NovelToon NovelToon
Sistem Game Uang Gratis

Sistem Game Uang Gratis

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Kebangkitan pecundang / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Alvan hanyalah seorang anak petani yang baru lulus kuliah.

Hidup sederhana di desa, membantu orang tuanya di sawah sambil mencari arah hidup yang belum pasti.

Satu kalimat dari gurunya dulu selalu terngiang:

“Nak, ibu sarankan kamu lanjut kuliah"

Namun dunia Alvan berubah bukan karena gelar tinggi, melainkan karena satu tindakan kecil, menolong seorang anak yang terjatuh di sawah.

Ding!

[Sistem berhasil terikat]

Sejak hari itu, kehidupannya tak lagi sama.
Setiap kebaikan kecil memberinya “misi,” setiap tindakan membawa “hadiah”
dan setiap bibit yang ia tanam… bisa muncul nyata di hadapannya.

Namun, seiring waktu berjalan, Alvan menyadari sesuatu, bahwa selain hal-hal baik yang ia dapatkan, hal-hal buruk pun perlahan mulai menghampiri dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 - Sistem Game

Sisi sempat menyuruh Alvan untuk mampir sebentar, tapi Alvan segera menolak dengan sopan.

“Gak dulu, adik kakak udah pulang, takut kelamaan nunggu lagi,” ucapnya cepat, sedikit menahan rasa ingin tetap di sana.

Sisi tersenyum tipis, tapi tidak membiarkan begitu saja.

"Tunggu kak, Tunggu lima menit saja" ucapnya masuk sebentar ke rumah dengan posisi berlari dan kembali sekitar lima menit kemudian, membawa sebuah paperbag cukup besar.

“Ini oleh-oleh, kak… dari luar kota kemarin. Diterima ya, kak,” ucap Sisi sambil menyerahkan tas itu.

Alvan tersenyum dan menerima tas tersebut dengan hati-hati.

“Iya, saya terima ya… makasih, dek,” jawabnya.

Keduanya saling memberikan lambaian tangan saat Alvan perlahan menjauh dengan motornya.

Momen sederhana itu terasa hangat seperti perpisahan yang manis, meninggalkan rasa nyaman dan sedikit getar yang tak terucapkan di antara mereka.

Alvan melaju menuju sekolah Alviani, menempuh perjalanan sekitar 20 menit dengan sedikit ngebut.

Sesampainya di sana, ia langsung memanggil adik nya di depan gerbang bareng 3 teman perempuan nya.

“Udah nunggu lama, dek?” ucap Alvan sambil tersenyum.

Alviani menggoyangkan es krim di tangannya.

“Gak, kak… beli es krim jadi nggak terlalu kerasa. Lagian masih banyak teman di kelas karena banyak yang belum dijemput karena tiba-tiba pulang.

Guru juga nggak mempermasalahkan,” jelasnya sambil tersenyum.

Alvan mengangguk, menurunkan motor sedikit.

“Ayok naik, dek.”

“Iya, kak,” jawab Alviani sambil memasang helm.

Matanya sempat menatap paperbag besar yang tergantung di depan motor. Paperbag itu berwarna pink, membuatnya penasaran.

“Eh, kak… ini darimana paperbagnya? Warnanya pink gitu, lucu banget…” godanya sambil tersenyum nakal.

Alvan tersenyum tipis, sedikit kikuk, dan mengangkat bahu.

“Kakak… abis kerumah pacar ya…?” tanya Alviani sambil menatapnya dengan tatapan usil.

Alvan tercekat sebentar, tidak tahu harus menjawab apa dan akhirnya memilih menjawab.

Alvan tersenyum dan menjelaskan

"Gak kok, dek… Tadi ada gadis SMA yang hampir kena tabrak.

"Eh, pas banget, kakak lagi beli sarapan… beli gorengan di pinggir jalan. Langsung aja tuh kakak tarik,” jawabnya, dibumbui sedikit bohongan.

Alviani mengangkat alis, setengah percaya, setengah tertawa geli mendengar penjelasan kakaknya.

“Hahaha… iya deh, adek percaya dengan kakak,” godanya sambil tersenyum nakal.

Saat Alvan sedang memasangkan helm di kepalanya, Alviani bertanya

“Tapi isinya apa tuh, Kak?”

“Gak tau, cek aja nanti di rumah,” jawab Alvan santai sambil merapikan tali helm.

“Itu isinya uang gak, Kak?” tanya Alviani lagi, nada suaranya mulai iseng.

Alvan langsung manyeng pura-pura kesal, lalu menekan helm adiknya pelan.

“Uang aja terus pikiranmu itu!” godanya dengan nada jahil.

“Woi, Kak! Kunciranku rusak nih!” protes Alviani sambil berusaha ngebenerin rambutnya di bawah helm.

Alvan malah tertawa kecil, “Hehe, biar kapok nanya uang mulu!” godanya santai.

Alviani manyun, menatap kakaknya dari balik kaca helm. “Ih, kakak tuh ya!” gerutunya.

Alvan cuma nyengir sambil menyalakan motor.

“Udah, duduk yang bener. Ntar jatuh, nanti helm nya hancur haha,” ucapnya sambil bercanda.

Mereka pun melaju meninggalkan halaman sekolah menengah pertama itu, dengan angin sore menerpa pelan dan wajah Alviani yang masih sedikit cemberut.

Hari sudah menunjukkan pukul 08.23 pagi, matahari mulai menanjak tinggi dan udara terasa hangat.

