NovelToon NovelToon
Suamimu, Masa Laluku

Suamimu, Masa Laluku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Hamil di luar nikah / Cintapertama / Trauma masa lalu / Konflik etika
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: SUNFLOWSIST

Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. KESADARAN NAYA

"Kami memang salah tuan. Maafkan kami, kami menyesal." ucap suster itu dengan berlinang air mata. Tubuhnya bergetar ketakutan melihat kemarahan Wira yang meledak - ledak.

Tangan Wira mengepal kuat. Nafasnya memburu. "Menyesal katamu? Apa dengan kata penyesalanmu bisa menyembuhkan pasien itu? Kalian bertiga sudah menghancurkan masa depan seseorang. Dan kalian hanya bisa berkata menyesal? Gila.. Kalianlah yang gila. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harusnya kalianlah yang mendekam dirumah sakit jiwa." ucapnya dengan kilatan matanya yang merah.

"Rendra aku ingin kau memecat ketiga orang ini. Karena kalau dibiarkan bisa jadi suatu saat nanti hal itu akan terulang lagi."

"Jangan tuan ... Jangan pecat kami. Kasihani kami tuan.." suara tangisan mereka memenuhi ruangan itu.

"Memang atas dasar apa kalian melakukan semua hal ini?" ucap Rendra dengan nadanya yang dingin.

"Ehmm..Waktu itu kami sedang membicarakannya, dan tanpa kami sadari dia sudah terbangun dan langsung menyerang kami. Kami hanya ingin memberinya pelajaran. Tolong maafkan kami tuan. Kami ingin tetap bekerja disini."

Rendra hanya bisa menghela nafas panjangnya. "Baiklah aku tidak akan memecat kalian. Tapi aku akan meneruskan kasus ini ke pihak yang berwajib. Biar ada efek jera untuk kalian bertiga. Sekarang juga kalian tinggalkan ruanganku." ucap Rendra dengan nada yang dingin.

"Tapi tuan.. Kami mohon... jangan panggil polisi.. Kami mengaku salah."

Beberapa saat kemudian, Security pun menyeret mereka keluar dari ruangan Rendra.

"Kenapa tidak sekalian kamu pecat saja sampah seperti mereka? Ingat Rendra, masa depan rumah sakit ini sedang dipertaruhkan."

"Pikir belakangan saja. Aku sudah ditunggu di apartemen malam ini. Aku mau melanjutkan sesuatu yang tertunda tadi." ucapnya dengan senyum mesumnya sembari meninggalkan Wira sendirian di ruangan itu.

"Astaga.. Sialan.. Aku jauh - jauh datang dari jakarta malah ditinggal pergi olehnya." Diambilnya tas dan berkas Naya di dalam ruangan itu. Ia pun bergegas kembali menuju ke Jakarta.

* * *

POV WIRA

Malam itu udara begitu dingin mencekam. Angin berhembus dengan begitu kencangnya. Menusuk hingga ke tulang bagian terdalam. Perlahan aku mengerjapkan kedua mataku, mengerjapkan secara perlahan. Mencari kesadaranku sepenuhnya.

Sekelebat bayangan wanita mendatangiku.

"Sayang... Kaukah itu? Kau kesini lagi? Aku senang kau datang menemuiku lagi... Aku sangat merindukanmu." Kutarik tubuh ramping itu ke dalam pelukanku. Aku menangis sejadi - jadinya dalam pelukan itu. Pelukan hangat yang selalu aku rindukan. Sebuah pelukan yang mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan di saat yang bersamaan.

Perlahan tangan halus itu menyentuh wajahku dengan penuh kelembutan. Hingga akhirnya berhenti di bibirku.

CUP...

Sebuah kecupan yang begitu hangat mendarat dengan sempurna di bibirku. Sebuah kecupan yang selalu aku rindukan selama ini. Sebuah kecupan yang hampir terlupakan semenjak kepergiannya.

