NovelToon NovelToon
IKATAN PERJODOHAN

IKATAN PERJODOHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ivan witami

Arjuna dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar, hampir seperti seseorang yang alergi terhadap wanita. la jarang tersenyum, jarang berbicara, dan selalu menjaga jarak dengan gadis-gadis di sekitarnya. Namun, saat bertemu dengan Anna, gadis periang yang penuh canda tawa, sikap Arjuna berubah secara drastis.

Kehangatan dan keceriaan Anna seolah mencairkan es dalam hatinya yang selama ini tertutup rapat. Tak disangka, di balik pertemuan mereka yang tampak kebetulan itu, ternyata kedua orangtua mereka telah mengatur perjodohan sejak lama. Perjalanan mereka pun dimulai, dipenuhi oleh kejutan, tawa, dan konflik yang menguji ikatan yang baru saja mulai tumbuh itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ivan witami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Rumah Sakit

Anna membuka mata perlahan, melihat sekelilingnya. Ia bingung tiba-tiba sudah berpindah ruangan.“Ini kan rumah sakit?” gumamnya.

“Loh, kok. Aku di infus sama transfusi darah,” batinnya lagi melihat infus yang terpasang ditangannya.

Anna melihat suster yang sedang berdiri memeriksa infusnya.“ Sus, saya kenapa?”

“Ibu, ibu sudah sadar. ibu didiagnosa menoragia atau hipermenorea.”

“Apa itu?”

Suster tersenyum melihat Anna sebelum menjelaskan.“Menoragia didefinisikan sebagai perdarahan menstruasi yang berlangsung lebih lama dari tujuh hari atau dengan jumlah darah yang sangat banyak lebih dari 80 ml per siklusnya.”

“Tapi kenapa sampai ditransfusi darah, Sus?” tanya Anna lemah.

“Iya, Bu. Pada kasus anemia yang sangat parah akibat menoragia dan tidak dapat ditangani dengan suplemen zat besi saja, penderita mungkin memerlukan tindakan medis lebih lanjut, termasuk transfusi darah, untuk mengembalikan jumlah sel darah merah dan hemoglobin ke tingkat normal dengan cepat, Bu, ” jelas suster.

“Ouh, iya terima kasih, Sus.” Anna menghela nafas panjang dan paham mengapa dirinya selama ini selalu lemas ,pusing, bahkan tiba-tiba tidak sadarkan diri saat datang bulan.

“Ada lagi yang mau ditanyakan,Ibu?” tanya suster.

“Tidak, Sus. Terima kasih.”

“Kalau begitu, saya permisi, Bu.” Suster itu pun melangkah keluar ruangan.

“Sus, yang bawa saya kemari siapa dan ini darah siapa yang didonorkan pada saya?” tanya Anna sebelum suster itu membuka pintunya.

“Tunangan ibu yang membawa kemari. Sekarang beliau sedang mengurus administrasi, mungkin sebentar lagi kemari,” jelas suster.

“Ouh, iya. Terima kasih.” Anna tersenyum tipis rupanya ia diakui oleh Juna sebagai tunangannya.

Anna menghela nafas panjang, matanya masih menatap kosong langit-langit ruangan yang putih bersih itu. Suasana rumah sakit yang dingin dan steril terasa begitu berbeda dari kenyamanan rumahnya sendiri.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka pelan. Seorang pria muda dengan wajah tegas namun panik tergambar jelas di matanya masuk membawa berkas-berkas. “Anna, kamu sudah sadar, syukurlah,” ucapnya dengan suara serak.

Anna mengerjap cepat, mengenali sosok pria itu. “Juna?” tanyanya pelan, suara masih lemah.

Juna mengangguk cepat, duduk di sisi ranjang. “Aku takut sekali waktu mereka bilang kamu harus dirawat dan transfusi darah. Tidak tahu harus bagaimana.”

Anna tersenyum lemah. “Aku juga takut, tapi aku lega kamu di sini.”

Juna menarik napas panjang. “Kami semua panik karena perdarahanmu banyak. Kamu sudah lebih dari tujuh hari berdarah, dan darahmu hampir habis.”

Anna termenung sejenak. “Aku selalu pikir ini cuma datang bulan biasa saja, tapi ternyata...”

Juna mengangguk. “Aku sudah cari-cari informasi, itu namanya menoragia, masalah hormon yang parah.”

“Terima kasih, Juna. Tapi suster tadi sudah menjelaskan.” Anna menggenggam tangan Juna yang dingin. “Aku senang kamu yang membawaku ke rumah sakit.” Juna tersenyum kecil, menatap Anna dalam.

“Kamu seperti ini sejak kapan?” tanya Juna.

“Baru beberapa tahun terakhir ini sih, aku juga tidak tahu kenapa.”

