NovelToon NovelToon
IKATAN SUCI YANG TERNODA

IKATAN SUCI YANG TERNODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Romansa pedesaan
Popularitas:154.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Niatnya mulia, ingin membantu perekonomian keluarga, meringankan beban suami dalam mencari nafkah.

Namum, Sriana tak menyangka jika kepergiannya mengais rezeki hingga ke negeri orang, meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil – bukan berbuah manis, melainkan dimanfaatkan sedemikian rupa.

Sriana merasa diperlakukan bak Sapi perah. Uang dikuras, fisik tak diperhatikan, keluhnya diabaikan, protesnya dicap sebagai istri pembangkang, diamnya dianggap wanita kekanakan.

Sampai suatu ketika, Sriana mendapati hal menyakitkan layaknya ditikam belati tepat di ulu hati, ternyata ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Isyt : 27

Kedua tangan Ambar refleks menutupi telinga dan sebagian wajah, matanya terpejam kala tadi melihat tangan besar itu terayun.

PLAK!

“Jangan pukul adikku!” Septian menahan rasa sedikit sakit pada pundak yang terkena pukulan tangan. Dia memeluk Ambar melindungi sang adik dari belakang.

Didorongnya tubuh ringkih, bergetar agar menempel pada dinding tembok. Septian berdiri memandang benci pada wajah memerah yang tangannya masih terangkat. “Aku diam saja saat kamu perlakuan kejam, tapi jangan harap tetap diam ketika adikku hendak kamu kasari!”

Hilang sudah tak bersisa, tertinggal kebencian mulai mendarah daging. Dia tidak lagi memiliki sekerat rasa hormat, apalagi rasa sayang.

Semua terdiam, terkejut sekaligus mulai was-was. Septian bukan lagi anak delapan tahun, umurnya hampir mencapai dua belas tahun.

Direbutnya lagi kado yang dipegang Eli, anaknya Triani. “Kalau kalah itu ya terima saja, bukannya merebut hak milik orang lain. Masih kecil tapi sikap serta sifatmu jelek sekali!”

Hadiah tadi diberikan ke Ambar. Sang adik langsung berlari ke teras, dia teringat pesan ibunya jika ada tanda-tanda kekerasan harus berteriak.

Baru saja Ambar mau menjerit, Dimas datang dengan berlari tergopoh-gopoh.

Mendengar derap langkah tergesa-gesa, Dwita keluar. Tubuhnya kaku seketika, lalu dia mendekati Ambar – meletakkan tangan pada pundak. Jari jempolnya menekan belakang leher sang keponakan yang tertutup kerah baju.

“Ambar kenapa?” Dimas mendekat, suaranya membuat orang di dalam rumah terhenyak.

Mulut Eli dibekap neneknya agar suara tangis teredam.

“Mas Dimas mau kemana, kelihatannya buru-buru?” Dwita menyahuti pertanyaan tadi.

Dimas berdiri tepat di bawah teras rumah, melirik Ambar yang menatap memohon. Ia pun paham, mencoba bertahan sampai Septian yang tadi berlari pulang, keluar dari dalam.

“Aku mencari Septian, apa dia sudah pulang? Tadi aku dititipi amanah dari guru ngajinya.”

“Apa itu, Mas? Nanti tak sampaikan ke_” belum selesai kalimatnya, Septian keluar dari dalam rumah.

“Kenapa, Lek?”

Melihat keadaan Septian baik-baik saja, Dimas pun merasa lega. “Katanya nanti masuk ngajinya lebih cepat. Biar cukup waktu untuk latihan acara khatam Al-Qur'an.”

Ya, sebelum bulan puasa tahun depan – Septian sudah khatam Al-Quran, sementara Ambar masih Iqro.

Walaupun mereka mengalami ketidakadilan, diperlakukan semena-mena, tapi semangat menimba ilmu di bangku sekolah serta agama tetap membara. Hal tersebut juga dijadikan pelarian, karena cuma disana Ambar serta Septian merasa aman, jauh dari jangkauan para manusia tirani.

“Aku tak mandi dulu ya, Lek. Abis itu langsung pergi ngaji bareng Ambar.”

“Ya sudah, jangan sampai terlambat. Nanti kalian disusul sama pak Ustadz nya, kan malu!” nadanya sedikit mengancam, aslinya memberikan peringatan kepada sosok yang mengintip dibalik kaca jendela gelap.

Septian mengangguk, menarik lengan Ambar sampai tangan Dwita terhempas. “Cepat mandi, Dek! Terus ganti baju, lalu kita pergi ngaji.”

Ambar masuk kedalam rumah menuju kamar dekat dapur, kado tadi dia peluk erat.

Dimas berbalik badan, dia yakin untuk saat ini kedua anaknya Sriana aman.

