Niatnya ingin mengunjungi sang kakak dan berlibur ke luar negeri, tapi nahas dia malah terlibat dengan seorang mafia.
"Buat milikku berdiri, baru aku akan melepaskan mu?"
"Memangnya benar tidak bisa berdiri? Mari kita lihat, waah bener, ini lemes bener."
Brisia Aalin Winkler adalah seorang ilmuwan. Dia tertangkap mafia yang mengalami disfungsi ereksi. Pria itu ingin Brisia membantunya karena sebentar lagi dia akan menikah dengan sang tunangan.
Lalu, apakah Brisia bisa membantu?
Dan, mengapa pria itu tidak mencari dokter malah alih-alih mencari seorang ilmuwan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pawang 10
"Tuan, Anda benar-benar tidak memiliki kemapuan itu. Jika pria normal, saat pagi pasti itu berdiri. Tapi Anda tidak. Haah, baiklah. Kita tetap harus melakukan uji medis."
Pagi hari di mansion Welles, tepatnya di kamar Archie, Brisia melakukan pemeriksaan terkait uji ereksi malam hari. Dan hasilnya, Archie sama sekali tidak mendapatkannya.
Wajah pria itu seketika lemas tidak berdaya. Dia seolah gagal menjadi pria dan Brisia bisa membaca jelas arti wajah tersebut.
"Tenang Tuan, semuanya belum berakhir. Kita kan belum melakukan apapun. Nah sekarang Anda sebaiknya mandi dan makan, setelah itu kita akan melakukan wawancara."
"Hmmm ya, baiklah ayo lakukan itu. Silakan istirahat sejenak, Nona."
"Panggil saja saya Brisia, itu akan menjadi lebih nyaman. Ah iya, anggap saja saya teman Anda. Hal tersebut juga akan membuat Anda lebih rileks saat bersama saya."
Setelah Brisia melenggang pergi, Archie kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Rasanya sungguh tidak percaya bahwa dirinya benar-benar mengalami impotensi.
Ia lalu bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi, menanggalkan satu demi satu pakaiannya. Lihatlah, pantulan dirinya di cermin sungguh sangat luar biasa. Otot tubuh yang terbentuk sempurna namun tidak berlebih. Wajah yang tampan, dada bidang dambaan wanta. Otot paha yang kokok, perut yang berhasil dibuat berkotak-kotak, namun benda satu itu hanya lunglai.
Tuing tuing
Archie mencoba menyentuhnya dan menggoyangkannya, tapi tidak ada reaksi sama sekali.
Tring
Dia ingat sesuatu. Katanya pria akan melakukan 'itu' di kamar mandi ketika mengingat tubuh wanita. Dirinya tentu pernah melihat tubuh polos Wilma. Karena meskipun mereka tidak sampai melakukan permainan inti, namun Archie tentu sudah pernah mencumbu Wilma.
Ia mencoba membayangkan itu. Mencoba merasakan kembali saat bibir dan tangannya menyentuh bagian-bagian sensitif dari tubuh Wilma.
Tapi apa yang terjadi, tidak ada reaksi sama sekali. Miliknya hanya menggantung lemas dan sama sekali tidak menegang. Jangankan menegang, berdenyut pun tidak.
"Oh sialan!"
Syuuuur
Air shower langsung dinyalakan. Archie tidak menggunakan air hangat, dia memilih memakai air dingin untuk mengguyur seluruh tubuhnya. Padahal saat ini di negara tersebut sedang musim gugur. Dimana suhu berkisar antara 8-10 derajat celcius.
Meskipun tetap jauh lebih dingin saat musim dingin karena bisa sampai 0 derajat celcius, tapi tetap saja itu terasa dingin. Hanya saja Archie sedang tidak merasakan itu karena dia tengah dalam kondisi kesal terhadap dirinya sendiri.
Tak ingin berlama-lama, pria itu mengakhiri kegiatan mandinya. Dan karena dia tidak akan berangkat ke perusahaan, maka Archie memilih pakaian yang lebih simple.
Sarapan sudah ada di meja kamarnya, selama ini memang dia tidak pernah makan di ruang makan jika tidak bersama dengan Wilma.
Tok tok tok
"Tuan, apa Anda sudah selesai?"
"Ya masuklah. Apa kau sudah sarapan?"
"Hmm ya, tapi sayangnya di sini nggak ada nasi uduk apa bubur ayam,"ucap Brisia lirih. Baru dua hari berada di Skotlandia tapi lidahnya sudah kangen makanan pagi khas tanah air. Nama boleh saja kebarat-baratan, tapi selera tetap saja Indonesia, begitulah jeritan hati Brisia sendiri.
"Jadi bisakah kita mulai untuk sesi wawancaranya, Tuan."
"Ya lakukan itu Dokter Brisia."
