NovelToon NovelToon
Langit Tanpa Senja

Langit Tanpa Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Romansa
Popularitas:184.3k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.

Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.

~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"

"Gue titip anak di Senja."

"HAH?!!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22# Pengagum rahasia

3 porsi bubur ayam ia bawa untuk teman-temannya yang menginap di rumah. Sepanjang jalan menuju unitnya ia cukup dibuat senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi.

Dimana Senja sempat menggidikan bahunya dan menolak diajak sarapan bersama. Betapa jual mahalnya wanita itu.

Aku alergi sama cowok yang suka mabok, sekalipun papinya Jojo.

Aku ngga bisa deket-deket sama cowok yang ngga peka, lambat meraba perasaan.

Percuma ganteng, badan bagus, punya pendidikan tapi ngga peka. Mending punya pacar kaya tespek.

Sekarang, ia membandingkannya dengan alat tes kehamilan. Begitu banyak persyaratan untuk menjadi pacar Senja rupanya, sebanyak persyaratan menjadi tentara. Sementara cintanya? Tak bersyarat untuk Senja.

Selain tidak punya penyakit bawaan, ia juga anti dengan cowok pembohong, cowok bau, dan cowok yang mulutnya nyinyir. Cukup ia saja yang nyinyir.

Apakah ia sudah masuk kriteria, jelas sudah! Muehehehehe.

Dibukanya pintu apartemen dimana gordennya telah dibuka lebar, bersama dengan makhluk-makhluk minus akhlak yang sedang ngopi sambil nyebat.

Sementara Alby, ia sudah mengobrak-abrik isi kulkas Maru demi mencari bahan makanan.

"Bawa apaan?" tanya Arlan masih dengan celana boxer milik Maru yang ia ambil sekenanya dari lemari, begitupun kaos milik Maru.

"Bubur ayam." Ditaruhnya kresek yang kini mengundang Arlan untuk mematikan bara rokok dan beralih pada bubur.

"By, udah ngga usah masak! Maru bawa sabu..." ujar Jovi ikut duduk.

"Nah, lo sendiri mana?" tanya Jovi digelengi Maru, "lo bertiga aja. Gue udah barusan di tempat." Ia melengos menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi sementara ketiga kawannya itu makan.

Seolah tak terjadi apapun diantara mereka semalam. Begitupun Arlan dan Maru yang berinteraksi seperti biasanya. Arlan yang memang memiliki jam kerja tinggi terlihat tengah menerima panggilan dari kantornya.

"Ru, jam berapa lo manggil house keeping?" tanya Jovi membereskan 3 botol minuman seharga smart gadget itu ke dalam keresek, begitupun dengan sampah-sampah yang benar-benar bikin apartemen Maru persis kandang domba.

"Tergantung, lo bertiga bubar jalan jam berapa? Ntar asisten rumah tangga dari rumah kesini buat beres-beres."

"Gue nginep sampe nikahan Jingga lah." Ujar Arlan, "sambil jagain lo takut kelayapan nemuin Senja."

Alby tertawa, "yang mau merit Mei sama Jingga, yang dijagain Maru sama Senja. Bilang aja lo ngga kasih Nja cuma-cuma."

Arlan mengangguk, "dia mesti berjuang dulu. Enak aja! Senja ampe mewek-mewek, dianya anteng aja..."

Maru sudah meraih jas dan merapikan rambutnya untuk ikut bergabung dengan mereka di ruang tamu, "ya udah, lo beresin rumah, jangan cuma numpang doang." Ujar Maru memantik tatapan malas Arlan, "tamu adalah raja, Ru...maka muliakanlah..."

"Tamu kaya gimana dulu..." jawab Alby tertawa.

"Yang mulia..." Jovi bahkan sudah membungkuk di depan Arlan.

"Beli bubur dimana? Kok gue berasa hafal sama isiannya? Rasanya..." Arlan mengernyit.

"Deket apartemen Senja." Jawabnya santai membuat Arlan tersedak dan Jovi serta Alby tertawa, "belum apa-apa lo udah kecolongan, Lan."

"Gue sarapan bareng sama Nja." Memancing umpatan tak bersuara dari Arlan.

Dan tawa Alby lebih kencang lagi setelah itu, "Maru diem-diem persis belut ternyata."

"Lo kerja, Ru?" tatap Alby melihat stelan Maru, dan dibalas anggukan oleh pengacara satu ini, "ketemu klien."

"Kasus apa?"

"Cuma kasus kecil, hak asuh anak...harta gono-gini."

Alby mengangguk membenarkan, "udah pernah ambil kasus gede?" tanya nya lagi. Maru hanya mengangguk saja, tak menjabarkan siapa dan kasus apa, sebab baginya kerahasiaan profil klien adalah prioritas.

