NovelToon NovelToon
Hilangnya Para Pendaki

Hilangnya Para Pendaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:329
Nilai: 5
Nama Author: Irmann Nhh

Lima mahasiswa mendaki Gunung Arunika untuk hiburan sebelum skripsi. Awalnya biasa—canda, foto, rasa lelah. Sampai mereka sadar gunung itu tidak sendirian.

Ada langkah ke-enam yang selalu mengikuti rombongan.
Bukan terlihat, tapi terdengar.
Dan makin lama, makin dekat.

Satu per satu keanehan muncul: papan arah yang muncul dua kali, kabut yang menahan waktu, jejak kaki yang tiba-tiba “ada” di tengah jejak mereka sendiri, serta sosok tinggi yang hanya muncul ketika ada yang menoleh.

Pendakian yang seharusnya menyenangkan berubah jadi perlombaan turun gunung… dengan harga yang harus dibayar.

Yang naik lima.
Yang turun… belum tentu lima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irmann Nhh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 UNIVERSE ARUNIKA— Saat Harapan Mulai Terdengar

POV RAKA

Semakin lama aku berada di tempat ini, semakin aku sadar satu hal:

Aku belum pulang bukan karena aku tidak bisa.

Tapi karena ada bagian dari diriku yang takut pulang.

Takut melihat kehidupan berjalan tanpaku.

Takut aku tidak lagi penting.

Takut aku kembali hanya sebagai kenangan pahit.

Namun setiap kali aku mengakui ketakutan itu…

retakan cahaya itu melebar sedikit lagi.

Hari ini, aku melihat lebih banyak dari retakan itu.

Bukan sekadar langit malam…

tapi ruang tamu apartemen Sari.

Sari sedang membaca buku harian.

Kayla sedang mencoba memasak sesuatu (dan jelas gagal).

Mereka tertawa.

Dan untuk pertama kalinya — aku senang mereka tertawa tanpa aku.

Lintang melihat reaksiku dan tersenyum tipis.

“Dulu gue marah lihat orang hidup tanpa gue.

Sekarang gue bersyukur mereka nggak berhenti hidup.”

Aku menatap retakan cahaya itu lebih dekat. “Berarti sebentar lagi gue keluar?”

Lintang menghela napas panjang — suara berat yang tidak menyembunyikan kebenaran pahit.

“Pulang bukan berarti gampang, Ka.

Kalau cuma kembali sebagai trauma, itu bukan pulang.

Kalau cuma kembali supaya disayang, itu bukan pulang.”

Aku menelan ludah. “Kalau gitu pulang itu apa?”

Lintang akhirnya menjawab:

> “Pulang adalah ketika keberadaan lo bukan lagi tempat orang menaruh rasa bersalah — tapi tempat orang merasa aman.”

Aku terdiam.

Aku belum jadi itu.

Tapi aku menuju ke sana.

Dan retakan cahaya itu terus membuka… setitik demi setitik…

seolah dunia nyata juga ingin aku kembali asal aku bukan kembali untuk diselamatkan — tapi kembali sebagai orang yang sudah selesai dengan dirinya.

---

POV SARI

Hari ke-158.

Sari bangun dari tidur jam 03.16 dini hari.

Bukan karena mimpi buruk.

Bukan karena langkah enam kali.

Tapi karena ada suara benda jatuh pelan dari ruang tamu.

Sari berjalan — pelan, jantung berdetak cepat karena trauma lama masih menempel.

Di meja, ada gelang biru.

Tapi Sari yakin ia menyimpannya di laci — terkunci.

Ia pelan menyentuh gelang itu.

Tidak ada nama.

Tidak ada daftar.

Tidak ada kata-kata seperti sebelumnya.

Hanya tiga titik:

> • • •

Sari menatapnya lama.

Dia bukan takut.

Dia hanya bingung.

Kayla yang mendengar suara datang menghampiri setengah ngantuk.

“Gel… gelangnya berubah lagi?”

Sari mengangguk perlahan.

Kayla melihat ukiran itu — tiga titik — dan bertanya:

“Maksudnya apa?”

Sari tidak bisa jawab.

Tapi dia merasakan sesuatu dalam hatinya — bukan firasat buruk, bukan ancaman.

Lebih seperti…

panggilan.

Bukan “datang ke gunung”.

Bukan “korbankan seseorang”.

Ini berbeda.

Lebih seperti…

“dia sedang menuju kita — jangan hancur saat dia sampai.”

Dan itu bukan firasat — itu kesiapan.

Kayla duduk di lantai, memeluk lutut.

“Kalau tanda itu berarti Raka mau pulang… kita harus siap nerima dia bukan sebagai korban.

Kita harus siap nerima dia sebagai… diri dia.”

Sari mengangguk, air mata pelan tanpa suara.

“Aku takut…” suara Kayla gemetar.

Sari menatapnya. “Takut dia nggak balik?”

Kayla menggeleng.

“Aku takut dia balik… dan kita nggak cukup kuat untuk menerimanya.”

Diam.

Panjang.

Luka kadang datang bukan dari kehilangan…

tapi dari kembalinya sesuatu yang kita pikir sudah selesai.

---

POV RAKA

Retakan cahaya itu makin lebar.

Dan untuk pertama kalinya, aku lihat bukan hanya dunia nyata…

Aku melihat diriku di sana.

Sebagai ingatan.

Foto-foto di dinding.

Pesan suara lama.

Kaos yang masih tergantung di lemari Sari.

Gelas kopi yang Kayla simpan diam-diam.

