NovelToon NovelToon
Menghapus Senja

Menghapus Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Percintaan Konglomerat / Cintamanis / Romansa pedesaan
Popularitas:206
Nilai: 5
Nama Author: Mia Lamakkara

Akira, cinta masa kecil dan satu-satunya cinta di hati Elio. Ketika gadis itu menerimanya semua terasa hangat dan indah, layaknya senja yang mempesona. Namun, di satu senja nan indah, Akira pergi. Dia tidak perna lagi muncul sejak itu. Elio patah hati, sakit tak berperih. Dia tidak lagi mengagumi senja. Tenggelam dalam pekerjaan dan mabuk-mabukan. Selama tiga tahun, Elio berubah, teman-temannya merasa dia telah menjadi orang lain. Bahkan Elio sendiri seolah tidak mengenali dirinya. Semua bermula sejak hari itu, hari Akira tanpa kata tanpa kabar.
3 tahun berlalu, orag tua dan para tetua memintanya segera menikah sebelum mewarisi tanah pertanian milik keluarga, menggantikan ayahnya menjadi tuan tanah.Dengan berat hati, Elio setuju melamar Zakiya, sepupunya yang cantik, kalem dan lembut. Namun, Akira kembali.Kedatangan Akira menggoyahkan hati Elio.Dia bimbang, kerajut kembali kasih dengan Akira yang perna meninggalkannya atau tetap menikahi sepupu kecilnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Lamakkara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahkan Aroma Akira-pun Lenyap

Elio kembali ke rumah Sofia untuk kedua kalinya, berharap bisa mendapatkan informasi lebih tentang Akira. Kali ini, Sofia ada di rumah, menyambut Elio dengan senyum simpati.

"Sebelumnya, aku perna kesini sama Akira. Apa kamu mengingatku?."

Sofia mengangguk. "Tentu saja aku ingat. Kamu pacarnya, kan? Elio."

Elio tersenyum hambar. "Jadi, ngomong-ngomong, apa kamu tahu keberadaan Akira? dia..."

"Dia pergi?." Tebak Sofia tenang.

"Kamu tahu?." Meski dia tahu Sofia dan Akira bersahabat, dia cukup terkejut bahwa dari sekian banyak orang kenalan Akira, gadis di depannya agak tahu banyak.

"Akira menitipkan sesuatu untukmu, Elio," kata Sofia, membuka laci kcil meja di depannyadan menyodorkannya pada kekasih sahabatnya yang tampak linglung. Amplop kecil orchid itu terasa berat di telapak tangan Elio.

"Apa ini?"

"Surat," jawab Sofia singkat. "Akira bilang, buka kalau kamu sudah siap."

Elio memasukkan amplop itu ke saku, rasa penasaran bercampur haru. Dia pamit pada Sofia, berencana membaca surat itu sendirian.

Esoknya, Elio keluar. Rumahnya sedang sibuk, sepupu sekaligus tetangga Elio akan menikah, dan rumah itu digunakan untuk membuat kue kering bersama keluarga. Elio tidak banyak membantu, lebih memilih menghabiskan waktu di luar, mencari kenangannya bersama Akira sekaligus membaca surat yang diterimanya kemarin.

Di rumah Elio yang sedang ramai, para tamu sibuk dengan tugas yang diberikan Jennang, tukang masak acara yang di sewa keluarga Ernest untuk acara nikahan Elisa, sepupu Elio. Sebagai rumah keluarga yang bertetangga, rumah Elio menjadi tuan rumah kedua. Disinilah mereka membuat kue untuk para tamu.

Di desa, sudah jadi kebiasaan para tetangga turun rembuk membantu yang punya hajatan membuat semua persiapan acara, para gadis tidak terkecuali. Tissa dan Amelia juga datang termasuk Julia.

"Elio kok nggak keliatan? Nggak ada di rumah, ya?." Julia memberanikan diri bertanya. Sejak dimarahi Elio hari itu, dia tidak pernah datang lagi ke rumah ini bahkan sekedar bermain dengan Enni.