"Aku bukan istrimu mas. Aku Naya.... Innaya Azzahra" ucapnya dengan senyum penuh kelembutan..

Hah... Hah.. Hah...

Nafas Wira terengah.. Dilihatnya sekeliling ternyata sepi, tidak ada siapapun di dalam kamarnya. Ia pun menghela nafas lega.. ternyata itu semua hanyalah mimpi. Sebuah mimpi yang terasa begitu nyata. Diusapnya bibirnya dengan perlahan, seolah meresapi sisa dari mimpi yang barusan ia alami.

"Rasanya begitu lembut dan manis."

"Hah... Sial. Kenapa semua terasa begitu nyata? Sepertinya aku sudah terlalu jauh berurusan dengan wanita itu. Fokus.. Fokus Wira... Tujuanmu hanya satu. .. Bahagia." umpatnya dengan begitu kesal.

* * *

Pagi yang begitu indah...

Langit biru dengan kabut tipis menghiasi langit. Sinar matahari masih malu - malu, enggan menampakkan sinarnya. Semilir angin yang berhembus menggoyangkan dahan pepohonan menyebabkan embun menetes membasahi tanah yang kering. Kicauan burung yang hinggap di dahan seolah mampu memecah kesunyian di pagi ini.

Aku berjalan diantara lorong - lorong panjang di dalam rumah sakit itu. Sebuah tempat yang mengasingkanku dari dunia luar. Dari hiruk pikuknya keramaian. Namun disaat yang bersamaan aku merasakan ketenangan disini. Itulah yang aku rasakan setelah hampir dua bulan ini berada di tempat ini. Waktu berjalan dengan begitu cepat, namun hanya aku yang tertinggal dalam masa laluku.

Sebuah suara yang membuyarkan ketenanganku.

"Bermainlah di taman. Ingat jangan buat keributan. Dan jangan mencoba kabur dari sini."

Sebuah suara yang selalu terngiang - ngiang ditelinga. Suara yang sama dan orang yang sama. Dia adalah suster Ika. Suster yang rutin setiap pagi membawaku ke taman menghirup udara segar.

Perlahan ku rentangkan tanganku, ku hirup udara segar guna mengisi paru - paruku. Begitu menenangkan. Angin yang berhembus seolah menyibakkan rambutku secara alami.

Tanpa aku sadari, dari kejauhan seseorang menatapku dengan penuh arti. Sorot matanya tajam dan penuh intimidasi seolah aku adalah mangsanya.

"Ayo waktunya makan... Habiskan makanan kalian"

Satu persatu nampan berisi sarapan pagi ini dibagikan. Sebuah menu nasi goreng seafood yang cukup menggiurkan dan susu coklat hangat. Aku ambil satu sendok dan mencoba mencicipinya.

Namun sayangnya baru satu sendok masuk ke dalam mulutku, aromanya terasa menyengat menusuk hidungku. Membuat perutku bergejolak dengan begitu hebat.

Huek.. Huek..

Aku memuntahkan semua makanan itu. Kepalaku berdenyut nyeri. Sayup - sayup aku mendengar langkah kaki berlari menuju ke arahku.

"Innaya.. kau tidak apa - apa?" ucapnya dengan nada paniknya.

Lagi - lagi seorang pria dengan jubah putihnya berusaha menolongku. "WIRA". Sebuah nama yang tersemat di jubah putih itu. Hingga beberapa saat kemudian aku tidak sadarkan diri dalam dekapan pria itu.

Tubuhku seolah melayang, saat Wira menggendongku ala bridal style. Tangannya yang kekar mendekapku dengan penuh kehangatan.

Perlahan aku mulai membuka mataku. Kulihat sekitar, ruangan tertata bersih dan rapi. Di hadapanku berdiri seorang pria bernama Wira. Pria yang selalu ada buatku dalam keadaan apapun.

"Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan?" ucapnya dengan begitu panik.

"Lapar.... " satu kata yang aku ucapkan pada percakapan kami untuk pertama kalinya.

