Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Gus Kais meminta Maaf.
Zakia memasuki kediaman rumah mertuanya, ia membawa buku-buku yang Uminya pesan di bantu oleh Ustadz Hisyam.
"Loh kok kamu Syam? kemana Kais?" ujar Umi heran melihat Ustadz Hisyam yang membantu Zakia.
Bu Nyai kaget, melihat wajah Zakia sembab matanya juga nampak bengkak, terutama pipa kirinya nampak memar merah.
"Ya Allah Kia, kamu kenapa Nak?" Bu Nyai nampak khawatir
Rasa-rasanya Ustadz Hisyam ingin buka mulut kalau itu semua adalah ulah pacar anaknya, yang berani-beraninya menampar Zakia.
"Tidak apa Umi, tadi tiba-tiba gigi Kia sakit." Umpat Zakia berbohong pada Umi Salimah.
"Sakit gigi kok sampai memar gitu sih Ya- Allah. terus suami mu kemana? Kenapa kamu malah pulang sama Ustadz Hisyam?" Umi meminta Zakia duduk setelah Ustadz Hisyam pamit hendak ke kantor Diniah.
Zakia terdiam sejenak bingung harus mengatakan apa? karean Gus Kais pergi dengan wanita lain.
Umi menunggu jawaban Zakia, sambil mengompres pipi Zakia yang memar, rasa-rasanya Umi sedikit tidak yakin kalau ini adalah sakit gigi.
"Apa Umi telfon Kais saja yah, sebaiknya kamu dibawa kerumah sakit."
"Tidak apa Umi, Kia ngak papa, nanti juga sembuh." Kia menganggap enteng padahal sedikit ujung bibirnya sampai mengeluarkan darah.
Hari sudah nampak sore, namun Gus Kais belum juga pulang, Umi yang nampak khawatir menemani Zakia Istrahat di dalam kamar, karena badan Zakia tiba-tiba saja panas, mungkin karean ia merasa syok.
Keluar dari kantor Diniah, entah mengapa Ustadz Hisyam merasa kesal, hatinya nampak sakit melihat Zakia di acuhkan Gus kais, ia yang melihat Gus Kais baru saja pulang langsung menghadangnya.
"Kais tunggu..." Pekik Ustadz Hisyam dengan mata tajam.
Beruntung disana tidak ada orang, hanya mereka berdua saja. "Ada apa Syam, bagimana aman kan! kamu ataupun Samsudin tidak memberitahukan pada Abah atau Umi kan?" Ucap Gus Kais tampa rasa bersalah.
Bukkkk.....
Satu tinjauan keras menghantam pipi Gus Kais. "Bajingan kamu Kais! berani-beraninya kamu menyakiti Zakia! kalau dari awal kamu ngak suka sama dia harusnya jangan kamu nikahi. Sekarang dia malah kamu siksa ... Bajingan Kamu Bajingan!!..." Ustadz Hisyam memegangi kerah baju Gus Kais kencang, Berkali-kali pukulan ia layangkan.
Matanya menyalang menatap Gus Kais tajam, Gus Kais memegangi pipinya yang begitu nyeri karena terkena pukulan Ustadz Hisyam Berkali-kali.
Para Santri yang kebetulan baru saja selesai mengaji kaget melihat Gus Kais dan Ustadz Hisyam berkelahi, mereka langsung melaporkan itu kepada Bu Nyai dan Pak Kiyai.
Bu Nyai dan Pak Kiyai Syarif langsung menuju TKP, benar saja disana Gus Kais sedang di hajar habis-habisan oleh Ustadz Hisyam.
Umi Salimah dan Abah Syarif langsung menghentikan perkelahian itu. "Astagfirullah'halazim... Sudah jangan bertengkar ada-apa ini ada- apa! kenapa kalian malah ribut disni?" Umi Salimah langsung menegahi.
Ustadz Samsudin juga ikut datang Karean mendengar perkelahian itu, ia memegangi tubuh Ustadz Hisyam kencang. "Sudah Syam jangan begitu malu dilihat orang." kuat-kuat Ustadz Samsudin memegangi Ustadz Hisyam.
"Apa yang terjadi sih?" Kiyai Syarif langsung bertanya pada mereka berdua.
