NovelToon NovelToon
KEHUDUPAN KEDUA

KEHUDUPAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Seorang kultivator legendaris berjuluk pendekar suci, penguasa puncak dunia kultivasi, tewas di usia senja karena dikhianati oleh dunia yang dulu ia selamatkan. Di masa lalunya, ia menemukan Kitab Kuno Sembilan Surga, kitab tertinggi yang berisi teknik, jurus, dan sembilan artefak dewa yang mampu mengguncang dunia kultivasi.
Ketika ia dihabisi oleh gabungan para sekte dan klan besar, ia menghancurkan kitab itu agar tak jatuh ke tangan siapapun. Namun kesadarannya tidak lenyap ,ia terlahir kembali di tubuh bocah 16 tahun bernama Xiau Chen, yang cacat karena dantian dan akar rohnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri..
Kini, Xiau Chen bukan hanya membawa seluruh ingatan dan teknik kehidupan sebelumnya, tapi juga rahasia Kitab Kuno Sembilan Surga yang kini terukir di dalam ingatannya..
Dunia telah berubah, sekte-sekte baru bangkit, dan rahasia masa lalunya mulai menguak satu per satu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.10 KUTUKAN CAHAYA BAYANGAN

Langit pagi di benua Timur Dewa membentang seperti lautan kabut perak.

Namun di bawah cahaya itu, udara terasa berat — seolah dunia sedang menahan napas.

Dari jauh, dua sosok berjalan perlahan di atas permukaan sungai jernih.

Mereka adalah Xiau Chen dan Shi Lin, meninggalkan reruntuhan Ranah Dewa Palsu yang telah hancur di belakang mereka.

Air di bawah kaki mereka memantulkan wajah keduanya.

Wajah Xiau Chen tampak pucat, retakan cahaya samar masih melingkari leher dan dadanya — tanda bahwa jiwa dan tubuhnya tidak lagi sepenuhnya menyatu.

Shi Lin berjalan di belakangnya, membawa Tombak Darah Abadi, menatap sang guru dengan khawatir.

“Tiga jiwa telah tersegel,” kata Shi Lin pelan.

“Tapi kekuatanmu semakin melemah, Guru. Aku bisa merasakannya.”

Xiau Chen tersenyum tipis.

“Setiap jiwa Mo Tian adalah bagian dari kekacauan. Untuk menyeimbangkannya, sebagian dari diriku harus lenyap. Itu harga yang sudah kutahu sejak awal.”

Shi Lin menggertakkan giginya.

“Tapi kalau begitu… bagaimana kau bisa menyegel sisa dua jiwa lainnya?”

Xiau Chen berhenti.

Ia menatap air di bawah kakinya, melihat pantulan wajahnya sendiri yang perlahan berubah — sebagian memancarkan cahaya keemasan, sebagian lain gelap seperti kabut hitam.

“Karena aku bukan hanya cahaya,” katanya pelan.

“Aku juga bayangan itu sendiri.”

Beberapa hari berlalu.

Mereka tiba di wilayah utara — Kota Langit Suci, pusat dunia kultivasi Benua Timur.

Di tempat ini, para sekte besar dan lembaga spiritual berkumpul.

Namun ketika Xiau Chen menjejakkan kaki di gerbang kota, suasana menjadi aneh.

Orang-orang berbisik.

Tatapan curiga mengikuti langkahnya ke mana pun ia pergi.

Shi Lin menyadarinya. “Mereka seperti… takut.”

Xiau Chen tidak menjawab.

Tapi di detik berikutnya, suara keras menggema dari arah langit:

“Itu dia! Orang yang disebut Pendekar Suci telah kembali! Tapi wajahnya bukan lagi manusia — dia iblis yang menyamar!”

Puluhan sinar spiritual melesat dari menara penjaga kota.

Dalam sekejap, langit dipenuhi cahaya pedang dan segel penahan jiwa.

Xiau Chen menatap tanpa bergerak sedikit pun.

“Berhenti!” teriak Shi Lin. “Kalian tidak tahu siapa yang kalian hadapi!”

Namun tak ada yang mendengar.

Para penjaga sekte meneriakkan mantra, dan simbol merah api muncul di udara membentuk formasi penjara.

