(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 17
Gerbang Masuk Ngarai Angin Hitam.
Angin siulan di ngarai itu terdengar seperti jeritan hantu. Di tengah jalan setapak berbatu hitam, Ye Chen berdiri dikepung oleh tiga pembunuh bayaran bertopeng.
Satu Tahap 8. Dua Tahap 7.
Bagi murid luar biasa Tahap 6, ini adalah formasi kematian mutlak.
"Kau tenang sekali untuk orang yang akan mati," kata Pemimpin Pembunuh (Tahap 8), memutar belati ganda di tangannya yang dilapisi racun hijau. "Apa kau pikir pedang rongsokan itu bisa menyelamatkanmu?"
Ye Chen tidak menjawab. Ia hanya mengubah posisi kakinya. Kuda-kudanya rendah, menancap kuat ke tanah.
Berat... batin Ye Chen. Gelang besi 100 kg di kakinya terasa semakin berat seiring ketegangan ototnya.
"Habisi dia! Cepat!" perintah Pemimpin.
Dua pembunuh Tahap 7 bergerak dari kiri dan kanan. Mereka menggunakan Pedang Rantai senjata licik yang bisa menyerang dari jarak menengah.
SWISH! SWISH!
Dua bilah pedang melesat seperti ular, mengincar leher dan kaki Ye Chen.
Ye Chen bergerak.
"Langkah Hantu."
Gerakannya terlihat kaku dan berat, seolah-olah ia sedang menyeret batu besar. Ia tidak bisa menghindar sepenuhnya.
SRET!
Satu pedang rantai menyayat lengan kirinya. Darah menetes.
"Hahaha! Lihat gerakannya! Lambat sekali!" tawa salah satu pembunuh. "Kabar bahwa dia cepat itu bohong!"
Ye Chen mundur dua langkah, napasnya sedikit memburu. Ia membiarkan mereka percaya dia lambat.
"Hanya segitu kemampuan 'Si Pedang Gila'?" ejek Pemimpin. "Wang Teng terlalu khawatir. Bunuh dia sekarang!"
Ketiga pembunuh itu menerjang bersamaan. Serangan gabungan dari tiga arah yang menutup semua jalan keluar.
Mata Ye Chen yang merah delima menyala terang. Senyum tipis yang mengerikan terukir di bibirnya.
"Kalian benar," bisik Ye Chen. "Aku terlalu lambat."
Tangan Ye Chen bergerak ke bawah jubah celananya.
"Jadi... biar kulepas sedikit."
KLIK. KLIK.
Mekanisme pengunci gelang besi pemberat terbuka.
Dua gelang besi hitam, masing-masing seberat 50 kg, jatuh bebas dari pergelangan kaki Ye Chen.
BOOOOOOOOOOM!
Saat gelang itu menghantam tanah batu, suaranya bukan klanting logam kecil. Suaranya seperti batu besar yang jatuh dari tebing. Tanah di sekitar kaki Ye Chen retak. Debu mengepul tinggi.
Ketiga pembunuh itu terhenti di udara, mata mereka melotot.
"Apa...?! Benda apa yang dia pakai?!"
Dalam sepersekian detik kebingungan itu, Ye Chen bergerak.
Tanpa beban 100 kg yang menahannya, tubuh Ye Chen yang telah ditempa oleh Cairan Sumsum Emas dan Energi Asal Mula meledak dengan kecepatan yang tidak wajar.
Ia menghilang dari pandangan mereka.
"Langkah Hantu: Mode Kilat."
ZRAAAASH!
Pembunuh Tahap 7 di sebelah kiri bahkan tidak melihat bayangan Ye Chen. Ia hanya merasakan angin dingin di lehernya.
Saat ia menoleh, kepala berpisah dari lehernya. Darah menyembur seperti air mancur.
Ye Chen sudah berada di belakangnya, Pedang Karat di tangannya meneteskan darah segar.
"Satu," hitung Ye Chen dingin.
"Sialan! Dia menyembunyikan kecepatan!" teriak Pemimpin panik. "Formasi Bertahan!"
Terlambat.
