NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia

Sudah tiga hari Lyana di rawat. Berita tentang Dokter Anggara menikah secara diam-diam beredar dengan cepat. Kini malam semakin sepi, udara dingin mulai menghampiri dan menusuk kedalam tulang. Anggara memijat pelipisnya. Rambutnya terlihat kusut, wajahnya makin tirus. Tiga hari ini dia sangat sibuk, menangangi pasien-pasienya di Poli rawat jalan. Bergantian jaga di Unit Gawat Darurat, dan merawat Lyana.

Bi Mirna di tugaskan menemani Lyana ketika Anggara sibuk bekerja. Jika sudah selesai urusanya di lantai bawah Anggara selalu menyempatkan untuk mengunjungi Lyana

Tidak ada yang istimewa dari seorang Lyana Putri Hardianto. Hidung yang tidak terlalu mancung, bibir yang tipis, bola mata yang bulat dan rambut yang bergelelombang membuat Anggara terlena. Dia benar-benar di bius oleh ketulusan dan kesetiaan perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu.

"Dok, Dokter Hardianto memanggil anda. " Ujar salah satu staf administrasi itu.

"Oh iya baik. " Anggara bangkit dari duduknya di koridor rumah sakit, sudah malam kenapa Dokter Atmojo masih ada di sini? pertanyaan itu terjawab setelah Anggara datang menemuinya.

Sudah di ruang kepala Rumah sakit Anugerah Sejati.

"Anggara, tolong lepaskan anaku. " Hardianto mendekat dan mengenggam tangan Anggara yang kini berdiri di depanya.

"Aku menyesal, telah memakasanya menikah denganmu. "

"Kenapa?" Anggara mulai paham kemana arah pembicaraan mereka.

"Aku kehilangan putriku yang baik ."

"Aku kehilangan putriku yang manja dan ceria."

"Aku, aku ingin putriku kembali ke rumah." Bisa di lihat dari sorot mata Hardianto, bahwa sekarang dia benar-benar khawatir tentang kondisi Lyana.

Sebenarnya diagnosa Dokter tidaklah lebih dari Veritgo, dan gejala Typus. Namun Hardianto tetaplah seorang Ayah yang pasti sangat mengkhawatirkan putrinya. Namun apa yang tadi pagi dia terima? Anak perempuan satu-satunya kini mulai berubah dan berani memakinya.

Anggara terdiam masih mencerna apa yang akan di ucapkan Pria separuh baya itu.

"Aku akan berbicara langsung dengan Ayahmu setelah kamu setuju. "

Mata mereka bersitatap.

"Kenapa?"

"Tentu karena Aku menyayangi putriku."

"Kenapa tiba-tiba?" Anggara mencela.

"Dokter Anggara yang terhormat, berita perceraianmu yang dulu sudah tersebar di luar sana."

"Lantas? Apa itu membuatmu ragu menyerahkan putrimu kepadaku?" Anggara makin mendekat dan menyudutkan Atmojo ke dinding berwarna coklat itu.

"Aku , aku akan membawa putriku kembali kerumah." ucap Hardianto, suaranya sedikit bergetar.

"Kenapa?" tanya Anggara sekali lagi. Sorot matanya penuh kebencian.

"Aku , a ku sedih putriku membeciku seperti ini ." Mata Hardianto mulai merah, dia ingat betul waktu datang mengunjungi Lyana. Bahkan Atmojo tahu putrinya di rawat dari dia salah satu anak buahnya . Padahal Lyana tahu itu Rumah Sakit tempat Ayahnya bekerja.

Benar, mungkin luka itu akan sembuh seiring dengan waktu, namun tidak dengan bekasnya. Sedalam luka apa yang tertanam, sebanyak apa darah yang keluar luka tetap lah luka.

Satu tahun telah berlalu, cinta seorang anak kepada Ayahnya perlahan memudar, rasa hormat seorang anak kepada Ayahnya mulai terhapus. Seiring rasa sakit yang Lyana terima sewaktu pertama kali menjadi istri Anggara.

