Tentang perjalanan hidup seorang gadis biasa saja. Hidupnya hambar dan tidak ada istimewanya. Dia, dulunya adalah gadis yang ceria Namun karena keadaan ceria itu hilang.
Manusia lain nggak pernah jahat, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri.
Setiap hari yang ia rasakan adalah sepi dan hampa yang selalu menemani.
Ada banyak pertanyaan dalam kehidupan gadis itu.
Akankah Gadis itu perlahan akan menjawab banyak pertanyaan rumit di kepalanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(10) Don't Be Sad
"Aruna, aku tahu kamu sedang merasa berat banget. Tapi coba deh, ingat lagi semua hal indah yang sudah kita lewati bareng. Kamu nggak sendiri, aku selalu di sini."
"Kadang aku takut nggak kuat, Raf."
"Kuatnya kamu itu bukan berarti tanpa rasa sakit, tapi kamu berani bangkit walau berat. Aku bangga banget sama kamu. Yuk, kita lewati ini sama-sama, pelan-pelan."
"Terima kasih, Raf. Aku butuh kamu banget."
"Aku juga butuh kamu, selalu. Kita saling jaga, ya?"
Setiap kali Aruna merasa rapuh atau ingin menyerah, Rafael hadir dengan pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan, mengingatkan bahwa dia tidak sendiri.
Rafael tidak hanya menjaga Aruna dari bahaya fisik, tapi juga dari bayang-bayang ketakutan dan kesedihan di dalam hatinya. Dia sabar mendengarkan, menguatkan, dan membantu Aruna menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri. Bersama, mereka berjuang melawan rasa sakit itu, satu langkah kecil demi langkah kecil.
Janji Rafael adalah bukan hanya kata-kata, tapi tindakan nyata yaitu selalu ada saat Aruna butuh, menjaga hatinya dengan penuh kasih, dan memberi ruang bagi Aruna untuk tumbuh dan sembuh. Cinta dan kesetiannya jadi pelita yang menerangi masa sulit Aruna, membuatnya percaya bahwa masa depan yang lebih cerah pasti bisa mereka raih bersama.
Setelah kejadian Aruna memegang pisau, Rafael jadi lebih waspada dan semakin mengawasi setiap gerak-gerik Aruna. Dia sadar bahwa Aruna sedang berjuang dengan rasa sakit yang sangat dalam, dan Rafael merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan melindunginya dari bahaya, terutama dari diri Aruna sendiri. Rafael tidak ingin kehilangan Aruna atau melihatnya menyakiti diri lagi, jadi dia selalu berusaha dekat, mengawasi tanpa membuat Aruna merasa tertekan. Rafael mulai memperhatikan tanda-tanda kecil ketika Aruna mulai menarik diri atau terlihat gelisah. Dia sering mengajak Aruna bicara, berusaha mencari tahu perasaannya dengan lembut dan penuh perhatian.
Rafael juga menggantikan benda-benda berbahaya di sekitar mereka dengan hal-hal yang lebih aman dan positif, seperti alat tulis dan buku untuk membantu Aruna menulis atau menggambar sebagai cara mencurahkan perasaan.
Lebih dari itu, Rafael tidak hanya mengawasi secara fisik, tapi juga emosional. Dia menemani Aruna setiap hari, saat bisikan itu datang menghantui. Rafael selalu siap menjadi sandaran, memberi pelukan hangat dan kata-kata penguat, menyemangati Aruna untuk bertahan dan mencari jalan keluar yang lebih sehat. Keberadaan Rafael bagai pelita yang terus menerangi gelap dalam hati Aruna.
Rafael juga tak segan mengubah rutinitas mereka bersama. Mereka mulai melakukan kegiatan yang dapat membantu Aruna merasa lebih damai, seperti berjalan santai di taman, memasak bersama, atau mendengarkan musik favorit. Semua itu membuat Aruna merasa dicintai dan diperhatikan lebih dari sebelumnya.
Walaupun terkadang Aruna merasa frustrasi atau takut dianggap lemah, Rafael selalu menguatkan bahwa semua perasaan itu wajar dan tidak apa-apa untuk berbagi kesedihan. Mereka berdua belajar bahwa saling menjaga bukan berarti mengawasi dengan ketat, tapi saling memahami dan memberikan ruang untuk sembuh.
Semua usaha Rafael tak sia-sia. Aruna perlahan mulai merasa aman dan berani membuka diri, tahu bahwa Rafael selalu ada bukan untuk menghakimi, tapi untuk mendukung. Hubungan mereka pun makin kuat, penuh dengan cinta dan pengertian.
Suatu sore, ketika Aruna tampak murung, Rafael duduk di sebelahnya dan berkata, "Kalau kamu mau cerita apa pun, aku siap dengar, ya. Kita bisa lewati semuanya bareng." Aruna mengangguk, sedikit tersenyum, merasa beban di kepalanya mulai ringan. Rafael dan Aruna ibarat dua jiwa yang berlayar di lautan kehidupan, dan cinta Rafael pada Aruna adalah kapal yang tak pernah lelah berlabuh di pelabuhan hatinya.