Ye Chen menerjang Pembunuh Tahap 7 kedua. Kali ini, pembunuh itu siap. Ia mengangkat pedang rantainya untuk menangkis.
Ye Chen tidak menghindar. Ia melompat tinggi, memegang pedang karat dengan kedua tangan di atas kepala.
"Sembilan Hantaman Penghancur Gunung: Hantaman Kedua!"
DHUAARR!
Pedang karat itu turun seperti meteor.
Pedang rantai si pembunuh hancur berkeping-keping. Pedang Ye Chen terus melaju, membelah bahu si pembunuh hingga ke pinggang. Tubuhnya terbelah dua dengan brutal.
"Dua."
Kini, hanya tersisa Pemimpin Tahap 8.
Pria itu mundur, kakinya gemetar. Wajahnya di balik topeng pucat pasi. Dalam tiga detik, dua rekannya tewas. Dan cara matinya... tubuh mereka hancur.
"Kau... Kau bukan manusia..." gagap Pemimpin itu. "Informasi Wang Teng salah! Kau bukan Tahap 6 biasa!"
Ye Chen berjalan perlahan mendekatinya, menyeret pedang berat itu di tanah, menciptakan percikan api.
"Wang Teng," gumam Ye Chen. "Terima kasih sudah mengonfirmasi nama itu."
"Jangan mendekat!" Pemimpin itu putus asa. Ia mengeluarkan sebuah Jimat Peledak Api dari sakunya. "Mati bersamaku!"
Ia melempar jimat itu.
BOOM!
Bola api besar meledak, menelan tempat Ye Chen berdiri.
Pemimpin itu tertawa histeris. "Hahaha! Mampus kau! Itu jimat Tingkat 2!"
Namun, tawa itu tercekik saat asap api terbelah.
Ye Chen melompat keluar dari dalam api. Jubahnya hangus, kulitnya sedikit terbakar, tetapi aura merah di matanya semakin menyala. Fisik Asal Mula menyerap sebagian dampak panas itu.
Ye Chen sudah ada di depan wajahnya.
Ia tidak menggunakan pedang. Ia menggunakan tangan kirinya untuk mencengkeram wajah Pemimpin itu.
GRAB.
Ye Chen membanting kepala si Pemimpin ke dinding tebing batu hitam.
KRAK!
Tengkorak belakangnya retak. Topengnya hancur.
Ye Chen menahan tubuh pria itu di dinding, mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Katakan," bisik Ye Chen. "Di mana Wang Teng biasanya berada saat malam hari?"
Pria itu muntah darah, matanya memutih. "Dia... di Paviliun Bintang... lantai tiga..."
"Bagus."
Ye Chen meremukkan lehernya.
Ia menjatuhkan mayat itu. Napas Ye Chen memburu. Adrenalin perlahan surut, digantikan rasa sakit dari luka bakarnya. Ia segera memakan satu butir pil penyembuh yang ia rampas dari Zhao Feng sebelumnya.
Ye Chen kemudian menggeledah mayat-mayat itu.
"Miskin," keluh Ye Chen. Hanya ada beberapa koin emas dan senjata kualitas rendah.
Namun, di saku Pemimpin, ia menemukan sebuah botol kecil berisi bubuk berwarna perak.
Bubuk Penarik Monster.
Mata Ye Chen menyipit. "Jadi ini rencananya. Membunuhku, lalu menaburkan bubuk ini agar mayatku dimakan monster sehingga tidak ada jejak."
Ye Chen menatap botol itu, lalu menatap ke dalam Ngarai Angin Hitam yang gelap.
Senyum kejam muncul di bibirnya.
"Rencana yang bagus. Sayang kalau disia-siakan."
Ye Chen menyimpan botol itu. Ia tidak kembali ke sekte. Misinya belum selesai. Ia butuh 10 Rumput Roh Angin. Dan lebih dari itu... ia butuh darah monster untuk memberi makan pedangnya yang baru saja mencicipi darah manusia.
Ye Chen melangkah masuk ke dalam kegelapan ngarai.
Di kejauhan, auman Serigala Iblis Angin (Kelas 2) terdengar.
"Aku datang," bisik Ye Chen. "Bersiaplah."