Kayla terkenal sebagai ratu gelud di sekolah-cewek tempramen, berani, dan udah langganan ruang BK. Axel? Ketua geng motor paling tengil sejagat raya, sok cool, tapi bolak-balik bikin ortunya dipanggil guru.
Masalahnya, Kayla dan Axel nggak pernah akur. Tiap ketemu, selalu ribut.
Sampai suatu hari... orang tua mereka-yang ternyata sahabatan-bikin keputusan gila: mereka harus menikah.
Kayla: "APA??! Gue mending tawuran sama satu sekolahan daripada nikah sama dia!!"
Axel: "Sama. Gue lebih milih mogok motor di tengah jalan daripada hidup seatap sama lo."
Tapi, pernikahan tetap berjalan.
Dan dari situlah, dimulainya perang baru-perang rumah tangga antara pengantin paling brutal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 17
Kayla menatap jam dinding dengan wajah masam. Malam makin larut, tapi Bu Ami tak kunjung datang. Ia menghela napas panjang, lalu menoleh kesal ke arah Axel.
"Ibu lo mana sih?" ucapnya, nada suaranya sudah jenuh.
Axel masih fokus menatap layar ponselnya, jari-jarinya sibuk memainkan game.
"Kalo mau pulang, pulang aja," ucapnya datar tanpa menoleh.
Kayla mendengus, frustasi.
"Lah, mana bisa anjir. Nanti ibu gue ngomel-ngomel... ngantuk lagi," keluhnya sambil mengacak-acak rambut, wajahnya benar-benar ingin tidur.
Tiba-tiba, Axel melempar sebuah hodie ke arahnya. Kain itu tepat mengenai wajah Kayla.
"Pake hodie gue, dingin," ucap Axel santai.
Kayla langsung menyingkirkan hodie itu dari mukanya.
"Pelan, anjing!" bentaknya kesal.
Axel hanya nyengir kecil.
"Sorry, kebiasaan," jawabnya tanpa melepas pandangan dari game.
Kayla akhirnya menyerah, lalu menelungkup di ujung kasur.
"Gue ngantuk, mau bobo," gumamnya lemah.
Tak lama, ponsel Axel bergetar. Notifikasi dari Bu Ami masuk:
“Mamah ngga datang malam ini, ada urusan. Kayla masih di situ kan?”
Axel menjawab singkat.
"Ya," balasnya.
Beberapa menit kemudian, Axel ikut menguap. Matanya berat, sampai akhirnya ia terlelap, meninggalkan suara napas teratur.
Pagi hari, Kayla terbangun dengan wajah kusut. Badannya terasa pegal-pegal tidur di ujung kasur.
Tak sadar saat tidur tangan nya memegang tangan axel,saat ia sadar ia mendorong nya sambil berkata "Najis."
Ia langsung menuju toilet untuk mencuci muka, lalu kembali duduk sambil memainkan ponselnya.
Axel sebenarnya sudah bangun, tapi pura-pura tertidur. Pipinya terasa panas karena malu kalau harus menatap Kayla pagi-pagi begini.
Kayla melipat tangan di dada, menatapnya tajam.
"Bangun lo, gue tau lo udah bangun," ucapnya ketus.
Axel terpaksa membuka mata, menguap kecil.
"Bu Ami datang jam berapa hari ini?" tanya Kayla ketus.
"Ngga tau," jawab Axel singkat, malas.
Kayla menggeram, lalu berdiri sambil mencakar rambutnya sendiri.
"Aish, shiball! Gue mau pulang!"
Axel menoleh, nada suaranya ketus.
"Anter gue ke toilet dulu, baru lo pulang."
Kayla menghela napas panjang, wajahnya cemberut. Meski kesal, ia tetap membantu Axel berjalan.
Setelah kembali membaringkannya, ia melipat tangan di dada.
"Kaki lo bakal sembuh lagi kan?" tanyanya, nada penuh sarkas.
Axel menatapnya heran.
"Iya lah, kenapa?"
Kayla mendengus.
"Ya gue ogah kalo harus rawat lo kayak gini. Males banget."
Axel melotot, nada suaranya tegas.
"Siapa juga yang mau dirawat lo? Gue juga masih bisa bayar perawat."
Tak lama, makanan rumah sakit datang. Kayla menatap axel dengan tatapan menyebal kan.
Ia tersenyum miring melihat axel kesusahan makan.
"Lo liatin gue kayak gitu anjing mau lo?" Ucap axel sambil membanting sendok nya karna kesal.
"Haha, lucu anying liat lo menderita kayak nya gue harus party dech."
Ucap kayla sambil ngakak dan bertepuk tangan.
"Puas lo bangsat liat gue kayak gini."balas axel.
"Puas banget axel."ucap kayla sambil terkekeh geli.