"Elio dan lainnya keluar. Sekarang ramai wanita di rumah, para pria risih jadi cari kesibukan di luar." Jawab Suna yang tidak tahu menahu perselisihan anak-anak.

"Kita disini mau bikin kue, ya. Ngapain nyari-nyari Elio?." Toel Amalia pada sepupunya itu setengah berbisik. "Buang jauh-jauh pikiran liarmu, jangan nyari masalah." Dia tahu kalau sepupunya ini punya obsesi pada Elio. Namun, Reimon sudah memperingatkannya untuk menjaga Julia dari niat-niat buruk pada pasangan Elio dan Akira. Meski Elio terlihat ramah tapi dia sangat pendendam dan kejam di dalam.

"Aku ka cuma nanya. Apa salahnya? Aku cuma bersimpati pada cowok sebaik Elio yang ditinggalkan begitu saja Akira."Balas Julia.

"Terima kasih untuk simpatimu tapi kamu nggak perlu repot-repot mikirin. Mereka udah dewasa dan bisa menyelesaikan masalah mereka." Imbuh Enni yang mendengar pembicaraan mereka.

"Eehhh...para cewek-cewek, jangan cuma berbisik di sana.Cepat kesini dan buat bolu peca'!." Jennang meneriaki mereka sembari mengatur sejumlah bahan kue.

Amalia menyeret Julia duduk di dekatnya, dia merasa kalau sepupunya ini punya niat tersembunyi untuk ikut dengannya ke rumah Enni. diatas arahan Jennang, gadis dibagi tiga kelompok untuk membuat kue berbeda. Siang hari, para gadis beristirahat dan di giring ke meja prasmanan untuk mengambil nasi dan memilih sendiri lauk yang mereka suka. Tissa dan Amalia yang sibuk memilih makanan tidak sadar kalau Julia menyelinap pergi.

Julia berdiri, mengamati lamat-lamat pintu kamar yang tertutup di depannya. "Dia tidak ada di rumah, kan?." Julia nekad membuka kamar Elio. Aroma musk berpadu tembakau menyerbu indra penciuman Julia.

"Wangi banget. Elio emang maskulin banget. Wajar kalau jadi idaman." Julia berguman. "Sayangnya, dia malah jatuh cinta sama si Akira jalang itu, cewek nggak tahu rasa bersyukur. Udah dapat cowok cakep malah ditinggalin. Jangan salahin aku kalau aku menggantikanmu."Julia duduk di tepi pembaringan, mengedarkan pandangan

"Tempat ini juga wangi." Dia menjatuhkan tubuhnya, berbaring penuh senyuman. Tangannya terulur mengelus seprei, selimut, bantal.... gerakannya terhenti ketika ujung jarinya menyentuh sesuatu di bawah bantal.

"Ini.... surat..." Julia memicingkan matanya "Dari Akira?."Dia tersentak bangun.

"Apa Akira mengirimi elio surat? dasar jalang itu..."Dia ingin membuka surat itu untuk mengetahui isinya namun suara langkah kaki mendekat membuatnya panik.

"Elio nggak bisa membacanya." Dia bermaksud melempar surat itu keluar jendela tapi terpantul di sisi jendela, jatuh di celah tempat tidur.

"Ihh...kok jatuh disana..."

Klek!

"Apa yang kamu lakukan di kamarku?!." Teriakan Elio menggelegar begitu dia membuka pintu, seorang wanita berada di tempat tidurnya. Selain ibunya dan Enni yang masuk memasang seprei sesekali, hanya Akira yang perna menjamah tempat keramat itu. Julia yang merangkak di tempat tidur ingin mencari surat itu hanya bisa mematung ketakutan mendengar bentakan Elio.

"Merangkak di tempat tidurku?! dasar cewek menjijikkan....!!." Elio benar-benar murka.