Anna terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Aku sebenarnya sudah lama menyimpan rahasia tentang menstruasiku. Tidak pernah aku bilang keluargaku.”

Juna membelai rambut Anna. “Kamu bisa cerita padaku, Anna.”

Anna menarik napas dalam-dalam. “Sebenarnya ini bukan sekedar perdarahan berat biasa. Aku pernah konsultasi ke dokter dulu, dan aku didiagnosa dengan kondisi yang kompleks. Ada masalah hormon, dan dokter bilang aku mungkin akan sulit punya anak jika tidak diobati.”

Juna terdiam, wajahnya berubah serius. “Nanti kita obati, aku takut kamu kenapa-kenapa,” ucap Juna begitu perhatian seolah lupa dengan masalah Elsa.

Anna memejamkan mata, “Aku ragu, aku merasa tidak ada yang bisa mengerti aku.”

Juna menggenggam tangan Anna dengan erat. “Aku peduli padamu.”

“Aku tidak yakin, apalagi kamu tahu Elsa sebenarnya masih hidup,” cibik Anna menarik tangannya.

Juna menarik nafas dalam-dalam. Ia juga sudah memikirkan hal banyak tentang ini.“Aku… aku sudah pikirkan hal ini. Aku akan tetap bersamamu.”

“Yakin.”

Juna memeluk Anna erat. “Yakin, aku hanya mencintaimu, Anna. Elsa hanya masa lalu. Aku tidak mau kehilangan kamu.”

“Jangan cuma omongan,tapi buktikan.” Anna tersenyum melihat Juna begitu dekat.

Juna tersenyum lalu mereka berciuman sejenak.

***

FLASHBACK SEBELUM ANNA SADAR.

Saat Anna ditangani dokter Pak Hamdan berbicara dengan Juna di ruang tunggu. Kedua Juga sangat cemas melihat kondisi Anna. Pak Hamdan juga sudah tahu tentang Elsa yang sebenarnya masih hidup dan itu membuat pak Hamdan menjadi tidak suka dengan Elsa, karena sudah berbohong. Bukannya tidak simpatik dengan sakitnya Elsa, tetapi pak Hamdan tidak suka kebohongan.

“Kamu masih berharap balik sama dia. Jangan harap, Juna. Dia sudah berbohong padamu. Walau memang untuk kebaikan kamu agar kamu bahagia, terus kamu sudah bahagia dengan Anna, terus dia tiba-tiba datang mau merusak hubungan kalian? Dia sendiri yang pura-pura mati, itu artinya dia memang sudah tidak mau sama kamu. Kan bisa bicara baik-baik, kamu bisa dukung dia dalam pengobatan, tapi ini malah–”

Juna hanya diam, matanya menatap kosong ke arah pintu ruang perawatan yang tertutup rapat, tempat Anna sedang mendapatkan penanganan intensif dokter. Dia merasa jantungnya seperti diremas, dilema dan penuh kebimbangan.

Pak Hamdan melihat Juna yang masih diam dan berpikir.“Kamu mau mengorbankan Anna demi wanita yang tidak menghargai kamu dan cintamu, malah pura-pura mati. Papa tidak setuju kamu menemuinya. Biarkan saja dia mati penasaran, suruh siapa dia begitu,” kesal pak Hamdan.

“Pa…” Juna mencoba menyela, suaranya serak saat berusaha menjelaskan perasaannya.

“Terserah. Pokoknya Papa tidak mau calon menantu Papa sakit hati karena adanya Elsa. Bisa-bisa keluarga kita dihabisi pak Reza, papanya Anna,” peringatan Pak Hamdan membuat suasana ruang tunggu rumah sakit menjadi sangat tegang.

Juna menghela napas panjang, menatap ke bawah sebelum akhirnya angkat bicara, “Aku juga bingung, Pa. Tapi Elsa tetap punya arti untukku. Aku tidak bisa begitu saja menghapus kenangan kita. Tapi Anna… Anna sekarang yang lagi sakit. Aku nggak mau kehilangan dia.”

Pak Hamdan memandangi Juna dengan tatapan penuh makna, “Aku tahu kamu sayang Anna. Itu yang buat papa risau. Elsa sudah memilih jalannya sendiri. Kalau memang jodoh kamu sama Anna, biarkan itu terjadi. Jangan kamu buat hati sendiri dan keluarga kita hancur karena masa lalu yang belum beres.”

“Iya, Pa. Aku mengerti. Ya sudah kalau begitu aku mau ke bagian administrasi dulu. Papa kembali saja ke kantor.”

“Hem, kamu baru selesai donor darah untuk Anna. Jangan lupa makan yang bergizi.” Pak Hamdan kemudian meninggalkan Juna. Juna pun langsung bergegas ke bagian administrasi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!