NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Dosa Masa Lalu

Liburan berakhir lebih cepat. Atlas menyadari bahwa musuh kali ini tidak bisa dikalahkan hanya dengan melempar uang ke wajah mereka, karena musuh ini mencetak uang itu sendiri.

Gulfstream G650ER - Ketinggian 40.000 Kaki

Kabin pesawat jet pribadi itu sunyi. Orion sudah tertidur di kamar tidur utama di bagian belakang pesawat, lelah setelah seharian berenang.

Di ruang tengah kabin, Atlas duduk menghadap jendela yang gelap gulita. Di tangannya, gelas whiskey kristal yang isinya tidak berkurang sejak tadi. Pikirannya melayang pada ucapan Baskara Salim.

Keluarga Adiguna.

Dinasti Perbankan.

Pewaris yang Terbuang.

"Sebastian," panggil Atlas tanpa menoleh.

Sebastian muncul dari kokpit pelayan. "Ya, Tuan?"

"Begitu kita mendarat di Jakarta, aku mau kamu kerahkan seluruh tim intelijen yang kita punya. Sewa detektif swasta terbaik, peretas, siapapun. Gali lubang sedalam mungkin tentang 'Keluarga Adiguna' dan hubungannya dengan almarhum Ayahku, Alexander."

"Baik, Tuan. Apakah kita perlu meningkatkan status keamanan Nona Orion ke Level Merah?"

"Ya. Tambahkan personel Black Watch di sekeliling kampus Orion. Dan pasang jammer anti-sadap di The White Manor."

Atlas meremas gelas di tangannya. "Aku tidak mau ada tikus yang mengendus rumah kita."

The White Manor - Ruang Kerja Atlas - 03.00 WIB

Mereka tiba di Jakarta tengah malam. Orion langsung dibawa tidur oleh Maya.

Di ruang kerja yang kedap suara, Atlas duduk menunggu. Di hadapannya, tiga layar monitor besar menyala.

Sebastian masuk membawa sebuah tablet tebal berisi data digital. Wajah kepala pelayan tua itu tampak lebih pucat dan serius dari biasanya.

"Laporan sudah siap, Tuan. Dan... informasinya cukup mengganggu."

"Bacakan," perintah Atlas.

Sebastian menyambungkan tablet ke layar utama. Sebuah pohon silsilah keluarga muncul.

"Ayah Anda, Tuan Alexander, lahir dengan nama Wiryawan Adiguna. Dia adalah putra sulung dari Kresna Adiguna, patriark (kepala keluarga) Dinasti Adiguna yang saat ini menguasai Bank Adiguna Sentosa, bank swasta terbesar ke-3 di Indonesia, serta jaringan properti dan tambang batu bara."

Foto seorang pria tua dengan wajah keras dan mata setajam elang muncul di layar. Itu Kakek kandung Atlas.

"Menurut data intelijen," lanjut Sebastian, "25 tahun yang lalu, Tuan Alexander menolak perjodohan politik dengan putri konglomerat minyak demi menikahi Ibu Anda. Akibatnya, Tuan Kresna mencoret nama Ayah Anda dari hak waris, mengusirnya tanpa sepeser pun uang, dan melarang siapa pun di keluarga membantunya."

Atlas mendengus. "Klasik. Orang tua gila hormat."

"Masalahnya ada di sini, Tuan." Sebastian menunjuk dua foto pria lain di bawah foto Kakek.

"Ini adalah Paman Anda. Bambang Adiguna dan Teguh Adiguna. Saat ini mereka yang memegang kendali operasional bisnis keluarga. Tapi, kesehatan Kakek Anda, Kresna Adiguna, dikabarkan memburuk bulan ini. Isu perebutan tahta sedang panas."

"Lalu apa hubungannya denganku? Ayahku sudah dibuang."

"Secara hukum waris perdata, jika tidak ada wasiat tertulis yang sah, garis keturunan langsung dari putra sulung (Anda) masih memiliki hak veto atau klaim atas aset keluarga, terutama aset Trust Fund yang dikunci atas nama 'Keturunan Wiryawan'."

Mata Atlas menyipit. "Jadi... Bambang dan Teguh takut aku datang menuntut hak itu?"

