Update Every day
Qing Lou tak tahu kenapa, ia terjebak di dunia entah apa ini. Dan di paksa melakukan hubungan dengan pria asing, yang katanya akan menikahinya.
mengira itu omong kosong seorang pria, siapa sangka pria itu membawanya..tidak, tidak...lebih tepat menculiknya.
dan ya...
cari sendiri kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NINI(LENI), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"Selir Agung, apakah Anda ingin mandi?"
"Apakah ingin disiapkan makan pagi?"
"Apakah tubuh Anda—"
"Sudah." Qing Lou mengangkat tangan. "Aku ingin mandi."
Para pelayan itu menunduk serempak, terlalu hormat, terlalu kaku, terlalu… menjengkelkan. Melihat semua orang disini hanya mirip boneka yang bisa musnahkan dengan mudah.
ia benci itu...
bahkan gelar baru ini...S E L I R - A G U N G.
hanya bisa menghela nafas dan berdiri, walaupun nyeri itu amat dirasakan tetapi tetap melangkah maju kedepan, mereka mengikuti seperti bayangan. "Kami sudah menyiapkan pemandian bunga mawar untuk Selir Agung," ucap salah satu pelayan sambil mempersilakan.
Qing Lou menghela napas panjang. Ini terlalu berlebihan, bahkan sebuah selir kenapa mirip di gudukan kayak mau gosip, sungguh...
Sudahlah...
Saat ia melangkah ke dalam ruang mandi yang besar, uap hangat dan aroma mawar menyambutnya. Bak mandinya dipenuhi kelopak merah segar dan air berkilau seperti kaca.
ia menyentuh airnya, ternyata hangat dan sangat pas sekali.
"Apa terlalu dingin?" ucap pelayan lainnya.
"Cukup..."
Namun setelah mengatakan itu, para pelayan mulai bergerak untuk membantu melepaskan pakaiannya, Qing Lou langsung menepis.
"Aku bisa sendiri."
"Tapi… Selir Agung, kami dilarang membiarkan Anda melayani diri sendiri, bagaimana..." salah satu pelayan berbisik gugup. "Jika Yang Mulia Kaisar mengetahui—"
"Aku bilang, aku bisa sendiri," ulang Qing Lou, tatapannya tajam dan membuat pelayan itu langsung menunduk.
"Dan... panggil saja namaku. Tidak usah terlalu saat bersamaku." ucapnya.
Para pelayan saling pandang, panik. "Ka-kami tak berani…"
Tapi tatapan Qing Lou membuat mereka menelan ludah dan mundur beberapa langkah, berhenti tepat di luar tirai.
Setidaknya ia bisa bernapas tanpa diawasi, dan bisa memikirkan sesuatu untuk ke depannya itu.
...----------------...
Sementara itu, di istana lotus putih.
Permaisuri berdiri memecah ketenangan ruang kerjanya. Tangannya menggenggam laporan dari mata-matanya hingga kertasnya hampir robek.
"Jadi benar," gumamnya dengan suara dingin. "Kaisar membawa seorang wanita dan bermalam di istana Phoenix… dan bermalam di sana."
Dan pantas saja, istana itu tak pernah niat Kaisar akan memberikan. istana Phoenix selalu menjadi tempat Permaisuri dari sebelumnya, ia pikir karena belum rela kehilangan ibunya...kaisar ingin memgkosongkan, namun siapa sangka.
istana itu sudah dipersiapkan dari awal untuk orang lain, dan untuk apa kaisar menikahinya dengan mendapatkan gelar ini? rasanya percuma...
Mata-matanya gemetar. "B-benar, Yang Mulia. Dan pagi ini, perintah turun. Selir Agung—"
"Selir AGUNG?" Suaranya naik satu oktaf, dingin seperti bilah pisau, yang siap menebas orang di dekatnya.
