Takdir Gadis Pelunas Hutang

"Bisa tidak, lepas! aku mau mandi" pinta Jingga karena Satria memeluknya dengan erat.

"Tidak, aku bilang nurut! Kamu boleh pergi sa'at aku memerintahmu!" sahut Satria sambil memejamkan matanya dan mengusel diceruk leher Jingga.

"Ck... jangan deket-deket aku risi napasmu dan bibirmu menempel dileherku dan itu sangat menggelikan." seru Jingga sambil mendorong wajah Satria.

Satria hanya tersenyum tipis yang nyaris tidak terlihat. Karena Jingga sudah ada kemajuan untuk bicara panjang lebar.

"Apa aku sejelek itu? sampai kamu enggan denganku? Kamu tahu wanita di luaran sana ingin sekali dicium olehku dan tidur denganku, tapi kamu malah sebaliknya"

"Karena aku bukan jalang dan wanita murahan yang kau jumpai!" sahut Jingga.

"lalu apa bedanya kamu rela menikah denganku hanya demi membayar lunas hutang orang tuamu, kalau bukan karena ada tujuan lainnya."

Jingga pun menoleh. Plaaak... Jingga menampar wajah Satria. "Jaga mulutmu! Aku melakukan ini hanya terpaksa, dan satu lagi jangan samakan aku dengan jalang-jalang mu itu" tunjuk Jingga kearah wajah Satria.

Satria pun duduk dan menatap tajam kearah Jingga. Ia sangat marah sekali namun ia tidak ingin menyakitinya. Satria pergi keluar dengan wajah yang merah padam. Brugh... Pintu dibanting dengan keras oleh Satria.

"Berani sekali gadis kecil itu menamparku bahkan memaki ku, seandainya bukan dia sudah aku cekik" gumam Satria dengan kesal.

"Ya tuhan dia itu gila, lama-lama aku juga bisa gila." gumam Jingga lalu mandi.

Setelah membersihkan diri Satria pergi menuju rumah utama untuk sarapan. Satria melihat Maryati yang sedang membawa sarapan untuk Jingga.

"Jangan diantar kekamar, biarkan saja dia yang ambil sendiri!" perintah Satria.

"Baik den," Maryati pun menaruh kembali sarapan yang hendak diantar kepada Jingga.

"Dad, just now Mommy call me" ucap Dennis.

"Then?"

Belum sempat membalas terdengar suara Viona di luar.

"Hai Good morning Sat, Arya, Raka, dan Ini Prince nya Mommy."

"Morning Mommy, duduk lah dan makan bersama." ucap Dennis.

Arya dan Raka pun menatap jengah kepada Viona. "Aku sudah selesai mas, mau pergi dulu." pamit Arya.

"Aku juga," sambung Raka.

"Kalian mau kemana ini hari minggu, masih saja sibuk." Kata Satria dengan heran.

"Biarkan Sat, namanya juga anak muda" sambung Viona.

Tidak lama kemudian Jingga pun berjalan menuju rumah utama untuk sarapan. Jingga hanya mengangkat satu alisnya saja yang melihat Viona, Satria dan Dennis sedang sarapan bersama.

"Mbak..." Panggil Dennis.

Viona pun menoleh dan melihat Jingga dari atas sampai bawah. Satria hanya diam tanpa Expresi apa pun.

"Jadi ini istri Satria terlihat masih bocah dan biasa saja, masih mending aku," batin Viona dengan sombongnya.

Jingga melewati begitu saja seolah-olah ia tidak melihat ada Satria, Viona dan Dennis. "Mbak... Ayo makan bersama," kata Dennis.

Jingga hanya diam dan menuju dapur. "Ck... apa dia tuli, putraku bertanya dengan baik malah diam saja." gerutu Viona.

Dennis pun bangun dan pergi menuju dapur untuk menghampiri Jingga. "Mbak ayo sarapan bersama, ada Mommy juga disana" kata Dennis dengan polosnya sambil menarik tangan Jingga.

"Kamu saja, aku mau sarapan dikamar." sahut Jingga sambil menuangkan susu segar kedalam gelas.

"Baik lah, makan yang sehat biar kita bisa main" ucap Dennis sambil mengusap-usap tangan Jingga lalu kembali pergi.

"Sweet sekali Dennis mbak," Kata Maryati yang melihat Dennis begitu perhatian sama Jingga.

"Ya anaknya sweet, Daddy nya gila" ucap Jingga lalu melenggang pergi.

Maryati ternganga yang mendengar Jingga mengumpat Satria.

Jingga melewati Viona dan Satria. sa'at Jingga berjalan dengan sengaja Viona memasang kakinya ditengah jalan. Bruuk... Jingga terjatuh dengan terduduk. dengan makanan dan susunya nyaris tumpah.

"Jalan pakai mata! Gimana kalau makanan itu jatuh mengenai baju mahalku!" kata Viona dengan sinis.

"Mbak, apa sakit?" tanya Dennis sambil membangunkan Jingga.

Sedangkan Satria hanya diam sambil mengunyah makanannya seolah-olah ia tidak melihat apa pun.

"Aku tidak apa-apa" kata Jingga.

"Jangan dekat-dekat dengannya Dennis! nanti kamu tertular miskinnya, kembali duduk dan sarapan!" kata Viona seolah-olah ia nyonya di rumah tersebut.

