Kemuliaan Cinta Pada Tuan Pemarah

Aliza yang berada di dalam kamar yang duduk di pinggir ranjang dan masih dengan pakaiannya saat dia bawa dari rumah yang lengkap dengan cadarnya.

Krekkk.

Pintu kamar itu terbuka yang akhirnya suaminya masuk juga ke dalam kamar. Dhafian seperti biasa memperlihatkan aura dingin di wajahnya, tapi tetap sangat tenang yang tidak merasa berdosa sama sekali.

"Bagaimana apa kamu menyukai kamar ini?" tanya Dhafian yang tidak mendapat jawaban apapun dari Aliza.

"Jika membutuhkan sesuatu maka kamu bisa meminta pelayan untuk memenuhi kebutuhanmu," ucap Dhafian.

"Siapa tuan sebenarnya?" tanyanya dengan suara yang sangat lembut.

Dhafian menautkan kedua alisnya yang sekarang melipat tangannya di dadanya yang tampak bersandar pada meja setengah duduk dengan kakinya bersilang.

"Kenapa kamu mempertanyakan hal itu?" tanya Dhafian.

"Kita hanya bertemu satu kali dan saya juga tidak tahu apakah pertemuan itu saya melakukan kesalahan yang sangat besar sehingga tuan menjebak saya dalam pernikahan ini," ucap Aliza.

Dhafian tersenyum miring mendengarnya.

"Aku pikir dengan diamnya kamu selama beberapa hari ini saat menghadapi masalah yang terjadi karena kamu orang yang tampak tenang dan tidak ingin ribet dan ternyata kamu orang yang pintar," ucap Dhafian.

Aliza memang baru memiliki kesempatan untuk berbicara secara langsung berduaan dengan Dhafian.

"Apa itu merupakan pujian?" tanya Aliza.

"Terserah bagaimana kamu menanggapinya," sahut Dhafian

"Tuan belum menjawab pertanyaan saya?" tanya Aliza.

"Kenapa kamu bisa berpikiran bahwa saya menjebak kamu ke dalam pernikahan ini? Saya sudah mengatakan tidak sengaja masuk ke dalam kamar kamu. Tetapi warga di sana berpikir terlalu kolot yang langsung menyimpulkan sesuatu dan akhirnya menikahkan kita berdua," sahut Dhafian.

"Lalu kenapa tidak menyanggah apa yang terjadi?" tanya Aliza.

"Tuan diam saja dan membiarkan warga di desa berspekulasi negatif kepada kita berdua dan membenarkan semua tuduhan itu. Tuan tidak berusaha untuk membenarkan kejadian yang sesungguhnya," ucap Aliza.

"Aku tipe orang yang tidak ingin ribet," jawaban singkat itu yang diberikan Dhafian.

"Bukan. Tetapi tuan sengaja merencanakan semuanya," sahut Aliza yang menarik kesimpulan membuat satu alis Dhafian terangkat.

"Tuan sengaja yang tiba-tiba muncul di hadapan saya posisi terluka, saya membawa ke rumah sakit, tuan sengaja mengikuti saya sampai kerumah Eyang saya dan masuk ke dalam kamar saya, karena tujuan tuan untuk menikahi saya," ucap Aliza yang ternyata di balik diam ya dia tidak bodoh sama sekali.

"Wau," sahut Dhafian mendengus dengan tersenyum miring yang tidak percaya jika wanita di hadapannya ini bisa membaca semua rencananya.

"Aku tertipu oleh penampilanmu yang ternyata kau sangat pintar," sahut Dhafian.

"Kalau begitu aku ingin meminta alasan kenapa kamu bisa menyimpulkan semua itu jika aku sengaja menjebakmu dalam pernikahan ini?" tanya Dhafian.

"Karena tuan menginginkan saya memberikan informasi mengenai Paman saya," jawab Aliza yang membuat Dhafian tercengang.

"Tuan juga mendekati Arum. Selama ini dia menceritakan semuanya kepada saya bagaimana pertemuan tuan dengan dia dan apa-apa saja yang kalian bahas. Saya juga tidak mengetahui bahwa pria yang dia bicarakan selama ini adalah tuan. Saya bisa menyimpulkan semua ini karena tuan hanya berurusan dengan Paman saya dan melibatkan saya dalam semua ini," lanjut Aliza.

Prok, prok, prok, prok.

Dhafian yang tiba-tiba saja bertepuk tangan yang benar-benar salut dengan tebakan Aliza harus dia aku jika semuanya benar.

"Kamu hebat sekali dan memang itu benar," ucap Dhafian tidak malu untuk mengakui semuanya.

"Kenapa harus melakukan semua itu? Kenapa harus menyakiti Arum? kenapa mendekati Arum hanya karena membutuhkan sesuatu. Apa tuan sadar demi kepentingan tuan yang berhasil membuat kami berdua berselisih paham dan orang yang sangat mempercayai saya sekarang berubah membenci saya," ucap Aliza.