“Formasi Penutup Langit — Gunung Rohil!”

Langit tertutup. Angin berhenti berhembus.

Xiau Chen menarik napas pelan.

“Formasi tingkat delapan. Mereka benar-benar takut padaku.”

“Guru…” Shi Lin menatapnya khawatir. “Apa kau ingin aku—”

Xiau Chen mengangkat tangannya.

“Tidak perlu. Aku tidak akan melawan manusia.”

Suara dari atas menara terdengar lagi — kali ini suara seorang lelaki tua, penuh wibawa dan kebencian.

“Xiau Chen, Pendekar Suci yang pernah menentang para dewa! Kami tahu kebenarannya —

Kau bukan penyelamat dunia! Kau adalah pembawa kehancuran yang menyatu dengan jiwa Mo Tian!”

Kerumunan mulai berteriak.

“Iblis!”

“Dia menipu dunia!”

“Bakar tubuhnya, segel jiwanya!”

Shi Lin memucat. “Ini tidak benar…! Mereka dibohongi!”

Namun Xiau Chen tetap diam.

Ia menatap kerumunan itu — wajah-wajah yang dulu ia lindungi, murid-murid dari sekte-sekte yang pernah ia selamatkan berabad-abad lalu.

Sekarang, semua memandangnya dengan kebencian.

“Inilah hukum dunia, Shi Lin,” ucapnya pelan.

“Ketika kegelapan dan cahaya bercampur, manusia hanya melihat warna hitam.”

Langit bergemuruh.

Sinar dari formasi semakin kuat.

Namun sebelum serangan dilepaskan, seorang pria berpakaian putih melangkah dari udara.

Rambutnya keperakan, auranya seperti kabut yang menekan jiwa.

Semua penjaga segera berlutut.

“Kepala Sekte Langit Suci — Patriak Xue!”

Pria itu turun perlahan, menatap Xiau Chen dengan tatapan tajam.

“Sudah lama sekali, Pendekar Suci,” katanya datar.

“Siapa sangka, orang yang dulu disebut pembawa cahaya, kini berjalan dengan bayangan di tubuhnya.”

Shi Lin menatapnya dengan marah. “Kau tidak tahu apa-apa! Guru telah menyegel tiga jiwa Mo Tian untuk melindungi dunia!”

Xue Patriak tersenyum sinis. “Benarkah? Lalu mengapa aura Mo Tian kini keluar dari tubuh gurumu?”

Shi Lin terdiam.

Ia tahu pertanyaan itu benar — sejak keluar dari Ranah Dewa Palsu, sebagian aura hitam memang terus memancar dari tubuh Xiau Chen.

Tapi itu bukan karena ia jahat, melainkan karena kekuatan segel yang menekan.

Namun bagi dunia, itu adalah tanda kutukan.

“Aku tidak menolak tuduhanmu,” kata Xiau Chen tenang.

“Tapi aku akan membuktikan kebenarannya dengan tindakan, bukan kata-kata.”

“Tidak perlu.” Patriak Xue mengangkat tangannya.

“Langit sudah memutuskan takdirmu.”

Tiba-tiba, sembilan pilar cahaya turun dari langit, membentuk formasi segel di sekeliling Xiau Chen.

Dari puncak setiap pilar, keluar sosok-sosok berjubah putih — sembilan dewa penegak langit.

Shi Lin berteriak, “Sembilan Penjaga Cahaya! Mereka dipanggil untuk menghukum dewa yang jatuh!”

“Ya,” jawab Xue datar. “Dan kali ini, mereka akan menghukummu, Xiau Chen.”

Sembilan sosok itu bergerak bersamaan.

Pedang cahaya melesat, mengiris udara, dan menebas ke arah Xiau Chen dari sembilan arah.

Shi Lin berlari ke depan, tapi Xiau Chen menghentikannya.

“Jangan. Ini ujianku.”

Ia mengangkat tangannya perlahan.

Cahaya emas keluar dari tubuhnya, tapi kali ini bercampur dengan kabut hitam pekat — dua kekuatan yang saling menolak tapi juga saling mengikat.

Ketika pedang cahaya menembus tubuhnya, tidak ada darah keluar.

Hanya suara gemeretak seperti kaca pecah.

Shi Lin menatap dengan mata membulat.

