?" tanya Adit siap mendengarkan cerita istrinya.

" Aku baru saja melihat ibu pergi naik mobil mewah bersama seorang pria asing ," jawab Ranka dengan mantab .

Adit tidak terkejut dengan jawaban istrinya , Ranka merasa heran dengan sikap suaminya tidak meresponnya curiga kalau suaminya sudah tahu kelakuan ibunya .

"Mas , kamu sudah tahu kalau ibu _ ," Ranka menunjuk ke arah luar dengan wajah bingung .

"Biarin saja ," kata Adit cuek .