"Karena aku ingin menghancurkan Lucky," jawab Dhafian berterus terang.

"Tetapi kamu melewatkan sesuatu Aliza. Aku juga harus mengatakan kepadamu jika bukan hanya Lucky saja yang ingin aku hancurkan tetapi juga Daniel dan putranya Ardito," jawab Dhafian yang membuat Aliza kaget yang tidak menyangka jika laki-laki itu juga mengenal calon suaminya.

"Kira-kira sekarang bagaimana perasaan laki-laki itu, jika mengetahui calon istrinya telah aku nikahi," ucap Dhafian dengan tersenyum miring yang sama sekali tidak peduli dengan perasaan Aliza.

"Apa alasannya ingin menghancurkan Paman?" tanya Aliza.

"Alasan yang tidak akan pernah bisa dimaafkan. Hidupnya yang selama puluhan tahun tampak sangat tenang setelah menghancurkan hidupku," jawab Dhafian.

"Lalu apa gunanya menarik saya dalam semua ini, saya tidak tahu apa-apa dan saya juga tidak mungkin memberitahukan apapun tentang Paman walau saya berada di dalam rumah ini," ucap Aliza yang mungkin sangat berbeda dengan Arum.

Arum tidak mengetahui apa tujuan Dhafian untuk mendekatinya dan maka dari itu Arum selalu memberikan informasi mengenai keluarganya dan berbeda dengan Aliza yang sudah mengetahui rencana Dhafian walau tidak mengetahui alasan laki-laki itu melakukan semuanya.

"Tapi aku ingin melihat sejauh mana kamu akan tahan untuk tidak menuruti perintahku. Aliza kamu sudah berada di tanganku yang artinya kamu berada di bawah kekuasaan kau dan aku adalah laki-laki yang tidak suka dibantah!" tegas Dhafian.

"Kau hanya akan mendapatkan masalah denganku jika kau berani macam-macam!" tegas Dhafian dengan wajahnya yang tampak begitu serius.

Dhafian yang tidak mengatakan apapun lagi kepada Aliza yang langsung keluar dari kamar itu. Aliza memejamkan matanya dengan perasaannya yang tidak menentu.

"Ya Allah sesungguhnya hamba menyerahkan semua kepadamu. Engkau yang maha kuasa dan maha mengetahui apa yang terjadi. Hamba berserah diri dan meminta petunjuk serta perlindungan darimu," batin Aliza.

***

"Sial!" Dhafian yang berada di ruangannya memijat kepalanya terlihat frustasi dan Arga juga ada di sana.

"Aku tidak menyangka jika wanita itu sangat pintar dan beraninya dia menghakimiku di depannya. Siapa dirinya yang berbicara seperti itu kepadaku," umpat Dhafian terlihat begitu emosi yang memijat kepalanya.

"Kita juga salah tangkap, maafkan saya tuan. Saya pikir Nona Aliza adalah Putri kandung dari Lucky dan ternyata dia hanya keponakan yang tinggal bersama dengan mereka," jawab Arga.

"Semua sudah terlanjur sudah aku sudah menikahinya. Tapi sepertinya kita tidak akan mendapatkan apapun darinya. Dari semua yang dikatakan wanita itu sudah jelas dia adalah wanita yang keras kepala yang tidak mudah ditipu dan tidak menye-menye seperti Arum," ucap Dhafian.

"Lalu apa tuan akan mempertahankan Nona Aliza dirumah ini?" tanya Arga.

"Semua sudah terlanjur dan Arum juga sudah mengetahui apa yang terjadi. Aku tidak mungkin kembali pada rencana awal. Kehadiran Aliza di rumah ini cukup membuat Ardito panas dan dia akan tahu jika tidak bisa bermain-main denganku," ucap Dhafian.

Karena permasalahan dendamnya terhadap Lucky membuat Dhafian memang awalnya mendekati Arum untuk melancarkan semua rencananya dan siapa sangka haluannya berubah begitu saja ketika melihat Aliza.

Suatu keuntungan bagi Dhafian. Karena Aliza akan menikah dengan Ardito pria yang juga dia kenal yang mana Dhafian hanya ingin mencari masalah dengan Ardito menunjukkan kepada laki-laki itu bahwa dia jauh lebih hebat daripada Ardito seorang pengacara yang sangat terkenal.

"Kalau begitu apa rencana kita selanjutnya?" tanya Arga.

"Kamu cukup hati-hati, ingat wanita yang ada di rumah ini di balik penampilannya seperti itu dia wanita yang cerdas dan bahkan bisa menduga-duga apa yang terjadi. Berhati-hati padanya dan sisanya aku yang akan mengurusnya," ucap Dhafian yang ternyata dia salah target.

Target yang dibawa ke rumahnya bukanlah main-main dan justru dia saja merasa khawatir.

Bersambung....