Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput
Malam ini aku belum dapat memejamkan mataku, Mas Roni tampak tertidur nyenyak, sejak dia pulang sore tadi aku memang tidak menanyakan apapun padanya, aku tidak mau memperkeruh suasana, walaupun hatiku sakit, apalagi saat melihat Mas Roni makan berdua di cafe dengan Dokter Eva.
Di tambah lagi besok hari Sabtu Ibu mengatakan akan datang ke sini, Aku meminta Mas Roni untuk menjemput ibu di stasiun.
Aku memang sengaja tidak bicara pada Mas Roni mengenai apa yang aku lihat kemarin di depan Tokonya itu, saat dia makan bersama dengan Dokter Eva di cafe, tapi jangan harap hal itu akan bisa terulang kembali, karena aku pastikan aku akan kontrol Mas Roni supaya dia tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan Dokter Eva.
“Dek, kan kamu tahu kalau kita belum punya mobil, jadi lebih efektif kalau Ibu naik taksi online saja dari stasiun, kalau ibu kurang paham bagaimana cara pesannya, kan kamu bisa pesan dari ponselmu!“ kata Mas Roni tadi sore saat dia pulang dari toko, dan aku memintanya untuk menjemput Ibu besok.
"Ya ampun Mas, sejak kita menikah bahkan ibu belum pernah datang mengunjungiku, masa saat dia datang malah disuruh naik taksi online, lagi pula kita kan bisa menjemput ibu sama-sama pakai taksi Mas!" Tukasku.
“Ya sudah, besok pagi kita akan jemput ibu di stasiun, tapi setelah Ibu sampai di rumah ini, Mas langsung jalan ke toko ya!“ Kata Mas Roni mengalah.
“Mas Roni ini bagaimana sih, masa Mertua datang jauh-jauh Malah ditinggal ke toko, kan bisa libur satu hari, lagian toko juga tidak akan rugi kalau Mas Roni libur, kan di toko banyak pegawai!“ sahutku.
Waktu itu wajah Mas Roni terlihat frustasi, dia tidak dapat lagi menyanggah keinginanku, Dia hanya bisa menjambak rambutnya, entah apa yang dia rencanakan, sampai dia sefrustasi itu, bisa jadi kalau dia janjian sama Dokter Eva, Biarkan saja, tidak akan sedikitpun aku kasih kesempatan mereka untuk kembali bertemu.
“Ya Sudah Dek, besok Mas tidak ke toko, Mas akan libur satu hari untuk menemanimu dan ibu!“ ucap Mas Roni akhirnya.
Aku tersenyum dan menarik nafas lega, akhirnya Mas Roni tidak jadi ke toko, Ibu bisa aku jadikan alasan supaya Mas Roni tidak pergi, apalagi dia paling tidak suka memaksakan kehendak, melihat aku yang sudah berubah wajah dia pasti akan menuruti keinginanku.
Tring … Tring …
Tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari ponselnya Mas Roni yang diletakkan di meja di samping tempat tidur, karena Mas Roni tidur begitu nyenyak dia tidak mendengar ada notifikasi dari ponselnya.
Pelan-pelan Aku kemudian mengambil ponsel Mas Roni dan melihat ada pesan dari siapa, ternyata benar dugaanku pesan itu datang dari Dokter Eva, sekarang Mas Roni tidak lagi memakai nama inisial EV, melainkan nama Rudi, nama seorang laki-laki, tapi itu adalah Dokter Eva, aku tahu karena meskipun foto profilnya bukan wajah Dokter Eva, tapi itu adalah taman teras rumah Dokter Eva, kan aku sudah pernah melihat sebelumnya, jadi aku sangat yakin kalau itu adalah Dokter Eva.
[ Papi, kenapa besok tidak jadi ketemuan? Apa istrimu tau? ]
Meskipun aku tidak membuka pesan singkat itu, tetapi aku bisa membaca dari notifikasi di ponselnya, dasar wanita tidak tahu malu, sudah tahu Mas Roni punya istri, tetap saja dia masih mau janjian dengan suami orang.
