Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten"
WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Pertengkaran Dan Pengakuan Excel
Excel tersentak saat Elyana berkata seperti barusan. Baru kali ini Excel melihat Elyana bicara meninggi dan berteriak seperti itu. Tidak seperti biasanya. Wajahnya menyiratkan marah dan kecewa, terlebih perasaan hancur, jelas terlihat di sana.
"Apa, maksudmu, aku tidak mengerti?" sangkal Excel dengan tatap yang berkedip. Hal itu menandakan bahwa dia sedang berpikir sekaligus menutupi sebuah kenyataan.
Elyana mencoba meredam emosi, karena ketika ia emosi, yang ada dadanya justru sesak, kepalanya mendidih panas. Nafasnya juga turun naik tidak beraturan.
"Kamu bohong, Mas. Mas Excel bukan mau pergi untuk menengok orang sakit, tapi kamu justru mau menengok orang yang memeriksa orang sakit, kan?" tuding Elyana sembari terisak. Nada bicaranya kembali rendah, tapi kini disertai isakan tangis.
"Jangan sembarangan kamu tuduh aku. Aku benar-benar mau menengok orang sakit. Sudah, lebih baik kamu masuk kamar dan jagain Nada," tukas Excel masih menyangkal.
"Bagaimana kalau dengan foto ini, apakah Mas Excel masih mau menyangkal?" Elyana menunjukkan foto yang dia temukan di dalam saku kemeja Excel tadi. Dia sungguh tidak bisa menutupi perasaan sedih dan kecewanya lagi terhadap Excel.
Excel meraih foto yang disodorkan Elyana dengan sedikit kasar. Lalu dia tatap, wajahnya berubah panik, seperti sedang ada yang disesali. Mungkin dia menyesal karena telah ceroboh menyimpan foto itu tidak hati-hati sehingga ketahuan Elyana.
"Hanya sebuah foto, dan ini hanya foto biasa. Buat apa kamu mencurigai posisi foto seperti ini. Ini hanya seorang penggemar aku saja. Dia hanya ingin difoto denganku, jadi apa salahnya?" kelit Excel berbohong.
"Kamu bohong, Mas. Aku tidak percaya dia hanya penggemar yang ingin difoto denganmu, Mas. Aku yakin dia adalah wanita lain di belakang aku. Kenapa kamu tega khianati cintaku padamu Mas. Apa salahku, selama ini aku sudah berbakti dan setia padamu. Aku juga selalu mengurus Nada dengan baik." Elyana meraung-raung sembari menumpahkan perasaannya saat itu juga, dia tidak bisa menahannya lagi.
"Apa maksudmu Elyana, aku sungguh tidak ada hubungan dengan perempuan itu. Coba, singkirkan perasaan curiga kamu." Excel masih berusaha menyangkal.
"Kalau perempuan itu bukan siapa-siapa Mas Excel, tidak mungkin dia berfoto denganmu sedekat itu. Kamu itu bohong, Mas. Sementara dengan aku, kamu tidak pernah berfoto semesra dan sedekat itu, bahkan aku rangkul lenganmu saja, kamu sudah berusaha menghindar," ungkap Elyana lagi, akhirnya keluar satu per satu apa yang ingin dia ungkapkan selama sebulan terakhir ini.
"Kenapa, Mas, kenapaaa?" teriak Elyana sudah tidak bisa dibendung lagi. "Mas Excel tidak perlu menghindar lagi, sebab aku sudah pernah mendengar kamu berbicara sangat mesra dan menyatakan cinta pada seseorang di telpon waktu itu. Itu sudah jelas kamu memang ada main di belakangku dengan wanita lain."
Jebol sudah kesabaran Elyana selama ini. Sikap diamnya kini musnah sudah, dia seakan menumpahkan apa yang selama ini dipendamnya malam ini. Elyana berteriak seperti orang kesetanan.
Excel terdiam, dia terlihat panik ketika melihat Elyana semarah itu. Biasanya Elyana hanya diam dan tidak banyak bicara. Tapi, kali ini berbeda.
"Sudah jelas, kamu diam itu berarti iya. Kamu memang ada main dengan wanita lain di belakangku," ucap Elyana lagi lantang dengan wajah yang berani.
"Cukup, diam. Kamu tidak takut akibat teriakan kamu ini, Nada atau Bi Ocoh akan mendengar. Ok, aku akan bicara, tapi kamu tenang dulu."
"Nada sedang tidur, sedangkan Bi Ocoh pulang ke rumahnya. Aku tidak peduli teriakanku didengar orang lain, aku tidak peduli." Elyana kembali berkata dengan derai air mata yang sejak tadi memang susah dibendung.