Dokter Wira tersenyum lembut kepadaku. "Apa yang ingin kamu makan?" tanyanya dengan penuh kesabaran.

"Ice cream."

"Baiklah..."

Dibukanya kulkas yang berada di sudut ruangan itu. Seketika mataku berbinar melihat tumpukan ice cream di dalamnya. Dibukanya satu ice cream itu dan diberikannya kepadaku.

Aku pun memakannya dengan begitu lahap. Hingga tanpa aku sadari, bibirku belepotan dengan sisa ice cream. Perlahan jemari tangannya mengusap bibirku dengan penuh kelembutan.

Tatapan kedua mata kami bertemu. Sorot mata itu menatapku dengan teduh, bukan dengan hasrat seperti yang dilakukan Devan kepadaku. Aku pun terdiam beberapa saat seolah menikmati apa yang telah ia lakukan. Sepintas kenangan masa laluku saat bersama dengan Devan itu kembali muncul.

"Tidak... Kamu bukan Devan. Kamu bukan Devan... "

Tanganku menutup kedua telingaku. Tubuhku bergetar begitu hebat. Nafasku tercekat. Sesuatu yang berat seolah menghujam diriku dengan begitu keras.

Sakit ...itulah yang kurasakan. Seolah aku tertampar dengan begitu keras akan kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa Devan sudah tidak ada dalam hidupku lagi. Kenyataan bahwa kini aku sendiri dan harus berjuang sendiri untuk bayi yang sedang aku kandung.

Tangisku pecah. Air mataku mengalir dengan begitu deras. "Devan kamu jahat... kamu pergi begitu saja setelah apa yang telah kita lalui. Hik.. Hiks.."

Perlahan kedua tangannya memelukku dengan begitu hangat seolah memberikan kekuatan kepadaku untuk bisa melewati semua ini. Untuk pertama kalinya aku bisa bercerita, berkeluh kesah mengungkapkan semua kesedihanku dalam keadaan sadar.

"Menangislah jika itu bisa membuatmu lega.. Ceritakan semua beban yang ada di pundakmu. Jangan tanggung semua itu sendirian. Ingat... Ada aku yang menemanimu disini." ucapan dokter Wira begitu menenangkanku.

Untuk pertama kalinya aku merasakan pelukan hangat dari seorang pria dan itupun selain Devan. Namun dari sini aku mulai sadar, ada jarak yang harus aku batasi dan ada juga rasa yang harus aku hindari..

CINTA....

Perasaan yang ingin aku hapus dalam hidupku. Perasaan yang membuat hidupku berantakan. Perasaan yang membuatku menyesal untuk merasakannya meskipun itu untuk yang pertama kalinya. Kepercayaanku tentang cinta seolah musnah begitu saja.

Seketika perutku terasa kram.. Keringat dingin membanjiri tubuhku. "Perutku ... Sakit dok." ucapku dengan nafas tertahan.

"Berbaringlah.. jangan banyak bergerak dulu. Aku akan segera memanggilkan dokter."

"Suster Ika tolong panggilkan dokter Laras untuk segera kemari." ucap dokter Wira dengan penuh ketegasan.

Dokter Wira kembali mendekatiku. Duduk di tepi ranjang. Perlahan tangannya terulur mengelus perutku.

"Hai nak... Kamu bertahan ya.. ibumu sedang menantikanmu. Berjuanglah.." ucapnya penuh kelembutan. Dan anehnya selang beberapa menit kemudian perutku terasa lebih membaik. Entahlah.... Sihir apa yang diucapkan oleh dokter itu, atau bisa jadi bayi yang aku kandung sedang merindukan figur seorang ayah.

"Astaga Wira.. Jadi kamu menyuruhku cepat - cepat kesini hanya untuk melihatmu berduaan dengan wanita gila ini?" ucapnya dengan begitu lantang.

Sebuah suara dari arah pintu kamar yang memecah keheningan di tengah suasana itu. Dia adalah dokter Laras. Dokter kandungan yang menanganiku beberapa waktu yang lalu.