Entah cahaya seperti apa yang ada di hati Lyana. Bahkan ketika dia ingin lari dari rumah yang dua empat jam selalu mengukungnya. Lyana berusaha tetap bertahan demi Ayahnya. Sejahat-jahat Ayahnya dia tetap seorang Ayah. Cinta pertama Lyana. Lagi-lagi hanya Lyana hanya bisa berdoa agar Anggara di lembutkan hatinya. Doa yang diucap berulangkali membuat semesta mendukungnya, Tuhan yang membuat Anggara mulai di berikan sifat asih dalam rumah tangganya bersama Lyana seperti sekarang.

"Aku tidak akan melepaskan Lyana ." ucap Anggara lirih di dekat telinga Atmojo.

Anggara berlalu dia segera menemui Lyana, seharian dia di sibukan dengan pasien-pasien yang datang silih berganti tanpa henti.

" Tunggu." Hardianto menyusul Anggara sebelum sampai ke ambang pintu dan menarik lengan menantunya itu.

"Ada apa lagi?" Anggara melelpaskan tangan yang berhasil menyentuh lenganya.

"Anggara, sekali lagi Ayah mohon lepasin Lyana."

Hardianto mulai mempertaruhkan harga dirinya sebagai Kepala Rumah Sakit yang terhormat. Dua telapak tanganya mengatup dan lututnya ambruk kelantai, Dunia akan gempar jika tahu Hardianto Dokter senior sekaligus Kepala Rumah Sakit itu belutut di hadapan Dokter Umur seperti Anggara.

"Berdirilah, Karena sampai kapanpun Aku tidak akan melepaskan Lyana."

"Kenapa ?"

"Karena Lyana sekarang adalah tawananku."

"Karena seorang Ayah telah menukar putrinya dengan harta dan jabatan ini, Aku bahkan jadi tidak tega akan melepaskanya. Kira-Kira akan ditukar dengan apa lagi ya putri cantiknya itu." Anggara mambantu Hardianto berdiri. Ucapan Anggara berhasil merobek dindinh hati Hardianto sabagai seorang Ayah.

Bugh. Anggara menerima satu pukulan keras di pipi kananya. Rahang Pria separuh baya itu mengeras, karena marah. Menantunya sudah mulai berbicara tak sopan bahkan melukai hati Hardianto.

"Cih," Kenapa memukulku? Bukankah itu pilihanmu yang waktu itu memohon dan berlutut di hadapan Ayahku?"

"Harusnya mertuaku yang baik hati ini menolak dan menggagalkan rencana bodohnya waktu itu."

"Sudahlah aku lelah."

Anggara melanjutkan langkahnya yang tertunda . Keluar dari ruangan yang sudah membuat luka di wajah tampanya itu. Baru saja membuka pintu, Anggara melihat sosok yang dia kenali berjalan cepat menuju Lift. Lyana menekan tombolnya dengan tergesa. Anggara langsung berlari dengan cepat mengejar perempuan itu. Sial Lift sudah tertutup.

Anggara mengacak rambutnya, dan berlari menuju tangga darurat setelah mengetahui lantai satu adalah tujuan Lyana sekarang. Kaki panjangnya menuruni satu persatu anak tanga dengan cepat. Mengerahkan semua tenaganya menuruni tangga dari lantai sepuluh ke lantai satu.

Logikanya berhenti saat itu, Padahal bisa saja dia menghubungi pihak security untuk menghentikan langkah Lyana. Namun emosi sudah menguasai hampir seluruh bagian dirinya. Selain Anggara takut akan kodisi Lyana yang belum pulih betul, Dia juga takut Lyana mendengar obrolannya barusan dengan Hardianto.

"Sial, seberapa banyak yang dia dengar." Anggara tetap melanjutkan langkah kakinya yang baru sampai lantai empat.

Hah. Anggara mencoba mengontrol detak jantungnya yang berdebar kencang seirama nafasnya yang memburu. Kakinya masih kuat bahkan untuk menuruni sepuluh lantai lagi mungkin. Anggara yang setiap hari berolah raga walaupun hanya berjalan kaki atau sekedar berlari membuat staminanya tetap terjaga. Seperti sekarang, kakinya masih menuruni satu persatu dengan cepat dan hati-hati tentunya.

Dua lantai lagi, Ayo semangat Anggara !

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!