Si sulung masuk lagi, melengos melewati tanpa memperlihatkan adab sopan santun.

Wiyah, dan Netira atau lebih akrab dipanggil nek Ita – saling melirik. Mereka sama-sama terkejut, sedikit was-was melihat sikap Septian yang biasanya pendiam, mengalah, tadi mulai menunjukkan pemberontakan.

Agung sendiri bersikap masa bodoh, memilih masuk kamar. Dia letih, ngantuk, disebabkan kalau malam jarang tidur, ikut mengelola tempat karaokenya.

***

Lima hari sudah berlalu, tiba-tiba Triani memanggil Sriana.

“Ada apa to, Mbak? Aku belum selesai nyuci kamar mandi.” Sri membuka sedikit daun pintu.

“Lelet banget kerjamu! Dari setengah jam lalu masa belum juga kelar.” Triani yang sedang mengunyah buah apel, menghina adik sepupunya.

“Buruan Sri! Nyonya nyuruh kita ganti baju bagus, mau diajak makan di restoran. Cepat sana selesaikan pekerjaanmu, terus urus nenek! Aku mau macak (dandan) dulu.” Dia melenggang pergi menuju lantai atas, tidak jadi berangkat ke pasar.

Sambil mengeringkan lantai yang tadi baru dia bilas setelah disikat bersih, batin Sriana penuh tanda tanya.

“Nggak biasanya Nyonya ngajak makan di restoran.” Bergegas dirinya menurunkan lengan baju dan celana, lalu keluar dari kamar mandi.

Bila triani sibuk membubuhkan bedak pada wajahnya, maka Sriana tidak kalah sibuk mengurus nenek. Mengganti pakaian khusus jalan-jalan, sampai menyiapkan keperluan lainnya.

“Sana kamu ganti baju!” Nenek menepuk pundak Sriana yang tengah bersimpuh, memakaikannya kaos kaki.

“Sebentar lagi, Nek.” Sriana beranjak, membuka lipatan kursi roda, mengunci ban agar tidak bergerak.

Wanita yang terlihat sedikit berbeda dari dua minggu lalu itu membopong nenek, mendudukkan di kursi roda. Kemudian mendorong alat bantu itu sampai ruang tengah, baru setelahnya dia berlari kecil naik ke lantai atas untuk berganti pakaian.

***

“Alhamdulillah,” Sri tengah bercermin, tersenyum senang melihat banyaknya bekas jerawat mulai kering, dan tidak ada lagi muncul yang baru.

Kulit tubuhnya pun jauh lebih sehat, segar, serta rambut tidak lagi banyak rontok sampai bagian depan seperti botak.

Efek obat jerawat yang entah bagaimana caranya sampai terminum oleh Sriana – bukan saja merusak kulit wajah, rambut serta kulit badannya pun terkena imbasnya.

Kini, perlahan-lahan bukti kesembuhan itu mulai tampak, meskipun terbilang sangat lamban, tapi Sriana puas akan hasilnya.

Karena itu juga, Triani yang memang tidak begitu teliti, malas memperhatikan sampai detail, melewati perubahan adik sepupunya. Terlebih saat ini musim dingin, sehari-hari badan Sriana terbungkus rapat oleh baju tertutup.

.

.

Bukan cuma anak nenek paling kecil bersama suaminya yang ikut makan di restoran. Ada juga putranya bobo nomor dua, datang sendirian.

Di atas meja bulat, terhidang makanan lezat, sebagian boleh dimakan oleh Sriana serta Triani – bebas daging Babi.

Nenek minta foto-foto dulu sebelum menyantap hidangan. Baru setelahnya baru makan.

“Makanlah yang banyak.” Nyonya menyumpit potongan ayam panggang, menaruh di piring Sriana lalu Triani.

Kedua pembantunya langsung mengucapkan terima kasih. Mulai makan sambil mendengarkan obrolan di sekitar mereka.

Tidak terasa hidangan terdiri dari Ayam panggang, Bebek panggang, mie dimasak campur Lobster, sayur brokoli diberi jamur serta seafood, dan sebagai penutup ada bakpao isi kacang hijau – hampir habis dimakan.

Mereka semua terlibat obrolan ringan, para majikan sangat ramah kepada kedua pekerjanya, sesekali Sriana tersenyum kala digoda sopan.

“Dulu saya pernah minta ke kamu ambilkan kaos kaki, tapi malah dirimu bawakan kain lap,” putra kedua nenek terpingkal-pingkal saat mengingat bagaimana Sriana belum bisa bahasa, sedangkan satu kosa kata bisa berbeda artinya, tergantung sedang membicarakan apa.

Wajah Sriana memerah, ya malu ya lucu. Awal masuk ke rumah nenek, dia mendapatkan banyak kesulitan saat diajak komunikasi.