"Kebanyakannya tuh alasan udah ngga cocok, kdrt, saling tuduh dan cari kekurangan buat senjata. Ujungnya anak yang dijadiin barang rebutan." Jovi bersuara, "menurut gue cukup munafik sih, kalo emang ngga cocok kenapa mesti nikah dari awal. Satu hubungan itu pasti ada titik jenuhnya, apalagi setiap hari barengan. Pinter-pinternya kita menyikapi sikap bosan itu aja sih. Giliran bikin anaknya ngga bosen tuh, iye ngga Ru?" alis Jovi naik turun. Sementara Maru hanya diam memasang tampang datarnya.

"Bentar sih, an jirrr. Tapi gue kok masih belum percaya kalo Nja mau-maunya dititip anak sama lo? Secara kalo sama lo tuh kaya orang asing gitu...beda kalo Arlan yang sikat, gue percaya, Nja sama dia deket saban waktu, apa-apa sama Arlan persis buntut. Nah lo...stranger." cecar Alby yang semalam melihat Senja meneliti saat Senja tertidur, bahkan pandangannya tak lepas dari perut ramping Senja. Berbeda dengan Vio yang terlihat mulai serba mekar, pokoknya beda.

Jovi tertawa tanpa suara, "so soan bahasa lo stranger, nah sekampus bareng, satu kelompok kkn bareng. Yang begitu stranger?"

"Mo nyet, bisa ngga sih...ngga usah ngomongin begituan? Bawaannya gue pengen bakar nih unit bareng yang punya nya sekalian..." Arlan mencebik.

"Kaya ngga tau Senja aja, pinter jaga badan." Jovi masih melanjutkan.

Maru menggeleng saja, belum saatnya ia membuka kartu. Pasalnya Senja belum benar-benar ia miliki. Maru tau, jika hal ini akan jadi boomerang untuknya. Sambil menunggu boomerang itu akan berbalik padanya, ia harus menyiapkan jawabannya sendiri. Lagipula secara teknis, ia tak salah salah banget.

Maru duduk di depan klien seorang perempuan yang saat ini ditemani seorang manager pribadi. Dialah Deandra Pieter, aktris layar lebar yang namanya sudah berkibar di dunia perfilman Indonesia.

"Kira-kira buat sidang pertama, aku harus datang ngga, bang?" tanya nya pada Maru, "tergantung situasi dan kondisi kamunya sendiri, sidang pertama itu tahap mediasi. Sambil kita siapkan bukti-bukti yang bisa menguatkan gugatan." Maru menyesap kopi miliknya.

"Aku tuh ngga mau yang lama-lama bang. Pengen bisa cepet selesai, hidup tenang sama Sea...dah itu aja." Ocehnya lagi menyeruput minumnya, ada suara bergetar dari balik wajah dengan kacamata hitam bertengger di pangkal hidungnya.

"Tapi harta yang dimiliki Dea ikut di ungkit ngga itu, termasuk mobil?" tanya managernya, Maru mengangguk, "harta yang didapatkan selama masa perkawinan pasti masuk ke dalam kategori harta gono gini yang bakal dibagi dua, kecuali sebelumnya Dea dan suami pernah membuat perjanjian pisah harta di depan notaris. Atau salah satu dari Dea atau suami melanggar hukum, dan beberapa alasan lain."

"Termasuk harta bawaan Dea sebelum menikah, ngga bang?"

Maru menatap klien dan managernya bergantian, "kalo yang itu ngga diungkit. Karena yang akan diungkit adalah harta yang didapatkan selama pernikahan, apa ada surat bukti kepemilikan Dea, tahun dibeli dan sebagainya?" Jawab Salaman asisten hukum (paralegal) Maru bertanya.

Dea menghela nafasnya berat, "ada bang. Tapi bagi gua yang penting Sea, mbak Indah. Hak asuh Sea..."

"Ya ngga gitu juga De...masa iya lo rido harta yang elu cari dinikmatin sama Ari semuanya, toh yang kerja selama ini kan elu. Harta punya elu sebelum nikah sama Ari kan lumayan banyak termasuk rumah, De." Debat sang manager.

"Tenang mbak Dea, kita usahakan yang terbaik buat mbak Dea sama anak."

"Pokoknya hak asuh harus jatuh sama aku, bang..." mohonnya pada Maru.

"Biasanya hak asuh anak di bawah umur emang sama emaknya De, bener kan bang?" tanya wanita separuh baya ini pada Maru yang terkadang malas jika sudah begini, anak selalu menjadi korban. Namun ia tak bisa menyalahkan siapapun, memang siapa pula yang menginginkan perceraian? Banyaknya menangani kasus begini, terkadang membuatnya berpikir berulang kali, siapkah ia untuk menikah?