"Tepat sekali. Jika Kresna Adiguna meninggal, dan Anda muncul dengan bukti DNA, posisi mereka terancam. Bagi mereka, Anda dan Nona Orion adalah 'variabel liar' yang harus dilenyapkan sebelum Kresna Adiguna tahu keberadaan kalian."

Atlas tertawa dingin. Tawa yang membuat bulu kuduk Sebastian merinding.

"Mereka takut aku menuntut harta warisan mereka?" Atlas berdiri, berjalan ke arah jendela. "Mereka tidak tahu. Dengan uangku sekarang, aku bisa membeli bank mereka tunai besok pagi kalau aku mau."

"Hati-hati, Tuan," peringat Sebastian. "Kekayaan Adiguna bukan hanya uang tunai. Mereka punya hakim, jenderal polisi, dan anggota parlemen di saku mereka. Uang Anda banyak, tapi pengaruh politik Anda masih nol. Jika mereka menyerang lewat jalur hukum atau jebakan kriminal, uang Tuan mungkin tidak bisa menyelamatkan Nona Orion."

Atlas terdiam. Sebastian benar.

Dia punya Hard Power (Uang & Pasukan).

Tapi dia tidak punya Political Power (Koneksi & Hukum).

Jika besok Paman-pamannya menjebak Orion dengan tuduhan narkoba palsu dan menyuap hakim untuk memenjarakannya, Atlas akan kesulitan melawannya.

Atlas kembali duduk. Dia memanggil Sistem.

System. Aku butuh mata dan telinga di dalam rumah mereka.

[SYSTEM SHOP ACCESSED]

Atlas tidak melihat item senjata. Dia melihat kategori Information & Espionage.

[Spyware: God's Eye (Level 1)]

Deskripsi: Nanobot digital yang bisa menyusup ke server terenkripsi mana pun (termasuk Bank dan Jaringan Pribadi) tanpa terdeteksi. Memberikan akses real-time ke kamera CCTV, mikrofon HP, dan email target.

Harga: 5.000 WP.

Harganya mahal. Tapi informasi adalah raja dalam perang ini.

"Beli."

[TRANSAKSI BERHASIL!]

[-5.000 WP]

[Sisa Saldo: 19.500 WP]

[DEPLOYING GOD'S EYE...]

[Target: Adiguna Family Network.]

Layar di depan Atlas berkedip. Dalam hitungan detik, ribuan baris kode hijau mengalir deras.

Lalu, layar terpecah menjadi enam tampilan video CCTV live.

Atlas melihat ruang tamu mewah di sebuah mansion di Surabaya. Dia melihat dua pria paruh baya (Paman Bambang dan Paman Teguh) sedang duduk minum brandy sambil merokok.

Suara mereka terdengar jernih lewat mikrofon HP mereka yang diretas.

"...Anak haram Alexander itu sudah terlalu mencolok," suara Bambang terdengar berat. "Dia beli Royal Hotel. Dia beli pesawat. Darimana dia dapat uang itu?"

"Peduli setan," sahut Teguh. "Yang penting, Papa jangan sampai tahu. Kalau Papa tahu cucu laki-lakinya sukses, dia bisa mengubah wasiatnya. Kita harus 'bereskan' mereka sebelum Rapat Umum Pemegang Saham bulan depan."

"Apa rencanamu?"

"Kita main cantik. Jangan pakai preman. Kita pakai hukum. Kita buat skandal. Hancurkan reputasi mereka, bekukan aset mereka atas tuduhan pencucian uang. Aku sudah kontak Jaksa Agung Muda, teman golfku."

Layar mati.

Atlas tersenyum miring. Dia sudah tahu langkah lawan sebelum lawan melangkah.

"Sebastian," kata Atlas tenang.

"Ya, Tuan?"

"Mereka mau main hukum? Mereka mau main skandal?" Atlas mengetuk meja kerjanya. "Kita mainkan permainan mereka. Tapi dengan aturan kita."

"Siapkan tim legal terbaik. Dan... cari tahu siapa musuh politik Keluarga Adiguna. Musuh dari musuhku adalah temanku."

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!