"Aku...." Dimaki seperti itu, Julia ketakutan, panik dan sakit hati.

"Kak..."Enni dan lainnya mendengar keributan mendatangi sumber suara.

"Lia! Kenapa kamu memasukkan pelacur ke kamarku?."

Semua mata mengikuti arah telunjuk Elio.

"Julia!." Tissa, Amalia dan Enni kompak berteriak kaget. Ekspresi mereka ngeri.

"Kamu...." Amalia tersadar dan segera menyeret Julia turun dari tempat tidur Elio.

"Kenapa kamu selalu membuat masalah?!." Amalia marah memukuli bahu Julia.

"Dasar nggak ada malu. Bisa-bisanya kamu masuk kamar cowok." Tissa ikut memarahi.

"Sampai naik ke tempat tidur lagi."

"Aku cuma tersesat disini. Kalian jangan langsung meghakimiku dong."Julia membela diri.

"Julia, kamu kira kita bego? kamu sudah sering ke rumahku. Kamu jelas tahu, ini kamar Elio. Tersesat apanya?."Cecar Enni.

"Kamu aja yang kegatelan masuk kamar kak Elio sampai naik tempat tidur segala. Kamu udah punya cowok masih aja mau rayu kakakku."

"Kalian semua munafik! waktu itu, Akira tidur di kamar ini, nggak ada yang keberatan. Si Elio juga tidak mempermasalahkan."

"Bawa dia keluar...!!." Hardik Elio menghentikan ocehan Julia tentang AKira.

Amalia dibntu Tissa menyeret Julia keluar kamar.

Tanpa pikir panjang, Elio menggulung semua seprei dan selimut, membuangnya keluar kamar. "Sudah disentuh dia, tidak layak dipakai lagi, buang aja." katanya pada Enni, yang mengangguk setuju.

"Elio... kamu jangan berlebihan. Aku hanya menyentuhnya dan kamu langsung ingin membuangnya. Si Akira sampai ngiler diatasnya, kamu nggak bilang apa-apa." Protes Julia, tersinggung dengan perkataan Elio.

"Kalian mana bisa sama?." Sergah Enni ikut marah.

"Bawa dia pergi!." Dengus Elio membanting pintu tertutup, kesal.

"Kamu membuatku dalam masalah lagi dan lagi..." Amalia dengan greget menarik Julia menjah dari kamar Elio.

"Aku nggak melakukan apa-apa. Dia aja yang berlebihan. Pelacur Akira itu bisa tidur di kamarnya, kenapa aku..."

Plak!

"Pelacur...kamu masuk ke kamar pria lain?." Mata Julia melotot kaget ketika tangan besar menyambar pipinya.

"Yoshep...."Desisnya memegangi pipinya.

"Kalau aku tidak ikut Edo pulang, aku tidak akan tahu kamu begitu rendahan." Amalia dan lainnya perlahan mundur. Mereka tidak mau terlibat pertengkaran pasangan ini.

"Kamu membeberkan ke orang-orang kalau kamu itu pacarku tapi dibelakangku, kamu naik tempat tidur pria lain. Apa kamu menghinaku?."

Yosep menarik Julia meninggalkan rumah Elio. Di sudut Amalia dan Tissa lega melihat dibawa pergi.

Di kamar, Elio menyemprotkan pengharum ruang, menyalakan dupa aromateraphy dan mengganti sepreinya mencoba meghilangkan jejak Julia.

Dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur dan memejamkan mata tapi aroma Akira yang selalu ada, kini terasa hilang.

"Sial..!!." Dia terbangun kembali. Dengan kesal dia mengambil bantal dan melemparnya ke lantai.

"Bahkan aroma Akira juga hilang. Dasar... Julia jalan itu..." Desisnya geram.

"Aku akan membuatmu menyesal seumur hidup perna masuk kamar ini."

.

1
Kim Tyaa
semangat, jangan pernah nyerah untuk terus up ya thor.

Konsisten dan tetap percaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!