Di dunia Bintang Biru, setiap manusia akan melalui ritual kebangkitan bakat. Mulai dari peringkat terendah Rank F hingga yang tertinggi Rank SSS, bakat inilah yang menentukan jalan hidup seseorang—apakah menjadi manusia biasa atau pahlawan yang mampu mengguncang alam semesta. Sejak lahir, Ye Chen dianggap tak memiliki masa depan. Bakatnya hanyalah elemen kayu dan aura rubah biasa. Namun, tak seorang pun tahu bahwa rubah di dalam dirinya adalah Rubah Ekor Sepuluh, eksistensi mitos yang melampaui seluruh makhluk sihir. Saat upacara kebangkitan dimulai, seluruh langit bergetar. Ye Chen justru memecahkan batas manusia dan memperoleh bakat misterius: Saitama—Fisik Tak Terbatas, kekuatan tubuh yang berkembang tanpa ujung hingga melampaui segala logika. Namun perjalanan Ye Chen tak sendiri. Kekasih masa kecilnya, seorang gadis berbakat yang selalu berada di sisinya, membangkitkan garis keturunan kuno Uchiha sejak kecil, lengkap dengan mata yang menyala bak api takdir. Tidak hanya itu, dia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daud Nikolas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9 mempelajari kekuatan dalam diri sendiri
“Wah, kau membuat mereka gosong.”
Ye Chen menatap Xia Long dan Xia Zhou yang kini hitam legam di tanah, lalu tertawa aneh.
“Hmph, biar saja. Itu pantas untuk mereka,” jawab Lan Shuang dingin, matanya masih menyala dengan pola Sharinggan.
“Jadi... gimana nanti jelasinnya ke kakek?” tanya Ye Chen dengan nada bingung.
Lan Shuang terdiam tanpa ekspresi, sementara aura di sekitarnya masih bergetar halus.
“Tunggu, ada apa ini?” terdengar suara Lan Batian dari kejauhan. Bersamanya muncul Xia Zhang dan Xia Yu yang langsung membelalak melihat pemandangan di depan mereka — Xia Long dan Xia Zhou terkapar gosong, sedangkan Lan Shuang berdiri di depan mereka dengan tenang, dan Ye Chen di sisinya tampak santai.
Ye Chen menghela napas panjang. “Aduh, capek juga kalau harus jelasin lagi…” gumamnya pelan.
Xia Zhang menatap kedua cucunya yang pingsan, lalu menoleh ke Lan Shuang dan Ye Chen dengan tatapan aneh. Setelah beberapa saat, dia tersenyum kecil. “Nak, apa yang terjadi di sini?” tanyanya lembut namun penuh makna.
Ye Chen melangkah maju dan mulai menjelaskan dari awal hingga akhir. Di bawah penjelasannya, wajah Lan Batian dan Xia Yu perlahan berubah menjadi marah.
“Jadi… kedua anak itu punya pikiran buruk tentang putri kami?” Lan Batian berkata dingin.
“Masih mending hanya dipukul oleh putriku sendiri,” tambah Xia Yu dengan nada tajam.
Xia Zhang tampak malu dan menatap kedua cucunya yang tak sadarkan diri. “Batian kecil, dua bocah ini terlalu dimanjakan. Sudah waktunya mereka mendapat pelajaran. Aku akan membawa mereka pulang dan mengurusnya sendiri.”
Lan Batian menunduk hormat. “Baik, Ayah.”
“Hati-hati di jalan, Ayah,” kata Xia Yu pelan.
“Kakek, jaga diri baik-baik,” tambah Ye Chen dengan senyum hangat.
“Aiyo, terima kasih, cucuku,” jawab Xia Zhang sambil tertawa puas. Tatapannya beralih pada Ye Chen dengan penuh kebanggaan. Semakin dilihat, semakin ia merasa senang dengan bakat cucunya yang luar biasa.
Kemudian pandangannya beralih pada Xia Long dan Xia Zhou. “Hmph, inilah akibatnya meremehkan sepupu sendiri. Kalian berani-beraninya bersikap sombong, sekarang tanggung akibatnya.”
Ia mengibaskan tangannya ringan, dan tubuh Xia Long serta Xia Zhou terangkat ke udara, melayang mengikuti Xia Zhang yang terbang menjauh bersama mereka.
Melihat Xia Zhang pergi, Lan Batian tertawa keras.
“Hahaha! Shuang’er, pukulanmu bagus sekali! Jika Ayah di situ, Ayah pasti sudah memberi mereka pelajaran militer juga!” katanya sambil meninju udara dengan semangat.
Xia Yu hanya tersenyum kecil, menyaksikan tingkah kekanak-kanakan suaminya yang masih sama seperti dulu. Lan Shuang dan Ye Chen ikut tertawa, wajah mereka terlihat senang, dan suasana di halaman pun dipenuhi tawa hangat keluarga.
Hari-hari yang membahagiakan itu terus berlanjut.
Tiga tahun kemudian, Ye Chen dan Lan Shuang melanjutkan latihan mereka dengan tekun. Dalam waktu itu, kekuatan Ye Chen meningkat pesat. Ia berhasil membangkitkan Senjutsu Pohon Suci Senju, elemen kayu tertinggi yang mengandung gabungan tujuh elemen — angin, api, petir, air, tanah, cahaya, dan kegelapan — serta kekuatan Senjutsu Rikudo.