"Beliau tidak perlu memberikan teh penghormatan pada Permaisuri…"
semua orang terdiam mendengarnya, yang harusnya etika dan tata krama yang selalu di lakukan pada semestinya. kenapa sekarang harus musnah, hanya karena seorang wanita tak tahu asalnya dari mana.
Lalu… menggebrak meja kayu itu dengan kencang.
"Cukup."
Ia bangkit, matanya berkilat seperti api. menatap pelayan yang jadi mata- matanya. "Kau kembali..." Dan wanita itu langsung membungkuk dan berburu - buru meninggalkan ruangan.
Sedangkan pelayan A Zhu yang ada tak jauh sari Permaisuri ning fei, hanya berkata. "Itu memang merusak, apa anda ingin memberi hadiah pertemuan yang mulia?"
Ning fei melihat A Zhu dan tersenyum, memang pelayannya sangat cerdas. "Kamu memang pintar a zhu."
"Aku ingin melihat siapa wanita yang membuat Kaisar lupa tata krama istana, dan memberinya hadiah pertemuan pertama." sambungnya.
Ia melangkah keluar, dengan senyum di bibirnya dan sedang menyiapkan skenario apa yang harus ia lakukan...
...----------------...
Kembali ke istana Phoenix
Setelah mandi, Qing Lou keluar dari bak dan para pelayan dengan hati-hati mendekat, kali ini lebih patuh pada perintahnya tapi tetap takut. Mereka membantu mengeringkan rambutnya, lalu membawa pakaian.
Saat kain selir itu dikenakan padanya, Qing Lou tertegun sejenak.
Gaunnya berwarna merah lembut dengan potongan bahu terbuka, membuat kulitnya tampak lebih pucat dan menonjolkan garis lehernya yang jenjang. Rambutnya disanggul sebagian, sebagian dibiarkan tergerai. Hiasan kepala keemasan berkilau di antara helaian rambut hitamnya.
Ia menatap bayangannya di cermin besar, dengan riasan wajah yang rasanya tak buruk dari perkiraannya, masih termasuk memukau dan membuatnya sedikit menarik gairah pria mesum.
dan mengingatkan pada Lian Zhen, dan merusak moodnya kala itu.
"…Cantik sekali," gumam salah satu pelayan lirih.
Qing Lou sendiri hampir tidak mengenal sosok dalam cermin itu.
Biasanya ia memakai baju sederhana, rambut diikat ekor kuda, praktis untuk bergerak.
Sekarang—ia terlihat bukan dirinya. Ia mengembuskan napas, bibirnya melengkung tipis.
"Aku kelihatan… terlalu menggairahkan."
Para pelayan terdiam, dan menyetujui perkataan itu walaupun tak mengerti apa yang dikatakan oleh Qing Lou kala itu.
Qing Lou tertawa kecil.
"Sial… pria itu pasti sengaja memilihkan ini."
Dan ketika ia hendak melangkah ke meja makan dan hendak makan karena cacing di perutnya menari - menari yang minta di isi.
Suara langkah kaki cepat terdengar dari halaman. Suara yang bukan dari pelayan, bukan dari siapa pun yang datang dengan sopan.
Seorang pelayan menelan ludah, seakan tahu siapa yang datang bukan sebagai tamu tapi penguasa tempat.
"Sepertinya… Permaisuri datang, Sel—Q-Qing Lou."
Qing Lou mengangkat alis, dan hendak memasukkan daging ke dalam mulutnya. Dan akhirnya meletakkan di mangkuknya kembali lalu menatap dengan pelan.
Permaisuri? Datang ke sini? Untuk apa?
Saat pintu geser kayu terbuka dengan hentakan…lebih mirip di dobrak.
Qing Lou langsung tahu jawabannya.
Permaisuri berdiri di ambang pintu. Tatapannya seperti es yang hampir meleleh menjadi lava.
Dan Qing Lou menyadari satu hal, kedatangannya bukan untuk bertegur sapa. melainkan hal yang tak di inginkan dalam memasuki istana.
..._BERSAMBUNG_...