Brisia sudah menyusun beberapa pertanyaan di ponselnya. Tapi entah mengapa dia tiba-tiba menutup ponselnya dan malah meletakkan nya dia atas meja.
Tangan wanita tu saling menelungkup satu sama lain. Dia menatap ke dalam mata Archie, seolah sedang menyelami isi terdalam pria itu untuk mencari tahu akan sesuatu.
"Tuan, apa Anda tidak mencintai tunangan Anda? Apa Anda pernah melihat sesuatu yang tidak menyenangkan terkait tunangan Anda. Apa Anda pernah mengalami pelecehan di masa lalu? Dan yang terakhir, apakah Anda merasa takut akan suatu hal yang berkaitan dengan keluarga?"
Degh!
degh degh degh
Jantung Archie berdegup dengan sangat cepat. Dia seperti terkejut dengan semua pertanyaan dari Brisia. Wajahnya pun seketika menjadi pucat pasi.
Brisia lalu meraih tangan Archie, dan memeriksa denyut nadi pria itu. Sangat cepat, itu yang dirasakan oleh Brisia. Ia yakin dari semua pertanyaan itu ada yang menyentuh hati terdalam Archie sehingga bisa mengaduk emosinya.
Tak!
Archie menepis tangan Brisia. Dia Seolah tidak ingin ketahuan akan sesuatu.
"Apa yang kau lakukan!"ucapnya dingin, tapi bagi Brisia itu adalah hal yang biasa saja.
"Memeriksa Anda, Tuan. Wajah Anda pucat. Dan ingat, saya sekarang adalah dokter Anda. Jadi saya bisa melakukan itu. Agaknya Anda belum siap dengan sesi wawancara ini. Kalau begitu, kita sudahi untuk hari ini. Silakan istirahat, kita akan mulai lagi besok."
Brisia pergi dari kamar Archie dengan cepat. Dia meninggalkan pria itu yang masih sangat terkejut.
Brisia tidak tahu, pertanyaan mana yang membuat Archi terkejut. Dan sepertinya jawaban atas pertanyaannya tidak akan mudah di dapat.
"Stu, kemari. Ada yang ingin aku tanyakan."
Entah sejak kapan Brisia berbicara santai kepada asisten pribadi Archie itu. Tapi saat ini bukan itu yang penting. Brisia harus mendapat banyak informasi dari orang sekitar Archie agar segera bisa menemukan titik terang dari apa penyebab impotensi yang dialami oleh pria itu.
"Ada apa Nona Brisia?"
"Ceritakan semua yang kamu tahu tentang tuanmu itu."
"Maaf, untuk itu saya tidak bisa."
Plak
Brisia mengeplak keningnya sendiri. Dia tidak habis pikir mengapa asisten dan tuannya sama-sama kaku seperti ini.
Tapi Brisia tidak boleh menyerah. Jika dia tidak segera menyelesaikan masalah ini, bisa-bisa dirinya terperangkap di tempat tersebut dengan waktu yang lama.
Brisia menggelengkan kepalanya. Membayangkan saja rasanya sudah sangat tidak menyenangkan.
"Begini ya Stuart, kalau kau maupun tuanmu itu tidak mau bicara, maka impoten dari Archie tidak akan bisa diobati. Ya bisa sih, tapi luamaaaa. Dan dia bilang sebentar lagi akan menikah. Nah waktunya tidak akan cukup. Tuanmu itu sekarang sedang merenung, entah merenungi apa yang mana semua itu tidak membantu sama sekali dalam proses penyembuhan. Apa kau tahu, kita juga harus melakukan tes medis? Naah kapan coba waktunya kalau tidak segera. Aku harus tahu semua tentang Archie agar bisa memberikan pengobatan yang tepat."
Jeeeeng
Stuart terpaku melihat dan mendengar Brisia panjang lebar. Dan dari kesemuanya itu, Stuart sangat mengerti.
Tapi dia masih merasa ragu. Akankah keputusannya untuk bercerita dengan Brisia terkait rahasia Archie merupakan hal yang benar dan seharusnya?
"Astaga, please jangan terlalu banyak berpikir. Kita sangat diburu waktu, Stuart."
Fyuuuh
"Baiklah kalau begitu, mari ikut saya Nona. Saya akan menceritakan secara pelan-pelan. Dan satu hal, ini adalah rahasia. Rahasia bahkan sampai mati pun Anda harus menjaganya."
Brisia mengangguk, dia membuat gerakan mulut dikunci sebagai tanda bahwa dia amat sangat paham apa yang harus dilakukan.
TBC
ni yg d nmakan modus.....
udh d nsehatin pnjng lbar,akhrnya mnta jd sndaran ktanya.....
hyo gmn brisia????
arc keren SATSET lah