Sejak pertama bertemu, Rafael merasakan sesuatu yang berbeda, sebuah ketenangan dan kekuatan yang hanya bisa datang dari cinta sejati. Cinta itu tumbuh perlahan, melewati ombak kesedihan dan badai ketakutan yang Aruna hadapi, sampai akhirnya berlabuh dalam pelukan hangat dan pengertian yang tak terbatas.
Rafael memandang Aruna bukan hanya sebagai kekasih, tapi juga sebagai sahabat. Dalam setiap kata dan tindakan, Ia selalu berusaha menunjukkan bahwa cintanya bukan sekadar janji kosong, tapi nyata, kuat, dan penuh dedikasi. Ketika gelombang emosi Aruna datang menghantam, Rafael siap menstabilkan.
Bagi Rafael, menjaga Aruna berarti memahami setiap luka yang tersembunyi di balik senyumnya. Dia belajar sabar mendengarkan tanpa menghakimi, memberi ruang bagi Aruna untuk merasa dan berbagi. Cinta Rafael bukan hanya tentang keindahan momen bersama, tapi juga bagaimana dia tetap setia saat badai datang, saat Aruna tergelincir dan hampir menyerah. Rafael tahu, cinta adalah tentang kekuatan untuk bertahan, bukan hanya kebahagiaan semata.
Dalam setiap hari yang mereka jalani, Rafael berusaha hadir secara utuh yaitu bukan hanya sebagai pelindung, tapi juga teman yang tertawa, berbagi cerita, dan mendukung mimpi Aruna. Dia ingin Aruna tahu bahwa dia tidak sendirian dalam perjalanan ini, bahwa ada cinta yang mengalir tak terbatas, siap menolong dan menguatkan.
Cinta Rafael pada Aruna adalah pelabuhan teraman di dunia, tempat di mana Aruna bisa bersandar tanpa takut terseret ombak kehidupan. Rafael menyadari, cinta sejati adalah kemampuan untuk menerima segala kekurangan dan keburukan, sekaligus merayakan setiap keindahan dan keberanian dalam diri Aruna.
Dia ingin menjadi alasan Aruna bertahan, alasan dia tersenyum, dan alasan dia percaya pada hari esok.
"Aruna, aku tahu kamu pernah ragu dengan semua kata yang aku ucapkan, tapi percayalah, cintaku ini nyata dan abadi."
"Sulit bagiku untuk percaya, Rafael... rasanya terlalu berat."
Rafael menggenggam tangan Aruna. "Cinta sejati bukan cuma soal kata-kata, tapi tentang aku yang selalu ada saat kamu butuh, saat kamu rapuh, dan saat kamu tersenyum."
Aruna memasang raut wajah sedih. "Tapi kalau suatu saat kamu pergi, gimana?"
Rafael menggeleng. "Aku nggak akan pernah pergi. Hatiku sudah berlabuh pada kamu, Aruna. Bersama kita hadapi semua, sampai akhir nanti."
Rafael tahu, membuat Aruna percaya bahwa cintanya sejati dan abadi bukan perkara mudah. Dia sadar Aruna pernah terluka dan takut untuk membuka hati lagi. Jadi Rafael memilih cara yang sabar dan tulus, menunjukkan lewat perbuatan bahwa cintanya bukan sekadar kata-kata manis tapi janji yang teguh.
Setiap hari, Rafael selalu hadir di sisi Aruna. Saat dia terluka atau ragu, Rafael tak pernah lelah menguatkannya. Dia bilang, "Aku di sini bukan cuma karena senang atau bahagia, tapi karena aku mau berdiri bersama kamu, dalam segala keadaan." Kata-kata itu bukan sekadar pelipur lara, tapi sebuah komitmen nyata yang dijalani Rafael dengan sepenuh hati.
Rafael juga selalu mendengarkan tanpa menghakimi, memberi ruang agar Aruna bisa jujur tentang perasaannya. Dia percaya cinta yang sejati tumbuh dari pengertian, bukan paksaan. Dia sering berkata, "Kamu boleh takut, tapi jangan pernah takut untuk percaya sama aku. Aku nggak akan pergi."
Rafael memegang tangan Aruna erat sambil menatap matanya dan berkata, "Aku ingin kamu percaya, cintaku ini abadi. Bukan hanya untuk hari ini, tapi selamanya." Pelukan yang dia berikan pun seperti pelabuhan yang aman, tempat Aruna bisa lepas dari semua ketakutan dan merasa damai.
Rafael tidak berharap Aruna langsung sembuh atau langsung percaya 100%, tapi dia yakin dengan kesabaran dan konsistensi, cintanya perlahan akan menembus tembok ketakutan Aruna. "Aku di sini untuk kamu, dan aku akan tetap di sini, apapun yang terjadi," ujarnya penuh keyakinan.
Itulah bentuk cinta Rafael, bukan romantisme yang penuh omong kosong, tapi kekuatan dan keteguhan yang mendampingi langkah Aruna, membuka ruang hati yang terluka menjadi penuh harapan dan kasih.