Tubuh gurunya — separuh berubah menjadi cahaya, separuh lain menjadi bayangan.

“Kau lihat, Xue Patriak?” suara Xiau Chen bergema di udara.

“Inilah bukti bahwa langit dan gelap tidak bisa dipisahkan.

Cahaya lahir dari bayangan… dan bayangan hanya ada karena cahaya.”

Patriak Xue terdiam, tapi matanya dingin.

“Filsafat tidak bisa menutupi kutukan, Xiau Chen.”

“Kutukan?” Xiau Chen tersenyum samar.

“Atau mungkin… berkah yang belum kau pahami?”

Ia mengatupkan tangannya.

Lonceng Jiwa Abadi muncul, mengambang di atas kepala.

Dentangnya bergema — lembut tapi mematikan.

Cahaya dari sembilan pilar langsung padam satu per satu.

Para penjaga cahaya menjerit, tubuh mereka meledak menjadi percikan roh murni.

Langit berguncang, formasi runtuh.

Patriak Xue mundur, matanya terbelalak.

“Ini mustahil! Kau… kau memadukan kekuatan suci dan terkutuk menjadi satu?!”

“Tidak memadukan,” jawab Xiau Chen, melangkah maju.

“Hanya mengingat siapa diriku sebenarnya.”

Langit di atas Kota Langit Suci berubah warna — setengah terang, setengah gelap.

Dua kekuatan besar bertarung di udara, tapi perlahan menyatu membentuk garis perbatasan yang indah.

Cahaya putih dan hitam membentuk simbol kuno: Yin dan Yang Jiwa Abadi.

Semua orang terdiam.

Shi Lin menatap pemandangan itu dengan takjub.

“Guru… apa ini?”

“Jalan baru,” jawab Xiau Chen pelan.

“Jalan di mana dewa dan manusia tidak lagi berbeda.

Jalan yang tidak diakui oleh langit — tapi mungkin bisa menyelamatkan dunia.”

Patriak Xue menatapnya, wajahnya penuh ketakutan.

“Kalau begitu, kau benar-benar… dewa baru.”

Xiau Chen memejamkan mata.

“Aku bukan dewa. Aku hanya seseorang yang menolak berjalan di jalan yang ditentukan.”

Ketika ia membuka mata kembali, seluruh kota tertutup kabut cahaya.

Semua yang menyaksikan hanya bisa berlutut, bukan karena takut — tapi karena tekanan spiritual yang melampaui pemahaman.

Namun di balik semua itu, Xiau Chen tahu satu hal:

sejak hari itu, kutukan benar-benar telah menempel di jiwanya.

Cahaya dan bayangan di tubuhnya tidak lagi bisa dipisahkan.

Dan dari kejauhan, di puncak langit, seseorang sedang menatap — sosok berjubah merah dengan mata seperti bara api.

“Akhirnya… jalan itu terbuka kembali,” bisiknya.

“Ketika keseimbangan sempurna lahir, langit akan runtuh.

Dan aku, Mo Tian, akan terlahir sepenuhnya.”

Angin malam berhembus.

Xiau Chen berdiri di tepi tebing setelah semuanya usai.

Shi Lin menghampiri, memandangnya dengan mata basah.

“Guru… dunia sekarang menganggapmu iblis. Apa yang akan kau lakukan?”

Xiau Chen tersenyum samar.

“Biar mereka percaya apa pun yang mereka mau. Langit, manusia, bahkan dewa… semuanya punya versinya sendiri tentang kebenaran.”

Ia memandang langit yang separuh gelap dan separuh terang.

“Namun hanya satu yang pasti —

sebelum dunia ini runtuh, aku akan menemukan dua jiwa terakhir itu…

meski harus mengorbankan diriku sendiri.”

1
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Bagus... walau dulu sektemu hancurkan saja kalau menyembah Iblis
Nanik S
Xiau Chen... hancurkan Mo Tian si Iblis pemanen Jiwa
Nanik S
Lebih baik berlatih mulai Nol lagi dan tidak usah kembali ke Klan
Nanik S
Hadir 🙏🙏
Girindradana
tingkatan kultivasinya,,,,,,,
Rendy Budiyanto
menarik ceritanya min lnjutin kelanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!