Petualangan Cinta Dokter Muda

Bab 9 Anjing Penjilat

Eriska menghampiri Arya, dia khawatir suaminya itu kenapa kenapa, karena dari setelah terkena tembakan, Arya tidak bangun bangun.

"Sayang, apakah kamu baik baik saja?" Eriska bertanya sambil berlutut di depan Arya yang sedang terkapar.

Rudi yang tidak sengaja menembak sedikit cemas, kemudian dia membetulkan posisi berdirinya yang masih dalam keadaan linglung.

Rudi masih memegangi senjatanya, dan malah dia menodongkan senjata itu ke kepala Eriska, dari jarak dia berdiri.

Rudi mengancam Eriska "Hai kalau kamu tidak mau mati seperti suami mu itu, turuti lah perkataan ku, aku memiliki alibi bahwa kamu dan suami mu adalah perampok.

Aku ingin menangkap suami mu tetapi dia melawan dan aku terpaksa menembaknya, itu adalah alibi ku, tetapi kalau kamu tidak mau bekerja sama, maka lebih baik aku habisi kamu"

Eriska mendonggakan kepalanya kemudian dia melihat Rudi dengan amarah yang menggebu gebu.

Setelah menatap Rudi, Eriska bangkit kemudian berkata "Tembak aku kalau kamu berani, tetapi sebelum kamu menembak ku, akan aku bunuh kamu terlebih dahulu, aku bahkan akan membunuh istri dan anak anak mu, kamu tahu itu"

Mendengar ancaman dari Eriska, Rudi menjadi marah, dia melayangkan tangannya yang memegang senjata.

Rudi ingin memukul Eriska dengan gagang senjata yang keras "Berisik, berani beraninya kamu mengancam ku dasar jalang sialan"

Tangan sudah terangkat kemudian akan terayun, tetapi tiba-tiba ada suara yang menghentikan Rudi, suara itu mengandung energi spiritual.

"Berhenti jangan bergerak"

Rudi pun mematung mendengar suara itu dan sedikit gemetar, karena suara itu mengandung aura intimidasi yang membuat tubuh Rudi tidak bisa bergerak.

Eriska mengambil kesempatan dari diamnya Rudi, dia mengangkat kakinya lalu menendang.

Brak....

Rudi pun terlempar beberapa meter kebelakang, dan tendangan itu mengandung kekuatan amarah yang Eriska luapkan.

Kemudian muncul sekitar 6 orang berpakaian taktikal hitam, beberapa orang menodongkan senjata ke arah Rudi dan yang lainnya menghampiri Eriska.

Rudi melihat orang orang ini dan dia tahu orang orang ini berasal dari mana.

Rudi gugup karena kepalanya di todong senjata "Hai kalian, mengapa kamu menodongkan senjata itu kepada ku, aku anggota kalian juga bukan?"

Orang orang itu tidak menjawab dia masih menodongkan senjata itu di kepala Rudi, salah seorang dari mereka mengambil pistol yang Rudi genggam.

"Hai...." Rudi tidak rela senjatanya mereka ambil.

Kembali dia berkata lagi "Seharusnya kalian menangkap wanita itu, dia dan lelaki yang terbaring itu adalah perampok, dia merampok uang dari tuan muda Jaili, dan ini bukti uang yang aku sita"

Rudi memberikan alasan kepada mereka, tetapi mereka tidak bergeming dan tidak menanggapi ocehan Rudi.

"Hai apa kalian mendengar perkataan ku, dia adalah perampok dan aku petugas yang menangkapnya, apakah kalian ingin mengambil prestasi yang aku buat"

Seseorang mengangkat kerah baju Rudi kemudian menamparnya.

Plak ....

"Bisa diam tidak"

Rudi pun terdiam setelah terkena tamparan.

Eriska melihat orang orang yang memakai pakaian taktikal hitam, dia tidak merasa takut, dan dia bertanya "Apa kalian dari pasukan khusus Perisai Garuda?"

Eriska tahu dari logo yang ada di samping bahu mereka, bet yang terpasang bergambar perisai dan burung Garuda.

Eriska tahu karena Elis, salah satu istri Arya di rekrut menjadi anggota pasukan khusus ini, sehingga Eriska langsung bertanya begitu.

Salah seorang dari mereka membuka masker "Kakak ipar ini aku"

"Siapa ya ?" Eriska membelalakkan matanya, melihat orang yang membuka masker di hadapannya.

Eriska tidak mengenalinya, karena sudah lama tidak bertemu atau entah bagaimana yang pasti dia lupa.

Orang itu tersenyum dan memperkenalkan diri "Aku Ranggalawe"

Setelah menyebut namanya Eriska baru ingat "Oh ternyata kamu Kakang Ranggalawe"

Eriska tahu siapa Ranggalawe, karena sewaktu dia di sekolah dasar, dia sering main bersama meskipun waktu itu Ranggalawe kakak kelas Eriska.

Kemudian Ranggalawe berkata "Kakang Arya, bangun lah, sudah cukup kamu berpura pura"

Arya yang terbaring itu ternyata pura pura setelah terkena tembakan peluru, dia pun berlahan bangkit, dia berdiri sambil menepuk pakaiannya yang kotor.

Terlihat bajunya berlubang di dada sebelah kanan, itu bekas tembakan Rudi yang pelurunya benar benar mengenai dada Arya.