Yang membuat aku muak adalah panggilannya itu, sungguh sangat menjijikan sekali, berani-beraninya Dia memanggil suamiku dengan sebutan Papi, padahal anak yang aku kandung ini adalah anak Mas Roni, Aku benar-benar tidak suka.
Aku mengecek ponsel Mas Roni, ternyata ponselnya tidak di private seperti waktu itu, aku tahu Mas Roni melakukan itu untuk menghindari kecurigaanku, tapi malam ini Mas Roni tidur begitu nyenyak, sampai dia tidak tahu kalau kekasih hatinya mengirimkan pesan singkat, Aku kemudian langsung menghapus pesan singkat itu dari ponsel Mas Roni, seolah-olah Mas Roni tidak pernah membacanya.
Pagi-pagi kami sudah bersiap-siap untuk menjemput ibu di stasiun, karena Ibu berangkat dari Bandung setelah Subuh.
Apalagi sekarang kan kereta api dari Bandung ke Jakarta itu tidak terlalu memakan waktu lama, hanya beberapa jam saja sudah sampai.
Setelah semuanya sudah siap, kami pun langsung memesan taksi online untuk menjemput ibu di stasiun, Aku sudah meminta Mas Roni untuk libur hari ini, jadi dia tidak usah ke toko, sementara Rafi tetap masuk kerja karena dia adalah karyawan magang yang tidak boleh absen karena masih terikat kontrak.
Jarak dari rumah ke stasiun tidaklah memakan waktu yang lama, karena masih pagi jalanan masih lengang dan tidak macet sama sekali, aku kemudian mulai turun dan menunggu ibu yang keretanya belum tiba, aku dan Mas Roni duduk di ruang tunggu yang ada di stasiun itu.
Entah mengapa, Mas Roni kelihatan gelisah, beberapa kali dia membuka ponselnya, kemudian ditutupnya kembali, Sepertinya dia sedang menunggu chat dari seseorang, Siapa tahu orang itu adalah Dokter Eva.
Aku membiarkannya saja pura-pura cuek, seolah-olah tidak terjadi sesuatu, bagaimana dia tidak cemas dan gelisah, orang semalam chat dari Dokter Eva aku hapus, tentu saja Mas Roni tidak dapat membacanya.
Meskipun Mas Roni memberi nama laki-laki pada nomor Dokter Eva, namun aku sangat yakin kalau nomor itu adalah punya Dokter Eva, aku masih hafal Bagaimana kondisi teras rumahnya, dan dipikir Aku tidak tahu karena dia tidak pernah berpikir kalau aku pernah dua kali memeriksakan kehamilanku di klinik Dokter Eva, entah bagaimana sikapnya Kalau dia sampai tahu, kalau selama ini terlebih dahulu aku sudah mengenal Dokter Eva dan Dokter Eva pun sudah mengenal aku dengan baik dan dia mengenal aku sebagai pasiennya.
“Mas Kenapa sih? Kok dari tadi gelisah amat? Memangnya bosan yang menunggu Ibu!" Tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Ah tidak kok dek, Mas cuma sedang memantau dari jauh aja kondisi toko kita, Apakah hari ini ada penjualan atau tidak, atau sudah ada penglaris pagi-pagi!“ jawab Mas Roni beralasan.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, sekali lagi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau Mas Roni kembali berbohong dan dia ternyata mengulangi perbuatan yang dulu, tidak jujur padaku.
Oke, aku mau melihat sampai di mana sandiwara ini, lihat saja nanti, Aku pastikan baik Mas Roni maupun Dokter Eva akan sangat menyesal, karena mereka pernah berhubungan, dalam hal ini aku tidak pernah main-main demi sebuah kebenaran dan keadilan.
Tak lama kemudian kereta yang ditumpangi Ibu sudah sampai, karena Ibu sudah mengirimkan pesan singkat sejak dari stasiun sebelumnya, aku dan Mas Roni siap-siap, Ketika kereta apinya sampai.
Tak lama kemudian, Ibuku nampak berjalan menghampiri kami yang sedang duduk menunggunya, senyum lebar terus tersungging di bibir Ibuku, dan aku pun segera menghambur dalam pelukannya karena aku sudah sangat rindu pada ibuku.
Bersambung…