"Dengan catatan, ibu tidak berperilaku buruk, ibu dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani, atau bisa jadi hak asuh anak jatuh pada si ayah jika ayah lebih *mampu*."

"Jika sudah siap, maka ijinkan kami menyiapkan semua berkas demi mengajukan gugatan..." ujar Maru yang kemudian membuat Dea menghela nafasnya dan mengangguk.

.

.

Maru dan Salaman berhasil keluar dari cafe setelah bertemu dengan kliennya, "ngga bosen ambil kasus-kasus kecil begini, Ru? om Darma tuh masih nunggu lo ambil kasus-kasus besar kaya taun kemaren. Buat asah lagi skill...klien besar, uangnya juga besar.." alisnya naik turun.

Maru melonggarkan kancing jas dan kemejanya, "kasus besar resiko besar...papa cuma kasih 3 option kasus kemarin, sengketa tanah, perceraian, sama hak waris, doi lagi kasih gue istirahat versinya dia."

"Kenapa lo ngga pilih, sengketa tanah aja.." tanya Salaman.

"Belakangan ini gue lagi sibuk, ngga ada waktu buat pelajarin dulu silsilah tanah orang. Besok-besok aja..." jawabnya menatap arloji, "mampir dulu ke toko cheesecake langganan, Man..."

"Red velvet? Always..." tembak Salaman, "kirim ke alamat yang sama?" tanya nya lagi, Maru diam menatap malas Salaman yang seolah sedang mencibirnya dengan senyuman usil yang tersungging.

"Sudah kuduga. Abang Maru ini senengnya jadi pengagum rahasia, siapa sih Ru? Lama-lama gue cari tau juga siapa yang tinggal di jalan Anggrek no 9 itu."

"Ngga ada. Dia cuma kebetulan lagi balik aja sekarang, sekarang ngga tinggal lagi disana. Cuma ada orangtuanya."

.

.

.

1
S𝟎➜ѵїёяяа
pantes ...
biasanya siang update, terus malam update
pokoknya update novel teh sin kayak lagi minum obat🤣 ini tumben jadwal siang update sore munculnya
beuuhhhh bahasan nya bikin pala pening🤕
sehat² ya teh sin, terimakasih update nya
Khoirun Ni'mah
teh Sin boleh ngelunjak g minta double updatenya...
'Nchie
kangen terobati ya bang maru...ajak nikah atuh biar neng nja yakin sama bang maru😁
Tuty Ismail
akhirnya maminya Jojo mau menghubungi ya Pi......
tinggal main cantik untuk meluluhkan hati maminya Jojo
merry yuliana
ayo teh shin crazy up yaaaa abis ini ditunggu kisah russel ya teh cantik
Nur Koni
orang diem itu emang susah d pahami.... karakter papj joko kek gini tuh bikin perasaan org lain campur aduk mikirin dia tp yg di pikirin mah klewat santuy terkesan bodo amat mending diem....
Zuni Zun
nah apartnya bang Maru aja,anaknya bah wawan tau loh ..,kpan sih ngasih taunya,kok aku ngga tau,diem² belut ih,bner kata bang Zalthan
Turwaty suketi
ikut ngos ngosan ru.
Deera
Ughhh sweet nya baba Jojo /Drool/
Natalia Martiningsih
paten lah kak Sintah Amaliahhhh ku ini🔥🔥🔥🔥🔥🔥
rheisha
yaaahh,mana bersambung lagi...aaah lanjut atuh teh sin 🙂
Miko Celsy exs mika saja
mau nyaingin Rosi ya Ru,,,ternyta mengikuti kemauan senja to,menunggu nja menghubinginya Ru,ternyta sesuai harapan,,..sprtinya mengikuti cra Mahadri nih buat dpatin senja🫢🫢
Salim S
azeek ,ketemu sama yg di rindukan,kangen berat ya bang...mana bakalan selalu di temani saat sarapan dan makan siang nya...
Elmaz
ya allah abang maru perjuangan mu utk neng nja sungguh debak.....top markotop dah ....jgn di lepas neng nja laki kaya gini.
Iccha Risa
aisss Abang Maru sarangheyo..
little boyy
Waalaikum salam umik Alhamdulillah sehat 🤭
Henny Ardiani
maru dah dlm rasanya
Zayyin Arini Riza
Demi Senja rela gak makan tumpeng, ngabur ngebut tanpa nginjek rem...
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....
sweet escape
Novel ini tuh aku bener bener bolak balik cek udah up apa belum teh siin, mana kl tiap baca suka mesem2 sendiri, berasa d bawa kaya drama korea ah teh meni bagus pisan euy
Bubble
tumpeng blm smpet di sendok y Ru?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!