Sayangnya peluru itu tidak bisa menyakitinya, dan hanya merusak bajunya saja, dan bahkan peluru yang terkena badannya itu berubah menjadi koin.

Arya adalah seorang jawara beladiri yang tingkat beladiri lebih dari master, dan setiap master tingkat Lanjut dia memiliki kemampuan yaitu kebal terhadap senjata api ringan.

Sehingga tembakan dari pistol tidak membuat Arya cedera, dia hanya terdorong oleh hentakan peluru saja yang membuat dia terjungkal dan terbaring di tanah.

Arya bangun dengan tersenyum "Aku sudah menunggu kalian keluar, dari semenjak aku pergi dari tower Sandjaya Grup kalian sudah mengikuti ku"

Ranggalawe tersenyum "Hehehe.... Kakang aku bukan bermaksud untuk menguntit mu, aku hanya khawatir dengan mu"

Arya mengangkat bahunya "Kenapa khawatir, aku bisa bela diri, dan buktinya aku tidak apa apa?"

"Hahaha.... Bukan itu, aku bukan khawatir ada orang yang menyakiti mu, tapi aku khawatir kepada orang yang menyinggung dirimu seperti si bodoh ini" Ranggalawe menunjuk ke arah Rudi.

Rudi tertegun sejenak, melihat Arya yang baik baik saja setelah terkena tembakan dan Ranggalawe yang menunjuk dirinya lalu menyebutnya si Bodoh.

"Hai kenapa kamu menyebut ku bodoh, apakah pasukan khusus Perisai Garuda sekarang memihak penjahat seperti dia dan malah menangkap sesama anggota keamanan" ucap Rudi yang tidak terima di sebut bodoh.

Ranggalawe menghampiri Rudi, kemudian dia melayangkan tangannya.

Plak....

"Bodoh dasar kamu bodoh, kamu ini hanya anjing penjilat, siapa tuan muda kaya yang sekarang kamu jilat sehingga berani seperti ini?" Tanya Ranggalawe.

"Hai siapa anjing penjilat, aku hanya menegakan hukum, dia sudah merampok uang dari tuan muda Jaili, dan itu uang 100 juta yang dia rampok" Rudi membela diri dengan bukti uang yang sekarang tergeletak di tanah.

Plak....

Ranggalawe kembali menampar wajah Rudi "Bodoh tetapi lah bodoh, oh.... Jadi si Jaili Jayadi yang menjadi kamu anjingnya, anjing penjilat tetap anjing penjilat".

Kemudian Ranggalawe menunjuk ke kepalanya sendiri "Menegakan hukum itu harus menggunakan ini, bahkan otak pun kamu tidak punya"

Ranggalawe berbalik lalu dia bertanya kepada Eriska "Bagai mana kronologis kejadian ini?"

Eriska menjelaskan "orang yang bernama Jaili itu melaju kencang dalam keadaan mabuk, dia menabrak motor kami, dan bukan hanya sekali.

Setelah dia menabrak dengan bemper depan, dia memundurkan mobilnya lalu menubruk lagi dengan menggunakan bemper belakang.

Sehingga motor kami ringsek seperti ini, dan kita minta ganti rugi, kemudian dia mengambil uang untuk kompensasi kerugian.

Lalu dia datang dan di Jaili bajingan itu membalikkan fakta bahwa kami merampok diri, dia tidak mau mendengar penjelasan dari kami hingga adegan penembakan pun terjadi"

Ranggalawe berbalik kembali ke arah Rudi "Benar kah seperti itu, kejadiannya, bahkan kamu tidak mau mendengar pembelaan orang yang menjadi korban"

Rudi ingin mengelak "Anu...."

Plak....

Ranggalawe kembali menampar sebelum Rudi angkat bicara, lalu dia menunjuk ke arah Arya "Apa kamu tahu siapa yang kamu sebut perampok ini ?"

Rudi yang wajahnya sudah lebam karena tamparan Ranggalawe menggelengkan kepalanya.

Ranggalawe menjelaskan "Dia adalah tuan muda pertama dari keluarga Sandjaya, dan si Jaili Jayadi yang kamu layani itu statusnya tidak ada apa apanya di bandingkan dengan tuan muda keluarga Sandjaya.

Sekarang kamu sudah menyinggung tuan muda pertama keluarga Sandjaya, bersiap lah kehilangan pekerjaan mu" ancaman Ranggalawe.

Arya menepuk pundak Ranggalawe "Rayi, pemecatan sepertinya terlalu ringan kepada orang seperti ini, aku memiliki saran yang lebih baik"

Ranggalawe menaikan alisnya "Saran apa itu Kakang?"

"Mutasikan dia ke Papua, di mana konflik sering terjadi di sana, biarkan dia mati segan hidup pun tak mau" ucap Arya yang memberikan saran.

"Baiklah aku terima saran mu itu, aku akan laporkan hal ini kepada komandan ku, supaya dia langsung di mutasi"

Ranggalawe melambaikan tangannnya "Bawa dia pergi, aku tidak ingin melihat wajahnya lagi"

Anak buahnya langsung membawa Rudi pergi, dan Rudi pun meraung sedih dan menyesal "Tuan muda Sandjaya aku mohon, maafkan aku, aku tidak mengenali diri mu, tolong jangan mutasikan aku kesana"

Ucapan itu tidak di dengar oleh Arya dan semua orang, Rudi di bawa dan di masukan ke dalam mobil lalu di bawah pergi.

***

* Bersambung