Aksel emosi dada nya turun naik menahan nya.
"Sini gue suapin," ucapnya ketus.
Axel menatapnya curiga.
"Ikhlas ngga lo? Kalo ngga, ngga usah."
Kayla menatapnya tajam, wajahnya jelas muak.
"Jangan manja, anjing. Ngga suka gue liatnya. Gelai," semprot Kayla.
Axel menghela napas, akhirnya menurut. Ia makan dengan diam.
Selesai makan, Kayla menatapnya sinis.
"Telpon ibu lo. Datang jam berapa, tolol?" bentaknya.
Axel menurunkan sendok, lalu menatap Kayla dingin.
"Gue sembuh... liatin aja lu ya, abis lo, Kay," ucapnya sambil membuka ponsel.
" Ouh ya gue tunggu mas axel." Ucap kayla sambil tersenyum nakal.
Tak lama, Bu Ami memberi kabar lewat telepon.
"Bentar lagi, ini lagi di jalan," ucapnya.
Axel menoleh ke Kayla.
"Bentar lagi katanya," ucapnya singkat.
Kayla mendesah, lalu duduk kembali.
"Ya udah, gue di sini bentar lagi," gumamnya.
Beberapa menit kemudian, Bu Ami masuk dengan senyum lebar.
"Maafin ibu ya, Kayla. Kemarin itu ibu pilih baju pengantin sama ibu kamu," ucapnya ceria.
Kayla terdiam sejenak, dalam hatinya berkata: Ya ampun, kirain kemana...
Ia tersenyum tipis.
"Ya udah, Bu. Saya pamit ya," ucapnya sambil mencium tangan Bu Ami.
"Makasih ya, Kayla. Nanti cobain bajunya ya, udah ada di rumah kamu," ucap Bu Ami sambil tersenyum hangat.
Kayla menoleh ke arah Axel, lalu mendelik tajam.
"Ya, Bu... Xel, gue balik ya," ucapnya cepat.
Sesampainya di rumah, suasana penuh hiruk pikuk. Banyak orang sibuk membuat kue. Ibu Kayla terlihat mengoven adonan sambil tersenyum.
"Kay, cobain bajunya ya," ucap ibunya sambil tetap fokus pada oven.
Kayla menguap panjang.
"Iya, nanti aja. Ngantuk," jawabnya lalu masuk kamar dan langsung tidur.
Sore harinya, ia terbangun. Suasana rumah makin ramai dengan saudara-saudara yang membuat hidangan. Kayla hanya berguling di kasur.
"Akh, malas keluar," gumamnya.
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat familiar. Ibu Revan datang, ikut membantu di dapur.
Kayla spontan keluar kamar, wajahnya berbinar.
"Mamah!" serunya bahagia.
Ibu Revan tersenyum hangat, lalu mengelus rambut Kayla.
"Kayla... kamu cantik sekali, pengantin," ucapnya lembut.
Kayla tersipu, lalu mencium tangan ibu Revan. Rumah seketika dipenuhi canda tawa, semua orang sibuk menyiapkan acara.
Hingga malam tiba, para sodara pun pamit pulang.
Di dapur, Bu Wida menatap anaknya.
"Kamu ngga temui Axel?" tanyanya pelan.
Kayla cemberut, wajahnya lelah.
"Males akh... cape. Ngga bisa tidur, dingin," keluhnya.
"Tapi kasian loh, Bu Ami. Gimana kalo dia sakit?" ucap Bu Wida lembut.
Kayla langsung memotong cepat.
"Biarin."
Ponsel Kayla tiba-tiba berdering. Ia buru-buru masuk kamar, mengunci pintu, lalu membungkus dirinya dengan selimut. Begitu melihat layar, wajahnya langsung sumringah: Revan.
"Hay," sapa Kayla sambil tersenyum, menerima video call.
"Lagi dimana?" tanya Revan, wajahnya sedikit lelah tapi penuh rindu.
"Kamar," jawab Kayla singkat.
Revan mengerutkan kening.
"Kok gelap?"
Kayla terkekeh.
"Dalam selimut," jawabnya.
"Ouh, gitu..." Revan tersenyum kecil.
Kayla tersenyum manis.
"Tadi mamah kamu di sini," ucapnya dengan nada ceria.
Revan menaikkan alis.
"Kamu?" ucapnya sambil terkekeh.
"Iya, kamu," jawab Kayla manja.
"Ngapain mamah?" tanya Revan.
"Bantu bikin kue," jawab Kayla sambil tersenyum.
"Ouh iya... udah dekat ya," ucap Revan dengan senyum hangat.
Obrolan mereka mengalir, penuh canda kecil. Hingga akhirnya, mata Kayla terasa berat. Ia pun terlelap dengan senyum, sementara video call masih tersambung.