Saat memasuki Mode Kyubi, seluruh tubuhnya diselimuti cahaya kuning menyilaukan. Matanya berubah: pupilnya berbentuk kotak seperti milik Naruto, dengan mata rubah yang berpadu membentuk tanda salib. Di balik jubahnya muncul pola enam jalan, simbol kekuatan dewa, namun berbeda — ia tidak menciptakan bola kebenaran di punggungnya, melainkan mampu memunculkannya di udara kapan pun diperlukan.
Dalam mode itu, Ye Chen menguasai semua elemen sepenuhnya.
Saat mencoba menggabungkan Senjutsu Senju Pohon Suci, kedua matanya berpola seperti Hashirama dalam mode Sage. Ia menangkupkan tangan di depan dada, tubuhnya dikelilingi energi hijau pekat.
“Gaya Kayu: Naga Kayu!”
Tanah di bawahnya bergetar hebat. Dari dalam bumi, muncul naga kayu raksasa setinggi seratus meter yang langsung terbang ke langit sambil membawa Ye Chen di atas kepalanya.
Ye Chen memejamkan mata, lalu membukanya dengan kilatan tajam. “Elemen Debu.”
Selama tiga tahun ini, ia juga berhasil menciptakan elemen langka itu.
Mulut naga kayu terbuka, memancarkan cahaya putih berbentuk kotak aneh. Dalam sekejap, sinar itu melesat seperti laser.
Shuuhhh!
Laser putih itu menembus udara, melewati gunung-gunung di kejauhan, dan menghilang setelah menembus sejauh puluhan kilometer. Ketika cahayanya lenyap, seluruh pegunungan di jalur tembakan berubah menjadi partikel debu, melayang dan lenyap di udara.
Ye Chen menatap pemandangan itu dengan mata melebar. “Ini… terlalu mengerikan,” gumamnya pelan.
Dari tempatnya berdiri hingga ke ujung tempat laser menghilang, terbentuk parit raksasa selebar ratusan meter yang membentang sejauh puluhan kilometer. Banyak binatang iblis mati dalam sekejap, dan Ye Chen bersyukur hal itu terjadi di tengah hutan, bukan di tempat yang ramai.
Sementara itu, Lan Shuang akhirnya berhasil membangkitkan kekuatan Rinnegan setelah berlatih Senjutsu bersama Ye Chen.
Rinnegan di mata kirinya berwarna merah dengan enam tomoe, sedangkan mata kanannya memancarkan cahaya biru dengan enam tomoe juga — keduanya memiliki kemampuan yang berbeda.
Rinnegan biru di mata kanan mampu melintasi ruang dan waktu, membentuk portal yang dapat berpindah ke mana saja. Sedangkan Rinnegan merah di mata kiri memiliki kekuatan untuk menyerang dari dimensi atas, memanggil segala sesuatu dari imajinasi dan menembakkan serangan langsung dari dunia dimensi ke dunia nyata.
Saat Lan Shuang menggunakan Rinnegan biru di mata kanan bersamaan dengan Sharingan Madara di mata kiri, ia dapat menciptakan seribu pedang energi biru, menguasai niat pedang sejati, dan membangkitkan api emas dengan suhu mendekati matahari.
Namun, ketika ia menggabungkan Rinnegan merah di mata kiri dengan Sharingan Sasuke di mata kanan, kekuatannya berubah drastis — ia membangkitkan petir kesengsaraan, kekuatan destruktif yang mampu menghancurkan bahkan makhluk abadi, serta memunculkan seribu bayangan yang dapat bertarung bersamanya.
Kedua Rinnegan itu tetap memiliki kemampuan dasar mata dewa, seperti Shinra Tensei dan Chibaku Tensei, menjadikannya makhluk yang benar-benar menakutkan di medan perang.
Hari itu, Lan Shuang berdiri di atas puncak gunung, rambutnya berkibar tertiup angin. Di matanya berkilat Rinnegan biru dan Sharingan Madara yang berputar perlahan.
ini Rinnegan versi uchia Madara dan versi uciha Sasuke Rinnegan merah di mata kiri, tapi dia tidak memakai nya.
“Ini adalah Rinnegan versi Uchiha Madara,” gumamnya pelan. Ia memejamkan mata sesaat, lalu membuka kedua tangan dan mulai membentuk segel.
Menarik napas dalam-dalam, ia berseru pelan,
“Gaya Api: Badai Api!”
Begitu ia menghembuskan napas, dari mulutnya keluar badai api raksasa.
Whoooshhh!
Badai api itu meluas ribuan meter, membakar seluruh hutan di bawah gunung hingga jarak ratusan, bahkan ribuan meter. Segala yang disentuh api itu langsung lenyap, meleleh, dan menjadi abu — monster dan binatang iblis terbakar habis tanpa sempat mengeluarkan suara.
Perbedaan kekuatannya tampak jelas. Jika hanya memakai Sharingan biasa, Lan Shuang hanya mampu menciptakan badai api sejauh seratus meter dengan suhu sekitar seribu derajat. Tapi dengan Rinnegan, kekuatan itu meningkat seratus kali lipat, dan suhunya mencapai tingkat yang menyaingi matahari.
Ye Chen yang menyaksikan dari kejauhan hanya mengangguk pelan. Ia tahu, kekuatan mereka berdua telah melampaui batas manusia. Namun, ada satu kelemahan besar — tubuh mereka belum cukup kuat untuk menanggung kekuatan Rinnegan dan Senjutsu terlalu lama.
Setiap kali mereka memakainya, energi spiritual di dalam tubuh terkuras begitu cepat, membuat mereka harus berhenti sebelum kekuatan itu menghancurkan tubuh mereka sendiri.