Motor tua itu berhenti perlahan di depan rumah.

Cit...!

Suara rem motor terdengar nyaring ketika

Alvan memutar tuas di depan rumah.

"Motor tua boleh tapi rem harus pakem", begitu prinsip dia dan ayahnya.

Begitu sampai, Alviani langsung masuk ke kamar sambil bersenandung pelan, masih setengah kesal karena ulah kakaknya tadi.

Sementara itu, Alvan menaruh helm di meja, lalu duduk di kursi kayu sebelah meja makan.

Ia menarik napas pelan, mengeluarkan ponselnya, dan menatap layar dengan rasa penasaran mengenai misi yang selesai sebelumnya.

[Ding!]

[Misi Utama: "Mata Adalah Anugrah"]

[Misi Telah Selesai! ]

[Tingkat Misi: E++]

[Reward: Hadiah seluruh Misi meningkat 2x lipat Diterima! ]

Alvan tersenyum kecil.

“Berarti bener... nyelamatin sisi tadi termasuk misi ini,” gumamnya pelan.

Ia mengusap dagunya sebentar.

“Hadiah meningkat dua kali lipat, ya? Tapi hadiah apa aja ya, yang naik?” Pikir Alvan.

Rasa penasaran mulai menggelitik pikirannya.

“Coba buka game dulu lah… yang kemarin belum sempat kebuka,” ucapnya sambil menekan ikon game di ponsel berjudul "Game Farm Reality & Simulator"

Ding!

Suara notifikasi khas itu terdengar lagi.

[Selamat Datang di Game Farm Reality & Simulator]

Begitu layar terbuka, tampak sebuah ladang hijau dengan satu petak tanah ukuran 2×3 petak dengan animasi ladang kecil dengan sinar matahari pagi.

Kalau dihitung, satu petak bisa menampung

6 tanaman terlihat dari garis putih putus putus yang memisahkan mereka.

Di bagian belakang, berdiri sebuah rumah berwarna merah besar, bentuknya mirip peternakan, tapi ketika ingin di coba menggesernya… tidak bergerak sama sekali.

"Mungkin masih terkunci" pikirnya.

Di depan rumah itu ada jalan setapak yang menuju ke arah luar ladang, tapi hasilnya sama tidak bisa digeser atau disentuh.

Tepat di sisi kanan layar, yaitu di sebelah ladang yang terbuka, terlihat enam petak tanah tambahan yang masih tertutup gambar gembok.

Masing-masing tertulis keterangan:

“Terbuka di Level 10, 20, 40…”

“…dan di Level 50, 60, serta 80.”

Alvan menatapnya sebentar, mengangguk pelan.

“Hmm… berarti naik level dulu, baru kebuka semua, ya.” Pikirnya.

Alvan beralih ke arah ladang yang terbuka dan menekannya.

[Silakan pilih bibit yang ingin anda tanami.]

Tiba-tiba, daftar bibit muncul di depan layar:

[Bibit Tersedia]

[Wortel] ×3

Alvan pun mulai menanam di ladang yang tersedia.

Tanah virtual di layar terlihat subur dengan animasi halus saat bibit ditanam satu per satu.

Tap. Tap. Tap.

Ia menanam semuanya, lalu sistem otomatis menampilkan waktu tunggu.

[Waktu Panen: 10 Detik]

9… 8… 7… 6… 5… 4… 3… 2… 1…

Ding!

[Bibit sudah bisa dipanen!]

Alvan langsung menekan ladang yang sudah tumbuh dengan semangat.

Tanaman wortel virtual itu tampak gemuk dan segar berwarna jingga terang.

[Wortel 50gr ×3 {×2}]

[Diamond 1 ×3 {×2}]

Alvan mengerutkan kening.

“Lah, bisa dikali dua juga ya…?” gumamnya heran.

“Wah… berarti efek misi beneran nyambung ke game ini juga ya.. Keren..,” ucapnya pelan, dengan perasaan kagum.

[Hadiah bisa diklaim di inventory!]

“Hmm… oke, kita lihat apa aja nih,” gumam Alvan sambil membuka menu Inventory.

Layar menampilkan dua pilihan dengan ikon yang berkilau:

[Wortel 300gr]

[Diamond ×6]

“Wortel tiga ratus gram… lumayan buat masak, hehe,” ucapnya sambil iseng menekan ikon wortel tanpa banyak pikir.

Sekejap, layar ponselnya bergetar dan di bawah kakinya muncul kilatan cahaya biru.

Alvan yang kaget dengan silauan cahaya menutup matanya.

Beberapa detik kemudian, cahaya itu memudar… meninggalkan satu kantong plastik agak besar berisi wortel segar, lengkap dengan embun di permukaannya.

Alvan tertegun.

“Lho…?"

1
Syahrian
👍😍
black
lanjutkan thor, jangan berhenti di tengah jalan, ceritanya menarik,
ALAN: iya bener tuh Thor 👍
total 2 replies
ALAN
lanjut Thor 💪😍
ALAN
hadir Thor 😍👍
Aryanti endah
ET buset, Mak bapak adek JD transparan 🤣🤣🤣🤣
ALAN: iya, alvan tak ada malu - malu nya dengan mertua 🤣
total 1 replies
Syahrian
👍💪😍
ALAN
Bagus, lumayan
ALAN
lanjut Thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪
Lala Kusumah
sepertinya bakal seru nih, lanjutkan 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!