Di dunia nyata, aku masih “ada” — sebagai luka yang mereka rawat.

Retakan tidak memaksa aku keluar.

Tidak menarik aku masuk.

Tapi seolah bertanya:

> “Kalau kamu kembali… kamu mau jadi apa?”

Jawabanku dulu pasti:

— “Aku mau jadi seseorang yang penting buat mereka.”

Tapi sekarang jawabanku berubah.

Aku ingin kembali bukan untuk menjadi pusat dunia mereka… tetapi menjadi bagian hidup mereka tanpa menghapus hidup mereka.

Tepat setelah aku memikirkan itu…

retakan cahaya bergetar keras untuk pertama kalinya.

Lintang menoleh cepat, wajahnya serius.

“Ka… dengar gue baik-baik.

Kalau pintu mulai terbuka… bukan cuma jalan keluar yang kebuka.”

Aku mengerutkan kening. “Maksud lu?”

Lintang menatap ruang hampa — gelap — jauh di belakangku.

“Gunung itu bukan cuma tempat nyimpen orang kayak kita.

Kalau ada yang bisa pulang tanpa korban… sistemnya retak.”

Aku merinding. “Retak?”

Lintang mengangguk.

“Arunika dibangun dari tukar-menukar.

Kalau ada seseorang pulang tanpa tukar-menukar… semua jiwa yang pernah hilang… mulai bergerak.”

Suasana dingin merayap.

Dari kejauhan — jauh di sisi paling gelap ruang putih — terdengar suara samar:

seretan kaki.

Pelan.

Tapi jelas.

Bukan langkah enam kali.

Bukan panggilan.

Ini suara… mereka yang tidak rela ada pintu keluar.

Lintang berdiri cepat, tubuhnya tegang.

“Ka — pintu mau kebuka.

Tapi bukan cuma pintu buat lo.”

Aku memandang retakan cahaya — semakin membesar.

Dan jauh di belakangku… suara langkah kini berubah menjadi lari.

Ada sesuatu — atau banyak sesuatu — bergerak cepat ke arah kami.

Lintang berteriak:

> “KALAU LO SIAP PULANG — SEKARANG SAATNYA!

KALAU ENGGAK — LARI!!!”

Retakan cahaya bergetar — seolah menunggu hanya satu keputusan paling jujur.

Pilihan di sini bukan antara hidup dan mati.

Pilihan adalah:

Apakah aku ingin pulang untuk hidup?

Atau aku ingin tetap tinggal karena ketakutan kehilangan peran di dunia nyata?

Di belakangku —

suara itu sudah sangat dekat.

Di depan —

retakan cahaya terbuka… seukuran satu manusia.

Lintang berteriak:

“RAKA — JANGAN PULANG KALAU MASIH MAU JADI ALASAN ORANG MENDERITA!”

Dan di detik yang sakit itu…

aku akhirnya mengucapkan satu kalimat yang selama ini tidak pernah kuberani ucapkan pada diri sendiri:

> “Aku pulang karena aku sayang — bukan karena aku ingin disayangi.”

Retakan cahaya melebar sepenuhnya.

Dan sesuatu dari kegelapan melompat ke arahku.

Aku tidak tahu apakah aku akan berhasil melewatinya…

atau tertarik kembali…

atau menjadi sesuatu yang lain.

Bab ini berhenti di detik sebelum langkah terakhir Raka menentukan siapa yang kembali — dan apa yang kembali.

1
Roro
waduh gak mudeng aku thor
Roro
hummmm penasaran
Irman nurhidayat: sebenernya aku gak serius si ngerjain novel ini wkwk,tapi kalo misal udah baca sampe ke bab terakhir dan minta lanjut,bakal aku lanjutin si,tpi aku ada prioritas novel lain yg lebih horor lagii,pantau yaa💪
total 1 replies
Roro
🤣🤣🤣🤣🤣 kok makin kesini malah gak horor tur, malah lucu
pintu tertutup terbuka aja
lama banget horonrnya datang
Irman nurhidayat: cek novel terbaruku kak,lebih seru,seram,mudah di cerna,lebih horor dan seram 🔥🔥
total 3 replies
Roro
ahhh keren inj
Roro
lanjut besok aja, jadi merinding aku
Roro
ouu UU main horor lagi,
Roro
lah... Arif apa kabar
Roro
sulit aku mencerna , tapi seru u tuk kubaca, dan akhirnya aku faham jalan cerita
Roro: iya kek nya Thor, tapi aku tetap menikmati bacaanya
cerinya nya seru banget
total 2 replies
Roro
beuhh makin keren aja
Roro
hah... tamat kah
Roro
makin seru dan makin penasaran aku
Roro
ahhhh keten banget
Roro
gak sabar pengen tau Arif sama Dimas udah koit atau kek mana yah
geram sekali sama mereka main kabur aja
Roro
keren.. makin penasaran aku
Roro
aku doakan pembaca mu banyak Thor, aku suka banget sumpah
Irman nurhidayat: Aamiin🤲makasih yaaaaa🙏
total 1 replies
Roro
Ter amat bagus...
Irman nurhidayat: mantapp makasih rating bintang 5 nyaa😍😍
total 1 replies
Roro
aku bacanya sesak nafas,
terasa banget horor nya.
Irman nurhidayat: bisa sampe sesak nafas yaa🤣
total 1 replies
Roro
ahhh seru banget
Irman nurhidayat: Bantu share yaaa💪💪
total 1 replies
Roro
misteri...
aku suka horor
Irman nurhidayat: mantap kak lanjut baca sampai tamatt💪💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!