"Lalu mau kamu apa?" sentak Excel meskipun suaranya berusaha dia tahan.
"Katakan wanita itu siapa? Kenapa Mas Excel memperlakukannya sehangat itu? Kenapa terhadapku tidak pernah seperti itu, apa kurangnya aku, Mas? Apa karena dia seorang tenaga kesehatan dan aku hanya orang biasa?" Elyana kembali mempertanyakan kenapa Excel tega melakukan pengkhianatan terhadapnya.
"Ok, aku jelaskan." Sejenak Excel diam, dia seperti sedang berpikir keras dari mana ia harus mulai bercerita.
"Tanpa kamu jelaskan, aku sudah tahu kalau Mas Excel ada hubungan dengan perempuan itu. Profesinya saja yang bagus seorang tenaga kesehatan, tapi kelakuan layaknya seorang pelakor, murahan," cetus Elyana lagi ketika melihat Excel terdiam seakan tidak mampu membongkar siapa sebenarnya perempuan itu.
"Diam, jangan kamu katakan dia seburuk itu. Dia bukan pelakor atau perempuan murahan. Asal kamu tahu, sebelum aku dijodohkan denganmu, aku sudah menjalin hubungan serius dengan seorang perempuan. Dia kekasihku, tapi mama dan papaku justru menjodohkan aku dengan gadis sepertimu. Sudah pernah aku katakan di hadapan kedua orang tuaku kalau aku tidak akan bisa mencintai kamu, tapi mereka tetap memaksaku untuk menikahimu."
"Maka, jangan salahkan aku kalau aku sampai detik ini tidak bisa mencintaimu, sebab ada perempuan lain yang aku cintai. Dia kekasihku. Puas kamu, maka jangan katakan kalau dia pelakor. Karena pelakor sesungguhnya adalah kamu, pelakor yang direstui kedua orang tuaku," jelas Excel panjang lebar.
Kedua mata Elyana terbelalak dengan air mata yang tidak berhenti berderai. Hatinya sakit dan hidupnya seakan hancur seketika, saat dengan jelas Excel membeberkan siapa sebenarnya perempuan di foto itu.
"Kalau kamu tidak mencintai aku, kenapa harus ada Nada, Mas? Kenapa kamu tidak hindari aku saat pernikahan itu selesai, kenapa kamu justru membiarkan aku tumbuh benih-benih cinta dan menganggap semua perlakuanmu adalah bentuk cinta?" lirih Elyana sembari menatap lekat wajah Excel.
"Aku pria normal, dan apa yang aku lakukan padamu, hanya sebagai bentuk kebutuhanku saja," akunya membuat dada Elyana bergemuruh.
"Bajingan. Jadi, aku hanya pelampiasan nafsumu saja, Mas? Tega kamu, tegaaa," teriak Elyana lagi seraya menerjang Excel dan memukulnya membabi buta, sampai dia tidak sadarkan diri.
Isak tangis masih terdengar tatkala tubuh lemah Elyana dibaringkan Excel di dalam kamar di lantai bawah. Dia menatap penuh sesal perempuan yang sudah menemaninya selama tiga tahun ini. Tapi, kini kesabarannya seakan runtuh gara-gara penemuan sebuah foto dirinya dengan sang kekasih.
"Maafkan aku El, aku benar-benar menyesal. Aku tidak bisa mencintaimu. Sungguh aku minta maaf," ungkapnya seraya mengusap dahi Elyana lembut, mengusap keringat dan ari mata yang membasahi seluruh wajahnya.
Sebuah dering Hp terdengar, Excel segera mengangkat panggilan itu dengan tubuh sedikit menjauh dari tubuh Elyana yang saat ini terbaring belum sadarkan diri.
"Sayang, aku minta maaf. Malam ini sepertinya aku tidak bisa datang. Elyana sudah mengetahui hubungan kita. Aku harus menemaninya dulu sampai dia sadar dan tenang. Kamu sabar, ya. I love you," ucap Excel di dalam saluran telpon.
Semua pembicaraan Excel terdengar jelas oleh telinga Elyana yang sebenarnya sudah sadar. Hatinya semakin hancur mendengar kalimat Excel barusan.
"Kamu tega, Mas." Elyana membatin, lalu air mata itu kembali membasahi pipinya.
"Aku, memang ada hubungan dengan perempuan itu. Dia wanita yang aku cintai sebelum kedua orang tuaku menjodohkan aku dengan kamu. Dan kenapa aku melakukan itu, karena aku tidak mencintai kamu. Sejak awal perjodohan itu, aku tidak mencintai