Karena terjerat banyak hutang dan kebutuhan yang terus meningkat, Yoko, terpaksa meninggalkan istri tercinta, pergi merantau ke negeri orang.
Satu tahun pertama bekerja, Yoko menjalani pekerjaan tanpa hambatan apapun dan dia bisa menjaga hatinya untuk sang istri tercinta.
Namun, sebuah kejadian mengerikan yang dia alami, membuat Yoko harus terjebak di rumah mewah, yang dihuni janda-janda cantik dan mempesona. Bahkan, Yoko pun diperlakukan sangat istimewa oleh mereka.
Mampukah Yoko bertahan dengan setianya? Atau justru hatinya akan goyah dan dia terjatuh dalam pelukan janda-janda yang mengistimewakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Curiga
Sansan menoleh, matanya menatap lekat pada pria yang sedang mendongak menatap langit malam. Setelah itu Sansan melempar pandangan ke sembarang arah dengan pikiran penuh tanya setelah mendengar isi hati pria di sebelahnya.
"Sejak kapan, kamu merasakan ada perubahan dalam sikap istrimu?" tanya Sansan langsung penasaran.
Wanita itu sedikit berharap agar pria yang baru seminggu bekerja di rumahnya, bisa terbuka tiap kali ada masalah, agar bisa mencari solusi terbaik dan mencegah kesalah pahaman.
"Akhir-akhir ini, sudah hampir satu bulanan. Dia selalu merongrong soal uang. Setiap kali aku tanya baik-baik, dia langsung marah, meledak-ledak dan menuduhku macam-macam."
Sansan kembali tercenung. "Saat ini ada buktinya tidak kalau dia sedang buka usaha?"
"Waktu awal sih ada. Dia selalu kirim foto dan video tentang usaha yang dirintis. Aku juga sudah meminta tolong saudaraku untuk ngecek ke sana dan memang iya, ada usaha warung kecil, bekas usaha ibu mertuaku dulu, tapi isinya kurang lengkap."
Sansan mengangguk sedikit memahami. "Apa kamu tinggal bersama mertua kamu?"
Yoko menggeleng. "Dulu waktu awal menikah, kita memang tinggal bersama orang tua istriku. Namun sebelum saya berangkat ke sini, mertuaku pindah ikut kakak iparku karena dia baru melahirkan. Kalau mertua laki-laki sudah meninggal. Di rumah itu ada bekas warung. Nah, disitulah istriku mencoba merintis usaha warung bekas Ibunya."
"Tunggu, tunggu, tunggu," Sansan agak heran mengetahui fakta yang terselip dari cerita Yoko. "Apa sekarang, istrimu tinggal sendirian?"
"Iya," jawab Yoko singkat.
"Astaga!" Sansan semakin terkejut. Dia merasakan ada yang tidak beres dengan istri pria di sebelahnya. "Kenapa dia malah tinggal sendirian? Apa kamu nggak takut kalau dia kenapa-kenapa?"
"Ya.. awalnya sih agak takut," jawab Yoko. "Tapi mau bagaimana lagi, dia tinggal di rumahku juga nggak mungkin karena jauh dan rumahku banyak orang."
"Ya kan kamu bisa nyuruh saudara dia atau saudara kamu buat nemenin dia."
"Ya nggak bisa, Non. Sodara dia pada merantau semua, sedangkan saudaraku laki-laki semua. Orang tuaku juga memiliki kesibukan sendiri. Kalau jaraknya dekat sih, orang tuaku bisa tinggal bersama istriku. Sayangnya jauh, hampir memakan waktu dua jam kalau mau main."
"Hmm..." Sansan mengangguk sambil bergumam. "Terus, uang kamu yang sudah dikirim buat buka usaha, berapa juta?"
Yoko langsung mengingat-ingat. "Sekitar lima puluh juta."
"Loh, itu kan jumlah kecil, Yok," Sansan agak terkejut begitu mendengar nominalnya.
Yoko lantas tersenyum. "Kalau di sini, uang segitu emang kecil, Non. Tapi kalau di kampungku, uang segitu ya gede banget. Maka itu, saudaraku heran, uang sudah habis banyak, tapi stok barang di warung sedikit banget, nggak lengkap. Ya wajar kan kalau aku tanya pada istriku. Eh, malah dia marah-marah. Apa nggak mengesalkan?"
Sansan kembali tercenung. Namun tak lama setelahnya dia tersenyum dan kembali melempar pandangan ke arah lain.
"Memang susah sih, hubungan jarak jauh kaya gini. Banyak menimbulkan salah paham dan rasa tak percaya. Makanya, aku kagum sama kamu. Sebagai laki-laki, kamu hebat, bisa bertahan sampai sejauh ini."
Senyum Yoko terkembang semakin lebar. Tentu saja dia sangat bangga, dipuji majikannya yang cantik mempesona.