"Tanyakan saja pada putra mu pak kiyai ... kenapa ia malah terus menerus melukai istrinya dan malah memilih melindungi wanita lain, kejadian di toko Marwah tadi begitu pilu, Zakia di tampar oleh seorang Selebriti! dan anak mu ini!" Ustadz Hisyam menunjuk wajah Gus Kais. "Malah diam saja, dan lebih memilih wanita itu ketimbang Zakia yang di tampar!" Pekik Ustadz Hisyam dengan suara Berapi-api.
Mata Bu Nyai Salimah langsung berkaca-kaca, ternyata kecurigaan Bu Nyai sejak sing itu benar terjadi.
"Jika Bu Nyai sama Pak Kiyai tidak percaya silahkan tanya pada Samsudin! saya dan dia melihatnya langsung." sorot mata tajam Ustadz Hisyam tidak lepas dari Gus Kais.
Umi yang sudah curiga langsung membawa Gus Kais masuk kedalam rumah, sementara Kiyai Syarif masih menenangkan Ustadz Hisyam dengan Ustadz Samsudin.
Di dalam rumah Gus Kais sudah nampak ketar ketir melihat Uminya yang sedang marah, nafas Umi Salimah naik turun tidak beraturan, beliau memilki darah tinggi.
Jadi paling tidak bisa jika tidak emosi, di dalam ruangan keluarga Umi Salimah langsung menumpahkan semua kekesalannya pada Gus Kais.
"Tega kamu yah Le, sudah Umi dan Abah berikan kamu kepercayaan kamu malah mengulanginya lagi!" Umi Salimah mengusap wajahnya gusar
"Kais minta maaf Umi..." Gus Kais langsung meraih tangan Umi Salimah, namun langsung di tepis karena Umi Salimah kadung jengkel.
"Umi Kais mohon! Kais minta maaf Umi..." Bahkan Gus Kais langsung bersimpuh di bawah demi mendapatkan maaf Uminya.
"Jangan minta maaf sama Umi! tapi kamu harusnya minta maaf sama Zakia!" Umi membentak Gus Kais, mata Umi Berkaca-kaca, baru pernah ia semarah ini pada anaknya itu.
Bukannya jera Gus Kais malah dendam dalam hatinya. "Baik Umi setelah ini Kais langsung minta maaf sama Kia." Gus Kais pura-pura menunduk sedih.
"Baik! sekarang juga kamu temui Kia ... Umi ngak mau Tahu Cepat!" Usir Umi, menyuruh Gus Kais segera pergi meningalkannya.
Di dalam kamar Zakia sedang berbaring seorang diri di Sofa, sambil memegangi pipinya yang masih nyeri. Zakia tidak tidur hanya saja ia miring sambil merasakan perasaan batinnya.
"Apa aku harus pergi saja? tapi kemana, tidak ada tempat yang nyaman bahkan yang di sebut rumah tempat pelindung saja rasanya sudah seperti puing yang berserakan, sama hancurnya dengan hati ku!" gumam Zakia air matanya kembali jatuh.
Ia memeluk dirinya dalam dekapan selimut, Gus Kais memang tidak menyakiti fisiknya tapi batinnya, dan bodohnya Zakia ia malah merasakan jatuh cinta, apa jika bukan jatuh cinta, saat berduaan Zakia merasakan debaran yang aneh, saat di depan Umi dan Abah Gus Kais. Mengecup pucuk kepalanya pelan, dan mengelus pundaknya, kadang ia merasa di cintai jika sedang bersama Umi dan Abah.
Tapi jika hanya berdua Zakia-lah yang paling lara, tangisannya pecah dalam sembilu. Tapi Zakia percaya seluruh Do'a-Do'a dan tirakatnya pasti akan di dengar yang Maha-Kuasa.
Gus Kais masuk kedalam kamarnya melihat Zakia yang sedang duduk di Sofa ia langsung memintanya bangun. "Zakia bangun aku mau bicara!" suaranya nampak berat, namun Zakia langsung bangun tidak berani menatap wajah Gus Kais.
Namun ia melihat sekilas pipi Gus Kais yang bengkak Zakia langsung menoleh dan bertanya. "Gus apa yang terjadi?" Zakia panik, seketika ia tidak perduli lagi dengan dirinya yang terluka.
Sigap Zakia langsung mengambil P3K di dalam laci paling bawah, Gus Kais juga nampak membiarkan Zakia mengusap lukanya dengan kapas terlebih dulu, ada rasa nyeri saat di hajar Habis-habisan tadi.