Jingga bangun dan menyiram susunya ke arah wajah Viona. Byuuur.... "Lebih baik miskin dari pada sepertimu yang tidak tahu malu." ucap Jingga lalu melenggang pergi.

Dennis pun terkejut yang melihat aksi Jingga berbeda halnya dengan Satria yang hanya fokus sarapan.

"Sialan... Satria lihat gadis jalang itu membuat bajuku kotor." seru Viona dengan kesal.

"Mommy ganti saja" Kata Dennis. Viona pun terdiam dan tersenyum miring.

"Sat, bolehkan aku pinjam kamarmu, aku ingin membersihkan Pakaian."

Satria hanya mengangguk. Viona pun bangun. "Antar aku please."

Tanpa bicara apapun Satria bangun dan mengantarkan Viona ke kamarnya. Viona membuka bajunya di depan Satria.

"Apa yang kamu lakukan cepat bersihkan lalu keluar." kata Satria.

"Sat, aku merindukanmu, Fucking me please." pinta Viona sambil membuka kemeja Satria.

"Don't touch me! cepat bersihkan dan keluar!" perintah Satria.

"Kamu kenapa? Ini kesempatan baik bukan, tidak ada Eyang, ayo kita mulai dari awal dan buat adek untuk Dennis hanya itu cara kita untuk bersatu kembali"

Satria pun begitu prustasi disisi lain ia masih Cinta dengan Viona namun bayangan Jingga dan tatapan Jingga seolah-olah mengikat dirinya dan hatinya.

"Ini salah, aku sudah menikah, cepat bersihkan lalu keluar!" ucap Satria.

"Baiklah..."

Jingga yang keluar dari kamar mendengar percakapan Suaminya dan mantan Istrinya, karena pintu kamar Satria terbuka. Jingga hanya menggelengkan kepalanya saja lalu melenggang pergi untuk menaruh bekas makannya.

"Dennis Mommy pergi dulu ya, nanti kita jalan-jalan bersama keluar negri oke," ucap Viona dengan sengaja dan keras supaya Jingga mendengar.

"Baik lah, Bay Mommy, see you soon." ucap Dennis.

Jingga pun kembali ke kamar. Satria pun mengekori Jingga dari belakang, Satria menelan ludahnya dengan kasar yang melihat bokong Jingga dan kaki putihnya.

"Fuck... hanya melihatnya saja milikku langsung menegang" batin Satria.

Satria menarik Jingga yang hendak memasuki kamarnya.

"Aw... Apa yang kamu lakukan" Seru Jingga dengan kesal.

"I want you now!" kata Satria dengan penuh gairah.

"Tadi jalangmu kesini tidak mau, kau ini aneh sekali" sahut Jingga.

"Ck... dia bukan siapa-siapa aku lagi, hanya sebatas Mommynya Dennis"

"Lucu kau Mas, demi nafsu kamu bicara seperti itu, memangnya aku tidak tahu mulut buayamu"

"Itu tidak benar, terserah mau percaya apa tidak, layani aku sekarang!" pinta Satria lalu mencium bibir Jingga.

Jingga begitu kesal karena Satria begitu pemaksa. tubuh Jingga dipepet didinding dengan tangan Jingga dikunci. Satria begitu menggila menciumi Jingga dengan brutal.

Lalu Satria merobek dress Jingga dan melemparnya ke sembarang arah. Jingga hanya diam dan pasrah.

keduanya sudah toples Satria melahap habis tubuh kecil Jingga. Satria membalikan tubuh jingga untuk membelakanginya lalu memasukan miliknya.

"Demi tuhan dia nikmat sekali, aku benar-benar kecanduan tubuhnya" batin Satria sambil bergerak maju mundur.

"Mendesah lah! Jangan ditahan, ini nikmat bukan." bisik Satria dekat telinga Jingga.

Jingga hanya diam sambil memejamkan matanya. Hatinya menolak tapi memang tubuhnya tidak. Ia pun merasakan nikmat namun rasa nikmat itu serasa ada yang kurang. Setelah puas Satria membalikan tubuh Jingga kembali dan menggendongnya sambil melanjutkan permainan Jingga hanya memejamkan matanya dengan mulut yang terbuka dan tangan yang melingkar dileher Satria. Satria pun tak hentinya menatap Jingga yang begitu cantik sa'at berexpresi seperti itu.

"Fuck... Aku gila benar-benar gila sekarang" Racau Satria yang sudah melakukan berbagai posisi.

Satria sudah di atas tempat tidur. "Naik!" perintah Satria dengan nada dominannya.

Jingga hanya menurut saja. "Pegang dan masukan!" perintah Satria. Dengan ragu Jingga pun memegang dan memasukan milik Satria.

Jingga memejamkan matanya sambil naik turun diatas tubuh Satria. Satria tersenyum tipis yang melihat istri kecilnya sangat lah cantik dan Sexy.

Satria mengerang tidak karuan. Ia serasa di manjakan habis-habisan oleh Jingga. Jingga tak bersuara ia yang memejamkan matanya sambil bergerak.

Dengan Isengnya Satria mengambil ponsel dan mengambil video Jingga yang sedang fokus dengan memejamkan matanya sampai permaian berakhir.

Satria memeluk Jingga dengan erat. sambil memejamkan matanya sampai esok hari.