"Apa istrimu tahu, kamu bekerja di rumah yang penghuninya janda semua?" tanya Sansan lagi. Yoko menggeleng. "Kenapa?"
"Lebih baik dia nggak tahu, Non. Aku nggak mau dia semakin mikir yang tidak-tidak. Yang ada, aku malah akan dicurigai mulu."
Sansan kembali tersenyum dan dia sangat mengerti maksud dari pria di sebelahnya.
"Ya sudah, aku masuk dulu," Sansan bangkit dari duduknya. "Kamu juga harus tidur. Jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik selidiki dulu istri kamu."
Yoko mengangguk. Dia pun melepas kepergian sang majikan dengan senyum terbaiknya.
"Seandainya saja kita ketemu, sebelum aku punya istri, pasti kalian akan aku pacari, Non, hihihi..." gumam Yoko lalu dia cengengesan.
Jika dibanding dengan wajah istrinya, tentu saja kecantikan ketiga majikanya jauh ebih unggul. Selain cantik dari sananya, dana ketiga majikannya juga sangat mendukung, jadi wajar jika kecantikan para janda itu membuat Yoko mati-matian menahan hati dan isi celananya.
Yoko hanya bisa berfantasi sejak menyaksikan video ketiga majikannya beberapa waktu yang lalu.
"Kalian belum tidur?" Sansan yang baru saja menaiki anak tangga, nampak terkejut kala matanya menangkap dua sahabatnya sedang duduk bersama.
"Kamu dari mana?" Bukannya menjawab, salah satu dari mereka malah melempar pertanyaaan.
"Habis cari angin, dan tadi ngobrol sama Yoko sejenak," jawab Sansan, dan dia memutuskan bergabung dengan dua teman akrabnya.
"Oh..." sahut Ailin dan Meycan hampir bersamaan.
"Bagaimana? Dia betah kan, kerja di sini?" tanya Meycan.
Sansan mengangguk samar. "Kelihatannya sih betah. Cuma ya itu, dia tidak berani jujur pada istrinya."
"Hah!" seru Ailin. "Kok gitu? Apa alasannya?"
"Yoko tidak mau, istrinya cemburu dan salah paham. Yang istrinya tahu, Yoko kan kerjanya jaga apartemen bareng laki-laki. Eh, kenyataannya malah dia kerja di sini jagain janda. Udah kerja sendirian, eh malah dia harus jagain tiga janda, sudah pasti istri Yoko bakalan ketar ketir kalau tahu."
"Hahahah..." suara tawa pun langsung pecah.
"Istri Yoko pasti cantik banget tuh," celetuk Meycan. "Kalau nggak cantik, nggak mungkin, Yoko sesetia itu pada istrinya."
Sansan mengangguk setuju.
"Tapi, Yoko juga ganteng banget kok," puji Ailin. "Tubuhnya kekar, warna kulitnya eksotis, kumis dan jamban tipisnya bikin dia makin charming. Belum lagi tatto di bahu dan lengannya. Duh, Yoko bener-benar pria sempurna lahir batin."
"Hahaha ... benar," sahut Meycan. "Sayangnya, aku tidak memiliki jiwa pelakor. Coba kalau aku jadi wanita yang suka gatel, udah pasti, aku akan minta Yoko buat garukin."
"Hahaha .... ucapanmu, Non, serem amat," ucap Sansan. "Tapi aku setuju sih sama penilaian kalian. Walaupun Yoko laki-laki biasa, tapi sikapnya lebih berwibawa dalam menjaga perasaan wanitanya."
"Setuju banget. Ditambah lagi kalau lihat Yoko sedang main sama si kembar, aura bapaknya benar-benar hidup. Pasti dia juga sudah pengin punya anak tuh," ujar Ailin.
"Betul," Meycan menimpali. "Beruntung banget yang jadi istrinya Yoko. Dia benar-benar sangat diratukan."
"Tapi aku rasa, istrinya Yoko yang kurang bersyukur deh, Mey," ucap Sansan.
"Kurang bersyukur? Maksud kamu?" tanya Meycan.
"Kamu tahu nggak, kenapa Yoko sering melamun akhir-akhir ini?"
Meycan menggeleng. "Kenapa emangnya?"
"Kata Yoko, akhir-akhir ini, sikap istrinya berubah."
"Hah! Berubah bagaimana?" Meycan nampak terkejut, sedangkan Ailin, memilih diam karena reaksinya sudah terwakilkan oleh Meycan.
"Jadi gini..." Sansan pun langsung menceritakan semua informasi yang belum lama ini dia ketahui.
"Hah! Kok bisa gitu?" Meycan semakin kaget begitu mendengar cerita lengkapnya.
"Ya itu, tadi Yoko cerita kaya gitu."
"Hmm," Meycan manggut-manggut dan dia seperti sedang berpikir.
"Sepertinya, istri Yoko yang tidak setia," terka Ailin.
sama bar barnya lebih frontal ya ☺
lanjut thor 🙏