Sepuluh mahasiswa mengalami kecelakaan dan terjebak di sebuah desa terpencil yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Dari sepuluh orang tersebut, empat diantaranya menghilang. Hanya satu orang saja yang ditemukan, namun, ia sudah lupa siapa dirinya. Ia berubah menjadi orang lain. Liar, gila dan aneh. Ternyata, dibalik keramah tambahan penduduk setempat, tersimpan sesuatu yang mengerikan dan tidak wajar.
Di tempat lain, Arimbi selalu mengenakan masker. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa masker selalu menutupi hidung dan mulutnya. Jika sampai masker itu dilepas maka, dunia akan mengalami perubahan besar, makhluk-makhluk atau sosok-sosok dari dunia lain akan menyeberang ke dunia manusia, untuk itulah Arimbi harus mencegah agar mereka tidak bisa menyeberang dan harus rela menerima apapun konsekuensinya.
Masker adalah salah satu dari sepuluh kisah mistis yang akan membawa Anda berpetualang melintasi lorong ruang dan waktu. Semoga para pembaca yang budiman terhibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - MASKER - Pesan Untuk Sang Anak
‘Anakku ... saat kau membaca surat ini, mungkin usiamu sekitar 17 tahunan, dan sudah saatnya kau mengetahui asal – usulmu. Ibu berharap, saat kau membaca surat ini, ibu bisa berada di sisimu. Bersama membaca, menyanyikan kidung atau tembang dan menjalani hidup ini sebagaimana mestinya. Keluarga pada umumnya. Ibu tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi, ibu melakukan semuanya itu hanya demi untuk keutuhan keluarga kita.
Ibu menunjuk Zahra yang kala itu masih muda untuk merawat dan mendidikmu agar menjadi anak yang berguna bagi sesama, sementara, ibu harus mencari Ayahmu yang saat itu tengah berjuang mengusir bangsa asing dari negeri ini. Mustahil rasanya jika ibu harus mengajakmu berpetualang kesana – kemari untuk menemukan ayahmu yang entah dimana keberadaannya. Ibu kasihan denganmu, nak ... jadi, ibu harap kau bisa memaafkan ibu. Tapi, ibu berjanji dimanapun kau berada ... ibu pasti bisa menemukanmu. Dan ibu tak ingin menemuimu sendirian melainkan ayahmu turut serta agar kau mengenalnya dengan baik sebagai orang tua kandungmu. Demi masa depanmu, ibu akan memperjuangkan itu, untuk KEUTUHAN KELUARGA KITA.
Ibu minta, baik – baiklah kau dengan Zahra, hendaknya kau sudi menganggap dia sebagai ibumu juga. Ibu juga pernah mendengar, Zahra bercita – cita untuk mengabdikan diri pada masalah kemanusiaan, sebuah tujuan yang mulia bukan ? Jadi, jika kelak tujuannya tercapai, sudilah kau membantunya pula. Kini kau bebas bersikap, menentukan hendak menjadi apa di masa – masa mendatang dan ibu akan senantiasa mendukungmu asal jalan yang pilih benar adanya. Anakku, ibu mungkin tidak bisa melihatmu tumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang cantik jelita nan anggun. Akan tetapi, jika YANG MAHA KUASA berkehendak lain, kita pasti bertemu dan berkumpul kembali.
Arimbi, anakku ... kau tahu betapa istimewanya kau. Sebagian besar orang akan takut dengan keadaanmu yang menurut mereka aneh. Tapi, kau tak perlu berkecil hati atau merasa terkucil, sebab ... itulah dirimu yang sesungguhnya. Itu adalah warisan kakekmu. Ki Djojo Diningrat. Mungkin penampilanmu akan sedikit berbeda dari gadis – gadis seusiamu atau gadis – gadis yang lain, memang, mungkin sedikit tersiksa dengan segala sesuatu yang kau rasakan, kau lihat ataupun kau dengar dan kau cium. Tapi, sebenarnya semua itu nantinya akan terbiasa, kau hanya perlu mengendalikannya.
Berat rasanya menerima segala yang ada di sekitarmu dan aneh; kau tahu sewaktu ibu juga merasakan hal yang sama, ibu mengurung diri di kamar menutup mata dan telinga, menyembunyikan diri di balik selimut ... semakin ibu menghindar hal – hal aneh tersebut semakin mendekat dan menghantui sepanjang hari bahkan seumur hidup. Maka, atas saran kakekmu dan kakek gurumu KI SENTONO, ibu harus menghadapinya. Butuh waktu yang cukup lama untuk terbiasa dengan keadaan itu, tapi, ibu belajar bagaimana cara mengendalikannya. Jadi, ibu harap kaupun bersikap demikian.
Orang – orang menyebut kita cenayang / indigo atau sejenisnya dan ibu yakin di masa – masa mendatang, kita tidak sendirian. Jumlah kita akan terus bertambah, mereka lebih suka menyendiri daripada hidup berkelompok. Ketahuilah, sedari masih kecil indera penciumanmu begitu tajam, kau seringkali menangis sekeras – kerasnya hingga ibu bingung, kakekmu menyarankan agar sebelum tidur hendaknya membasuh wajahmu dengan air hingga berumur 1 bulan. Tapi, kini kau tak memerlukan air tujuh warna, kau cukup menutup hidung dan mulutmu dengan masker selama kau masih belum bisa mengendalikan bakat istimewamu itu. Ibu hanya bisa memberi pesan : jika kau memang mengenakan masker, jangan sekali – kali melepas maskermu itu sebab, bisa menyeretmu ke dalam jurang penderitaan yang ada di sekitarmu. Mungkin salah satu dari mereka yang jahat akan memanfaatkanmu untuk mengacaukan alam semesta dan jiwamu akan tersesat ke dimensi lain, berbeda dengan dimensi kita, sulit untuk kembali ke dimensi dimana seharusnya kita berada. Ingat pesan ibu ini baik – baik.
Kita adalah berasal dari keluarga yang boleh dibilang cukup mampu, tapi, janganlah sombong sebab, itu semua merupakan titipan semata. Oh,ya ... sebenarnya kau memiliki nenek di Jepang RIA TAKANO. Beliau memiliki seorang anak yang bernama Ukkonawa, boleh dibilang Ukkonawa adalah ibu tirimu. Jika kau ada waktu jenguklah mereka, ibu dengar ibu tirimu memiliki seorang anak bernama Miwako, mungkin usianya hampir sama denganmu. Seorang anak yang cantik, sopan dan menyenangkan, jika kalian bertemu perlakukan dia seperti saudaramu sekalipun ayah kalian berbeda. Ibu yakin, kau akan menyukainya, nak.
Arimbi, anakku ... aku tahu kau sangat merindukan kehadiranku, tapi bersabarlah, sekalipun kita berbeda jarak dan waktu, kita pastilah bertemu kembali, bersatu dan sangat ibu harapkan kau tidak menyalahkan ibu atas apa yang pernah ibu lakukan sewaktu kau masih bayi, semuanya itu demi keutuhan keluarga kita. Ibu sangat menyayangimu, rela melakukan apa saja demi kebahagiaanmu ... kebahagiaan kita bersama. Saat ibu sudah menemukan ayahmu DJAKA SWALAYA, ibu akan kembali di sisimu. Maafkan ibu, ya, nak ...
RARA UTARI SWALAYA AYUNINGTYAS'