***

Tepat pukul dua belas siang, mobil milik putra kedua nenek sudah berhenti ditepi jalan depan hunian ibunya.

Triani ingin cari muka, bergaya hendak membopong nenek, tapi langsung di larang sang nyonya. Berakhir melenggang seorang diri.

Kursi roda nenek di dorong oleh putri kandungnya. Mereka semua masuk ke dalam rumah.

“Triani ….”

Yang dipanggil langsung menoleh, dia baru saja mau ke dapur, berdiri di dekat meja televisi. “Ya, nyonya?”

“Bereskan semua barang milikmu! Lima jam lagi, pesawat yang akan mengantar kamu pulang ke Indonesia, berangkat.”

“A_pa? Ke … napa?”

.

.

Bersambung.

1
bunda fafa
kalau dasarnya jujur tentu saja sriana tdk keberatan beda lg kl misal itu si sundel tri 😏
hidagede1
jin mata duitan mangkanya bisa ngomong mesra🤮
!m_mah
ana apa 🤔
nara
mas tian karo ambar arek golek,i opo to le nduk ati ati yo ojo nganti konangan,,kak cublik jaga tian sama ambar ya supaya berhasil nyuri hak nya bundanya
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
ihhh dapuran mu gung karo tri opo ora mikir kui bjo ne wong iseh status sah kok yo wani2 ne kyo gono hadeh ngilani
mmh nengmuti
kaya nya anak2 mau cari surat2 penting biar gak kecolong sm s agung
Ratih Tupperware Denpasar
memang bener2 keluarga uedan ni ortnya agung
nunik rahyuni
thor up lg up lg....kok penasaran aq..opo sing digoleki..arep tak ewangi thoooor💪💪💪🤭
nunik rahyuni
apa yg di cari?????
ayo cepat keburu do muleh...thor belok kan dulu trintil gunggung ke hotel mesyium🤭🤭🤭golek opo kowe le...ndang to tak ewangi 🤣🤣🤣
hidagede1: gak bakalan cepet" pulang mbak yu, pasti melipir ke hotel dulu🤭
total 1 replies
Betri Betmawati
eelah jadi pembantu aja panggiln nya mami🤮🤮 mual aku
itu Septian cari apa ya Sama Ambar
nunik rahyuni
jin trintiiiil 🤣🤣🤣🤣 mbak sri...guak no kali ae ben gae konco yuyu😄😄
Cublik: 😆😆😆😆😆
total 1 replies
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
biasalah sri namanya juga kamu masih kecintaan sama agung, mau orang sekampung ngingatin kamupun, pasti kamu nggak akan mau percaya dan dengerin. bagimu agung tetap yang terbaik dan pasti kamu mikir, namanya manusia pasti akan ada saatnya berubah. iya kan? tapi setelah kamu tahu sendiri kelakuan agung dan di rasa kamu sudah lelah dan capekk. baru kamu belajar melepaskan agung. semua memang harus di awali dari luka dulu baru otak bisa di ajakin mikir 🤭
Cublik: Kalau udah jatuh cinta, tahi Kucing pun rasa coklat 🤣
total 1 replies
ilham gaming
akhirnya kamu sadar Sri,udah d manfaatin aja
Cublik: Iya 😁😁😁
total 1 replies
Betri Betmawati
dasar tak tau malu giliran minta uang ja manis skli mulut nya, bawa2 anak sgala lg
jgn harap kau bisa dpat uang lagi dari sriana
nunik rahyuni
juan lanangan opo ngini ki ...tukar tambah ae sri...🤭
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
huekkk, kudu gumohhh smapai tembus layar hp 🤣 wes nggak acengg gung! malah gawe kudu 💩🙊
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
jangan mau sri...gelayyy! hanya laki2 b4ngc4tttt yang menuntut istrinya melayani lewat VCS. meski di perbolehkan, selama itu pasangan sahnya . tapi jangan lahh...nggak baik juga buat kesehatan kamu sri. jari2mu itu meski sudah di cuci bersih, tetap mengandung bakteri. jangan yaa dek yaa jangannn 🤭
Jeng Ining
mba Cublik iki sopo sik disandera 🤭🤭🤭
Cublik: Para tahanan kota😆
total 1 replies
ɴɪɴɢ_ɑʀɑ
Omonganne wong lanang mabokk 0l1 t4p2p4n, di rungokne malah gawe asam lambung + darting 🥴 kalkul4tormu jian tepakk banget gung, kerja puluhan tahun , di rewangi poso, tetap ora duwe opo2 🤦‍♀️ lhawong gandenganne wae speak Safno. mung iso ngitung lan ngentekne..jiannn kudu yamplokk lambemu gung 🤣
Cublik: Kruwes ae, Kak 🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!