"Laras.. jaga ucapanmu. Tidak sepantasnya kau berbicara seperti itu di depan pasien. Kau ini seorang dokter, laras. Dimana etikamu?" ucap dokter Wira dengan penuh penekanan.

Dokter Laras mendatangiku. Ia tetap profesional menjalankan tugasnya untuk memeriksaku. Namun wajahnya sangat tidak enak untuk dipandang. Kedua matanya menatapku tajam. Kilat permusuhan jelas terlihat disana.

"Baru dua bulan aku pergi seminar di Surabaya, tapi seenaknya dia merebut posisiku. Aku yang lebih mengenalmu dulu Wira. Bukan dia. Sedikitpun dia tidak pantas bersanding denganmu." ucap Laras dengan emosinya yang meledak - ledak.

Tangan Wira mengepal kuat. Sorot matanya tajam. "Ini tidak ada hubungannya dengan kita. Lagipula diantara kita tidak pernah terjalin hubungan apapun. Jadi terserah aku mau dekat dengan siapa. Itu urusanku."

Dilemparkannya alat medis yang dipakainya untuk memeriksaku ke sembarang arah. Laras pun pergi begitu saja dari hadapanku sebelum selesai melakukan pemeriksaan.

Wira hanya bisa menghela nafasnya berat. "Ayo.. Aku akan mengantarmu ke poli kandungan langsung. Kita ganti pemeriksaan ke dokter yang lain." ia pun menggendong dan mendudukkanku di kursi roda. Dengan penuh kesabaran dan perhatian ia merawatku.

* * *

"Kek.. Kakek... Kek... Kakek dimana?"

Embun begitu bersemangat pulang sekolah hari ini. Dengan selembar kertas ditangannya ia berlari memasuki ruang tamu rumahnya. Rona kebahagiaan jelas tercetak diwajahnya yang manis.

"Ada apa Embun? Kakek masih bisa dengar jelas kedatanganmu, tidak perlu berteriak seperti itu." ucap kakek dengan penuh keheranan.

"Coba kakek lihat ini. Aku dapat beasiswa kuliah mode di Paris kek. Dan disana aku akan magang langsung di perusahaan mode internasional." ucapnya dengan penuh bahagia.

"Benarkah itu? Terima kasih Tuhan.. " ucap sang kakek dengan penuh haru dan rasa syukur yang mendalam.

"Kek... Sebelum berangkat ke sana, apa bisa aku mengunjungi kakak? Sudah hampir dua bulan kita belum berkunjung ke tempat kakak. Aku sangat merindukannya... " ucapnya dengan nada sendu.

1
rokhatii
hedeh main nyosor aja Devan
rokhatii
suster kok gitu sih
mama Al
pasti Devan
Rahma Rain
jangan sampe ya.. jangan plis.. 🙏
Rahma Rain
oalah.. kan akhir nya ketemu sama embun.
mama Al
salah sendiri kenapa di tinggalkan
Rahma Rain
percaya diri sekali anda ya
Rahma Rain
kenapa harus bersikap murahan seperti itu sih
Wida_Ast Jcy
cepatan donk pergi cari naya van
Wida_Ast Jcy
siapa blg naya. gk baik bicara begitu... asalkan kita mau berubah
Shin Himawari
sesama memiliki kisah masa lalu semoga jadi awal yg bagus ya
Shin Himawari
kekk tanya pendapat Innaya dulu harusnya
Drezzlle
Laras di novel ini lebih gila 🤣🤣🤣
Drezzlle
Telat bang, kenapa nggak dari tadi 😭
kim elly
pada gila mereka
kim elly
lo dokter apa LC sih masa dokter merokok
kim elly
🙄🙄knp ada apa ini kok mencurigakan
kim elly
jangan gitu naya
Mutia Kim🍑
Huussshh pergi sana, ganggu aja heran
Mutia Kim🍑
Bentar lg ponakan online lahir🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!